REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Bukan lagi rahasia
bahwa Cina memiliki hubungan bisnis erat dengan Iran. Tak heran Cina
memandang sanksi baru yang diberikan pada Iran dapat merusak hubungan
kedua negara. "Sanksi bukanlah solusi yang tepat,” ujar Menteri Luar
Negeri Cina, Jumat (11/11).
Juru bicara menteri luar negeri, Hong
Lei, mengatakan Cina dan Iran memiliki perjanjian bisnis komersial yang
transparan, seperti negara-negara lainnya. Perjanjian ini menguntungkan
kedua belah pihak.
Perjanjian tersebut, imbuhnya, juga tidak
membahayakan aktivitas yang dilakukan negara lain. "Ini tidak melanggar
resolusi Dewan Keamanan (DK),” ujar dia. Ia juga menegaskan perjanjian
ini tidak mengurangi sudut pandang Cina terhadap pembuatan nuklir.
Ia
berpendapat dialog dan kerjasama adalah jalan keluar terbaik dalam
menyelesaikan masalah nuklir di Iran. Sanksi dan tekanan tidak akan
menyelesaikan masalah. Namun ia tidak menjelaskan sanksi yang diterapkan
sepihak oleh Amerika Serikat dapat membahayakan Beijing atau tidak.
Pemerintah
Barat sebenarnya lebih memilih sanksi melalui DK PBB. Namun, langkah
ini terganjal oleh Rusia dan Cina yang memiliki hak veto. Iran adalah
negara sumber minyak ketiga terbesar terhadap Cina. Iran menyuplai 20,3
juta ton minyak dalam sembilan bulan pertama pada tahun ini.
Teheran
juga menolak tudingan Barat seputar fasilitas nuklirnya. Mereka
berkelit program nuklir ini hanya untuk memproduksi listrik dan
kepentingan damai lainnya.