amis, 9 Juni 2011, 13:32 WIB
Muhammad Firman
Alamat IPv4 yang akan segera habis digunakan (VIVAnews/Muhammad Firman)
VIVAnews - 8 Juni 2011 merupakan hari
bersejarah bagi dunia Internet. Di hari itu, sejumlah perusahaan layanan
internet utama dunia mulai mengganti standar pengalamatan internet lama
(IPv4) ke generasi terbaru yakni IPv6.
Dikutip dari World IPv6
Day, 9 Juni 2011, perusahaan seperti Google, Facebook, Yahoo, YouTube,
Meebo, Plurk, Bing, merupakan beberapa raksasa dunia maya yang siap
menyediakan layanan mereka lewat IPv6. Secara total, ada 434 lembaga
yang melakukan uji coba selama 24 jam.
Menurut Darric Hor,
General Manager PT Symantec Indonesia pada keterangan tertulisnya, salah
satu tujuan uji coba peralihan itu adalah untuk memotivasi organisasi
lain di seluruh industri.
Seperti diketahui, penyedia layanan
internet (ISP), pembuat hardware, pembuat sistem operasi dan perusahan
web perlu mempersiapkan layanan IPv6 mereka. Ini untuk memastikan
transisi berjalan sukses setelah alamat IPv4 yang telah digunakan sejak
1983 habis digunakan, sekitar tahun 2012.
Sebagai gambaran,
menggunakan metode pengalamatan IP lama (IPv4), hanya bisa ada
4.294.967.296 alamat IP saja yang bisa dipakai di seluruh dunia.
Sementara IPv6 (yang diterapkan mulai 1999) menawarkan IP untuk
340.282.366.920.938.463.463.374.607.431.768.211.456 alamat.
"Yang
jadi masalah, transisi dari IPv4 ke IPv6 menjadi peluang besar bagi
para pembuat malware dan penjahat dunia maya lain dalam melakukan
serangan,” kata Darric. "Selain itu, adopsi IPv6 juga berpotensi
menimbulkan masalah lain,” ucapnya.
Software dan hardware
firewall, kata Darric, dapat ditembus jika mereka tidak mampu mendeteksi
dan menginspeksi trafik yang datang dari IPv6. "Saat beralih ke
protokol IPv6, kita menghadapi kondisi di mana kita perlu mempelajari
ancaman baru, yang saat ini belum terlihat nyata,” ucapnya.
Untuk
itu, Darric menyarankan pada setiap pelaku dan pengguna di industri
Internet untuk selalu melakukan update terhadap aplikasi pengamanan
mereka termasuk firewall untuk memastikan ancaman yang akan hadir dapat
diminmalisir. (eh) • VIVAnews
|