Muhammad Firman
Konsep baru dan
kemajuan teknologi mengindikasikan bahwa vaksin untuk tiga penyakit
menular terdahsyat itu akan dapat dikembangkan dalam 10 tahun ke depan.
(doc Corbis)
VIVAnews - Alan Aderem, Director BioMed, Seattle dan
Rino Rappuoli, Global Head of Vaccines Research for Novartis Vaccines
and Diagonstics, mengulas kemajuan terbaru dalam pengembangan vaksin
dalam jurnal ilmiah, Nature.
Mereka menuliskan, diperkirakan,
pada tahun 2020 mendatang, vaksin untuk malaria, tuberculosis (TB), dan
HIV/AIDS sudah ditemukan. Pada jurnal itu mereka juga membahas perangkat
baru termasuk biologi sistem dan desain antigen berbasis struktur yang
dapat memberikan pengertian yang lebih baik terhadap mekanisme
perlindungan.
Perangkat ini akan memberi petunjuk menuju ke
pengembangan vaksin rasional untuk meringankan beban para penderita
penyakit menular yang paling mengerikan di dunia tersebut.
Menurut
Aderem, seorang pionir di bidang biologi sistem, konsep baru dan
kemajuan teknologi mengindikasikan bahwa vaksin untuk tiga penyakit
menular terdahsyat itu akan dapat dikembangkan dalam 10 tahun ke depan.
"Keberhasilan
akan sangat bergantung pada kemampuan kita melakukan pendekatan pada
biologi sistem untuk menganalisa data yang dihasilkan selama uji coba
pembuktian,” ucap Aderem, seperti diktutip dari MedIndia, 28 Mei 2011.
Aderem
menyebutkan, keberhasilan itu juga akan memberikan pandangan baru
seperti identifikasi hubungan antara perlindungan atau tanda-tanda
imunogenisitas dan akselerasi dari uji coba klinik skala besar. Selain
itu, tambah Aderem, pendekatan regulasi klinik yang baru dan inovatif
juga akan mempercepat ditemukannya vaksin-vaksin yang sangat dibutuhkan.
Pada
laporannya, Aderem dan Rappuoli juga mengulas kelebihan dan kekurangan
pendekatan biologi sistem, dengan kelebihan utama pendekatan itu ada
pada kemampuannya menangkap dan mengintegrasikan data biologi dalam
jumlah sangat besar untuk memvisualisasikan sifat yang muncul yang tidak
ditunjukan oleh bagian-bagian secara individu dan tidak bisa diprediksi
jika hanya menggunakan tiap-tiap bagian secara tunggal.
"Kelebihan
biologi sistem adalah kemampuannya untuk memprediksi perilaku dari
seluruh sistem biologi,” kata Aderem. "Dari sana, kita bisa
mengoptimalkan kandidat vaksin dan memprediksi apakah obat atau kandidat
vaksin bisa bekerja sebelum obat itu dibawa ke uji coba klinik skala
besar yang sangat mahal,” ucapnya.
Biologi sistem juga bisa digunakan untuk mempercepat uji coba klinik yang umumnya berlangsung lama.
Aderem
dan Rappuoli memperkirakan bahwa dalam uji coba vaksin untuk malaria,
TB dan HIV/AIDS, hanya satu hipotesis berhasil diuji setiap delapan
tahun dalam tiga dekade terakhir. "Kita tidak bisa terus menggunakan
pendekatan ini jika kita ingin mendapatkan hasil dalam kurun waktu
secepatnya,” kata Aderem.
Dengan metode baru ini, ucap Aderem,
kita bisa mempercepat pengembangan klinik dengan melakukan uji coba yang
lebih mujarab dan dengan memperbaiki desain menggunakan pendekatan
biologi sistem untuk menguji coba beberapa hipotesis secara paralel dan
memiliki desain yang adaptif untuk memperluas hasil yang terbukti paling
menjanjikan. • VIVAnews
|