Kapal Costa Concordia tenggelam di lepas pantai Italia (REUTERS/ Max Rossi)
VIVAnews–Yannic Sgaga menikmati makan malam istimewa bersama saudara lelakinya. Perempuan asal Swiss itu bersantap di tengah lautan, di restoran kapal pesiar Costa Concordia. Di sekitar mereka, berkerubung para wanita dan lelaki. Para perempuan bergaun malam. Lelaki berjas dan dasi. Bau parfum meruyak.
Restoran itu penuh gelak tawa, dan dengung suara orang bercakap. Kapal bergerak tenang mengiris laut. Di luar, langit merambat gelap. Tapi perasaan Sgaga agak terganggu. Entah kenapa, di restoran itu terdengar alunan soundtrack film ‘Titanic’. Kisah tragis Titanic, kapal pesiar yang tenggelam persis seabad lalu itu pun berkelebat. "Gambaran tragedi Titanic terus-menerus memasuki kepala saya,” kata Sgaga kepada La Tribune de Geneve.
Mendadak kapal berguncang, seperti membentur sesuatu. Sgaga terhenyak. Kapal itu tiba-tiba miring. Penumpang lain, Luciano Castro, juga merasakan hal sama. Ia yakin kapal telah menghantam sesuatu. Terdengar suara ledakan. Gelas dan piring di meja makan tiba-tiba berjatuhan ke lantai. Belum reda rasa terkejut penumpang, lampu kapal padam. Suasana gembira berubah mencekam. Tak ada yang tahu apa yang terjadi. Tiada pemberitahuan dari nahkoda maupun kru kapal. Kepanikan mulai menjalar. Para penumpang menjerit, dan berlarian ke sana ke mari. Seorang wanita muda--dia sedang hamil lima bulan, menangis ketakutan. Di tengah kekacauan, dari pengeras suara terdengar Kapten Kapal Francesco Schettino berbicara. Dia ingin penumpang tenang. Katanya, telah terjadi kerusakan listrik. Tapi panik tak reda. Mereka tak percaya hanya karena listrik rusak, kapal lantas menjadi miring. Apalagi, air laut mulai menggenangi salah satu sisi dek bagian bawah. Tak sabar melihat kapten bungkam, para awak kapal meminta penumpang memakai jaket pelampung. Terdengar peluit berbunyi tujuh kali. Artinya, semua orang di atas kapal itu harus merapat ke sekoci penyelamat. Semua panik. Awak kapal berusaha sebisa mungkin menyelamatkan penumpang. Penjaga pantai terdekat pun dikontak para kru. Kapal itu butuh bantuan evakuasi penumpang. Sebagian penumpang panik. Pelampung jadi rebutan. Evakuasi tambah rumit. "Saat itu saya yakin saya akan mati. Orang-orang mencoba mencuri jaket pelampung satu sama lain. Kami hanya mendapat satu jaket pelampung untuk anak-anak,” kata Antonietta Sintolli, 65 tahun. Tragedi pun dimulai. Yang tak kebagian sekoci penyelamat, lalu terjun ke laut yang dingin. Melompat ke laut juga dilakukan Nicole Servel. Ia melompat dengan jaket pelampung terpasang di badannya, dan selamat. Tapi, rupanya ia harus bertukar nyawa. Servel selamat berkat pengorbanan suaminya, Francis Servel.
Kisah Francis dan Nicole Servel seakan mengingatkan kita pada pengorbanan Jack Dawson, saat menyelamatkan Rose DeWitt Bukater dalam film Titanic itu.
Kembali ke Francis dan Nicole Servel, mereka sekeluarga sedang berlibur di atas Costa Concordia. Anak-anak mereka ikut serta. Servel menuturkan, jaket pelampung tak cukup bagi seluruh keluarganya. Ia sendiri tidak kebagian. Francis lah yang memberikan jaket pelampung miliknya kepada Nicole. Sang suami menyuruhnya melompat ke laut, tepat sebelum kapal karam. "Suami saya berteriak pada saya ‘Lompat, lompat!’ Dia juga berkata pada saya ‘Jangan cemas, aku akan baik-baik saja’,” tutur Nicole. Sang istri pun melompat ke laut. Tapi siapa sangka, itu pertemuan mereka terakhir. Francis yang tertinggal di atas kapal, sejak itu tak pernah terlihat lagi. "Saya berhutang nyawa pada mendiang suami saya,” kata Nicole seperti dikutip Emirates 24/7. Liburan keluarga Servel seharusnya menyenangkan. Tapi semua harus berakhir menyedihkan dengan hilangnya Francis. Sampai saat ini, tim penyelamat masih terus mencari jenazah Francis.
