Main
 
BUDI SANTOSOTuesday, 24.12.2024, 8:10:54 PM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
BERITA SERBA SERBI
BERITA UMUM
BERITA UNIK,LUCU DAN ANEH
BERITA YANG UNIK DAN YANG ANEH
EKONOMI DAN BISNIS
EKONOMI DAN BISNIS
BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL
BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL
SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
BERITA SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
MP3
Kumpulan MP3
SENI DAN BUDAYA
SENI DAN BUDAYA
GAME
KATA - KATA MUTIARA
FILM
PUISI DAN PANTUN

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » 2011 » December » 24 » Tiga Kim dan Krisis Korea
1:52:11 PM
Tiga Kim dan Krisis Korea
 

Kim II Sung bersama putranya, Kim Jong il pada sebuah reli massa di kota Pyongyang (Reuters)




VIVAnews --Lebih dari sepekan Korea Utara
menjadi negeri meratap. Air mata tumpah hampir di setiap sudut negeri
sejak pemimpin Republik Rakyat Demokratik Korea itu, Kim Jong-il,
mangkat pada 17 Desember lalu.

Dalam gerbong kereta saat
perjalanan dinas, begitu dikabarkan televisi pemerintah, Kim Jong-il
meninggal. Berita itu baru disiarkan ke rakyat setelah dua hari sang
pemimpin pergi. Dia diduga terkena serangan jantung.

Korea Utara
lalu berkabung sejak 20 sampai 29 Desember 2011. Perkabungan itu
mengingatkan orang pada tahun 1994, saat pemimpin pertama Korut, Kim
Il-Sung, meninggal. Rakyat Korea Utara, mulai dari petinggi, tentara,
hingga pekerja pabrik dan petani tak berhenti meratap.

Kini,
dari Ibukota Pyongyang, sampai pelosok desa, rakyat datang ke balai
kota. Mereka menangis sejadi-jadinya di depan foto besar Kim Jong-il.
BBC dan CNN melaporkan situasi itu berlangsung sampai lewat tengah
malam.

"Duka itu bisa kita lihat di mana-mana. Ribuan rakyat
Korea datang ke tempat jasad pemimpin mereka disemayamkan, di Kumsusan
Memorial Palace,” ujar Duta Besar Indonesia untuk Korea Utara, Nasri
Gustaman. Dia menyaksikan perkabungan massal di Pyongyang.

Di
tempat itu, kata Gustaman, rakyat diberi kesempatan melayat mendiang
Jong-il, yang jasadnya terbujur di kotak kaca, selama 20-27 Desember
2011.


Gustaman melukiskan aksi berduka ini terjadi di setiap tempat umum,
tempat foto Jong-terpampang. Di gedung atau stasiun, rakyat menyambangi
potret sang pemimpin, lalu memberikan hormat. "Kita bisa melihat mereka
menangis, dan meletakkan sekuntum bunga," ujar Gustaman kepada VIVAnews
lewat telepon dari Pyongyang, Rabu pekan lalu. 

Bagi masyarakat
dunia, tangis massal di Korut ini luar biasa. Warga berlinang air mata.
Ada yang bergumam menyalahkan diri sendiri. Ada pula merasa dunia telah
berakhir.

Kantor berita pemerintah Korut, KCNA, melaporkan
rakyat "menggeliat kesakitan setelah kehilangan Pemimpin Tercinta.
Mereka menangis sejadi-jadinya, dan menyesal mengapa tidak bisa menjaga
Kim Jong-il tetap sehat," demikian siaran KCNA.

"Saya tak bisa
percaya. Bagaimana dia bisa meninggalkan kita? Apa yang akan kita
perbuat?" kata seorang warga Korut, Kang Tae Ho, dikutip KCNA. "Kami
merasa langit runtuh, dan bumi tenggelam. Kami tak percaya Kim Jong-il
telah tiada," kata Pak Yon Chun, ketua suatu koperasi tani di Korut,
yang juga disiarkan kantor berita pemerintah setempat.

Ratapan
itu agak berlebihan bagi orang di luar Korut, dan seakan tampak Jong-il
begitu didewakan. Seperti halnya pemujaan atas Kim Il-sung, begitu pula
mereka memuja putranya, Kim Jong-il.