Evakuasi Teguh Haryono, seorang warga Indonesia, menceritakan situasi saat kapal itu menabrak karang. Saat itu, Teguh berada di dapur restoran Milano. Dia bekerja sebagai nelayan. Penumpang di restoran itu sangat panik. Mereka berteriak-teriak. Teguh bersama kru lain berusaha keras menenangkan. Awalnya, mereka mengatakan mungkin kapal berguncang karena angin kencang. Kru kapal tak tahu apa yang terjadi. Tak ada pemberitahuan resmi dari kapten. Mereka tak tahu kapal telah bocor, dan air menembus dek bawah. Setelah terdengar kode rahasia di pengeras suara, baru para awak kapal itu paham. "Terdengar sinyal Tango-India-Tango-India. Artinya, ada orang sakit. Tiga puluh menit kemudian, sinyal emergency dinyalakan. Kami langsung menggiring penumpang ke master station A dan B,” kata Teguh di Roma, Italia, saat dihubungi VIVAnews. Teguh mengatakan, para kru kapal sudah terlatih, dan tahu tugas masing-masing apabila situasi darurat terjadi. Teguh sudah sembilan tahun berlayar bersama perusahaan Costa Cruises, operator kapal Costa Concordia. Ia tahu betul apa yang harus dia lakukan.
"Saya bertugas melepas sekoci penyelamat dari kapal. Kapasitas sekoci penyelamat di tempat saya bertugas untuk 60 orang,” Teguh mengisahkan. Ada 26 sekoci penyelamat di Concordia. Sebagian besar berkapasitas menampung 150 orang. Selain sekoci penyelamat, masih ada 69 perahu karet dengan kapasitas tampung 35 orang. Saat genting itu kru kapal adalah orang paling sibuk menyelamatkan penumpang. Soalnya, tim penyelamat belum datang. Sayangnya, kata Teguh, 70 persen petinggi Kapal Concordia justru kabur menyelamatkan diri ke daratan. Termasuk Kapten Kapal Francesco Schettino. Pesta di ruang kemudi
Siapa sangka, juru mudi Costa Concordia saat tragedi itu adalah seorang Indonesia bernama Rusli. Teguh menceritakan, saat proses evakuasi berlangsung, Rusli terlihat syok dan gemetar. "Dia bilang sama saya, ‘Tadi gue yang jaga,’” ujar Teguh. Rupanya, saat itu Rusli sedang mendapat giliran piket. Ruang kemudi terletak di lantai paling atas kapal. Tapi Rusli hanya bertindak sebagai pengatur kemudi, sedangkan koordinat laju kapal, seluruhnya diatur oleh para pejabat kapal berpangkat lebih tinggi. Saat menerima perintah, Rusli sudah merasa aneh. Seharusnya kapal berbelok sekian derajat. Namun, ia justru menerima instruksi berbeda. Rusli ingat betul berapa derajat yang saat itu diperintahkan kepadanya. Hal itu ia sampaikan dalam pemeriksaan polisi. Yang mengejutkan, Rusli mengatakan ruang kemudi saat itu ramai. Ada pesta perpisahan dari salah seorang pejabat kapal. Lebih mengejutkan lagi, Kapten Kapal Francesco Schettino yang seharusnya bersiaga penuh di ruang kemudi, ternyata tidak berada di tempat seharusnya ia bertugas. "Di televisi dia (Schettino) berkata ada di ruang kemudi. Itu bohong besar,” kata Teguh. Ia menegaskan, dirinya melihat sendiri, sang kapten sedang makan malam, dan minum-minum di restoran bersama seorang perempuan. Kapten menghilang Seorang penumpang asal Belanda, Monique Maurek, juga mengaku melihat Kapten Kapal Schettino minum-minum di bar. "Ini skandal. Aku melihat kapten kapal menghabiskan malam, sebelum kapal menabrak karang. Dia minum-minum di bar sambil merangkul seorang perempuan cantik,” kata dia. Saksi lain, Phil Metcalf, mengaku melihat kapten kapal meninggalkan kapal di awal tahap evakuasi. Schettino disebut meninggalkan penumpang dan para stafnya yang berjibaku menyelamatkan ribuan penumpang yang panik.