Tapi istilah didewakan
mungkin tak begitu tepat. Menurut Gustaman, Jong-il memang dicintai
rakyatnya. "Saya kira rakyat Korut begitu percaya kepada pemimpin. Jadi
tidak mendewakan,” ujarnya. Mereka, kata Gustaman, hanya tak siap. Sang
pemimpin tenyata pergi begitu cepat.

Ditinggal mati Kim Jong-il,
Korut menyiapkan pengganti. Dia adalah Kim Jong-un, putra ketiga sang
"Pemimpin Tercinta." Jong-un baru dua tahun muncul di panggung politik.
Dia memang digadang jadi calon pemimpin baru, dengan sejumlah
pertimbangan.

Warisan masalah

Korea Utara
sepertinya tak lepas dari dinasti Kim. Sebagai pemimpin generasi
ketiga, Kim Jong-un kini berhadapan dengan soal besar warisan ayahnya.
Jennifer Lind, profesor dari Darmouth College, mengatakan Jong-un harus
siap meladeni para musuh Korut, yang kini tercatat sebagai negara
pemilik senjata nuklir.

"Di sebelah timur ada Jepang, kekuatan
militer dan ekonominya menjajah Korea di awal abad ke-20. Di bawah ada
Korea Selatan, yang pertumbuhan ekonominya 20 kali lebih besar, dan
jumlah rakyatnya dua kali lebih banyak.

Kemampuan dan peralatan
militer Korsel jauh lebih maju ketimbang Korut. Di utara, ada China
kekuatan baru dunia. "Walaupun selalu menganggap Korut sebagai sekutu,
China kadang juga jengkel melihat ulah Pyongyang," demikian analisis
Lind saat mengidentifikasi ancaman bagi Korut.

Mereka ini,
termasuk Amerika Serikat dan kecuali China, selalu gusar melihat manuver
Korut memanaskan situasi di Korea. Rezim di Pyongyang, misalnya
berkali-kali ujicoba rudal pembawa hulu ledak nuklir. Senjata pemusnah
itu mampu melintasi Jepang, hingga pesisir barat AS.

AS, Jepang,
dan Korsel kerap kesal oleh ulah Korut yang doyan memancing ketegangan
di Semenanjung Korea. Empat tahun terakhir, Korut selalu memboikot
Dialog Enam Pihak, yang juga melibatkan Rusia, dan China, mengatasi
ketegangan, dan krisis nuklir di kawasan.

Main-main itu kadang
dirasakan kelawatan. Korut, misalnya, menembak rudal ke Korsel pada 2010
lalu. Itu serangan terbesar dari Korut sejak Perang Korea 1950-1953.
Perang itu sendiri secara resmi belum berakhir. Ia hanya didamaikan
sementara melalui gencatan senjata oleh PBB.

Itu sebabnya, begitu
mendengar Jong-il mangkat, Korsel lalu menerapkan siaga keamanan.
Jepang pun segera mengontak Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Ketiga
negara ini memang kerap memantau perkembangan program nuklir Korut di
bawah Jong-il. Bagi mereka, teknologi senjata nuklir Korut sangat
merisaukan.

Seperti diberitakan laman Nikkei, Senin 19 Desember
2011, Perdana Menteri Yoshihiko Noda bertemu badan pertahanan Jepang
sesaat setelah kematian Jong-Il. Dia meminta badan intelijen Jepang
mengumpulkan informasi keadaan terbaru di Korut.

Informasi ini
akan dibagikan kepada AS, Korsel, China dan negara lain. Jika ada yang
membahayakan, maka negara di kawasan bisa segera ambil tindakan.


Boneka di lemari kaca

Dari ayahnya Il-sung,
Kim Jong-il juga mewariskan negara yang susah. Krisis pangan menghantui
rakyat Korut selama 20 tahun terakhir. Mereka juga bermasalah dengan
energi.

Di bawah Kim Il-sung, Korut adalah negara mandiri,
pertumbuhan ekonominya stabil. Tapi belakangan, Korut makin tertutup
dengan doktrin "juche” yang kadang ekstrim, dan menolak Korut
terintegrasi di pasar global. Ekonomi negeri itu akhirnya terkucilkan,
dan lalu merosot.

Setahun setelah Kim Il-sung wafat persoalan pun
muncul. Sebagai pemimpin baru, Kim Jong-il dihadang bencana kelaparan
di negeri itu. "Kelaparan selama 1995-1997 membunuh lebih dari satu juta
warga, dan menciptakan generasi kurang gizi," ujar Lind di jurnal
Foreign Affairs, 25 Oktober 2010. Separuh anak-anak di Korut dicurigai
lumpuh, dengan berat di bawah standar.

Soal kesehatan ini memang
memprihatinkan. Seorang warga Indonesia yang pernah bertugas di Korut,
Andreza Dasuki, misalnya bercerita betapa sulit fasilitas medis di sana.
Bertugas sebagai diplomat Indonesia di Pyongyang pada 2006-2008,
Andreza mengatakan rakyat Korut menderita oleh embargo internasional.

Soal
pangan, misalnya, sangat terasa sulitnya. Andreza mengutip data
rekannya di Badan PBB di Korut, menurut kalkulasi, negeri itu akan
selalu kekurangan beras 1 hingga 1,5 juta ton. Tak banyak tanah yang
baik ditanami, dan kondisi alam hanya bisa sekali panen. "Mereka sangat
kelaparan. Selama ini, yang mencukupkan mereka makan adalah bantuan
internasional, terutama dari China dan Korsel," ujar Andreza.

Obat-obatan
juga langka. Andreza pernah punya pengalaman dapat obat kadaluarsa,
yang mungkin dari stok lama bantuan internasional. "Mereka tak punya
peralatan teknologi tinggi memadai. Stetoskop aja masih terbuat dari
kayu,” Andreza mengisahkan.

Terisolir dari perdagangan
internasional, pasokan kebutuhan pokok dari luar negeri ke Korut pun
terbatas. Bila ada barang masuk, rata-rata dijual pakai sistem cash and
carry. Barang yang sudah masuk ke Korut akan dijual habis, tanpa
mengenal kadaluarsa.

"Khususnya makanan dan minuman. Kami harus
berhati-hati terhadap barang-barang kadaluarsa. Itu pemandangan umum di
pertokoan," kata Andreza.


Di tengah keterbatasan itu, Andreza hormat atas sikap pemerintah
Korut yang berupaya membantu orang asing. "Kita disediakan tim dokter
khusus. Mungkin karena kami dari misi diplomatik, tapi juga mereka
menghormati Indonesia sejak zaman Bung Karno, yang bersahabat dekat
pemimpin pertama Korut yang sangat mereka hormati, Kim Il Sung," kata
Andreza.

Tapi diplomat asing tak gampang berbicara dengan warga
Korut. Kalau tanpa otorisasi dari pemerintah, jangan harap bisa bergaul
dengan warga. Apalagi meminta keterangan mereka. "Selama dua tahun di
Pyongyang, tak sekali pun kami dapat mengunjungi rumah warga asli. Akses
sangat dibatasi," kata Andreza yang di kedutaan bekerja di bidang 
sosial dan budaya.

Pemerintah Korut hanya mengizinkan orang asing
berkunjung ke simbol kebesaran negara. Meskipun di pedalaman, lokasinya
sudah disterilkan. "Sama sekali tidak mewakili realitas masyarakat
mereka," dia melanjutkan.

Di negeri penuh pengawasan ketat itu,
kata Andreza, Korut membuat orang asing di sana seperti "boneka di
lemari kaca". Artinya, warga asing itu bisa melihat, tapi tak tahu apa
yang terjadi di luar kaca. "Di lemari itu, kita bebas melakukan apa
saja. Tapi tak berpengaruh kepada lingkungan di luar kaca," ujar
Andreza.

Warga Korut juga tertutup terhadap orang asing. Meski
sudah akrab di satu tempat, belum tentu ramah jika berjumpa di lokasi
lainnya. "Mereka akan cuek atau pura-pura tak tahu bila kita bertemu
pada lokasi bukan tempat mereka bekerja," kata Andreza.

Memang
ada resto dan karaoke bagi orang asing. Tapi itu sepertinya juga kendali
pemerintah lokal memantau orang asing. Andreza, misalnya, pernah
mengujungi taman, atau kebun binatang. Tapi kondisinya menyedihkan.

Yang
paling kuat terasa di Korut adalah kepatuhan absolut pada pemimpin.
Mungkin karena agama dilarang, maka panutan nilai kehidupan adalah apa
yang diajarkan pemimpin mereka. "Semua nilai kebenaran mengacu pada
ajaran Kim Il Sung, Bapak Rakyat Korea Utara,” ujar Andreza.(np)


Category: BERITA SERBA SERBI | Views: 979 | Added by: budi | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

Calendar
«  December 2011  »
SuMoTuWeThFrSa
    123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031

Entries archive

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024