"Karena kapten pergi meninggalkan kapal, tak ada pemegang otoritas. Setiap orang berupaya keras mengatasi kekacauan. Sangat jelas, para awak dengan kemauan mereka sendiri, mengisi kekosongan kapten dan berusaha membantu menyelamatkan para penumpang,” ujar Metcalf seperti dimuat Daily Mail.
Penumpang kapal lain, anggota militer Prancis Ophelie Gondelle dan petugas polisi David Du Pays juga mereka memergoki kapten kapal berada dalam sekoci penyelamat, menutupi tubuh dan wajahnya dengan selimut, sebelum semua penumpang dievakuasi dari kapal Concordia yang karam. Akibat tingkahnya itu, Francesco Schettino kini menghadapi tuduhan serius. Dia dituding biang kerok karamnya kapal pesiar mewah itu. Schettino juga diduga mengabaikan ribuan penumpangnya yang berjuang menyelamatkan diri. Alih-alih membantu para penumpang, ia justru ditemukan telah lebih dulu berada di sekoci penyelamat bersama para perwira kapal Concordia. Belakangan, terkuak Schettino diperintahkan kembali ke kapal oleh penjaga pantai guna membantu proses evakuasi. Tapi Schettino menolak. Dia mengajukan seribu satu alasan. Hal itu terungkap dari rekaman percakapan antara Schettino dengan penjaga pantai Gregorio De Falco. Menurut CNN, rekaman itu akan menjadi bukti kuat di pengadilan. Di transkrip itu, tampak De Falco marah kepada Schettino karena meninggalkan kapal beserta para penumpangnya. Sedikitnya 10 kali De Falco memerintahkan Schettino yang saat itu berada di sekoci penyelamat, untuk kembali ke kapal. "Kembali ke kapal! Ini perintah! Kau telah mengabaikan kapal. Sekarang saya yang memimpin. Kau ke kapal! Jelas?” teriak De Falco, dalam kutipan transkrip lengkap yang dimuat New York Post. Dia lantas memerintahkan Schettino memutar balik sekocinya, dan kembali memanjat ke dalam Concordia. De Falco juga meminta Schettino mendata jumlah penumpang selamat. "Kembali ke kapal, dan beri tahu saya berapa orang masih ada di sana, dan apa yang mereka perlukan. Beritahukan apakah ada anak-anak dan wanita, atau orang yang perlu bantuan,” kata De Falco.
Merasa Schettino bergeming dan tak menuruti perintahnya, De Falco makin berang. "Dengar Schettino, kau mungkin selamat. Tapi kau akan mendapatkan masalah lebih besar lagi! Kembali ke kapal!” teriak De Falco lagi.
Schettino lalu memberikan jawaban berputar-putar. Ia beralasan kondisi kapal sudah miring, dan terlalu gelap memberikan bantuan. "Apakah kau tahu di sana gelap, dan kami tidak bisa melihat apapun?” kata sang kapten. "Apa maksudmu? Di sana gelap dan kau ingin pulang? Sekarang kembali ke kapal dan naik melalui tangga, lalu beritahukan apa yang bisa dilakukan, berapa banyak, dan apa yang mereka perlukan. Sekarang!” jawab De Falco geram. BBC melaporkan, operator Costa Concordia, Costa Crociere, mengatakan Schettino membawa kapal terlalu dekat ke daratan. Akibat kesalahannya, kapal menabrak karang. Lambung Concordia robek. Air pun masuk ke dalam kapal. Perusahaan Costa Crociere juga menegur sang kapten dengan keras. "Kapten telah melakukan kesalahan penilaian, yang berkonsekuensi serius. Rute yang diambil kapal terlalu dekat dengan pantai. Selain itu keputusannya dalam keadaan darurat juga tak ikut prosedur Costa Crociere yang telah memenuhi standar internasional,” kata perusahaan itu dalam satu pernyataan resmi.(np)
|