VIVAnews – Pilot dan kru pesawat Lion Air JT-904 yang tercebur ke Laut Bali dinyatakan negatif narkoba berdasarkan tes narkoba tahap awal, Minggu 14 April 2013. Meski demikian, hasil ini belum final karena polisi baru memeriksa sampel darah saja.
Seluruh kru pesawat naas itu masih harus menjalani satu tahapan uji narkoba lagi berupa pengambilan sampel rambut. "Setiap tahapan tes narkoba harus dilakukan. Hasil awal negatif narkoba, tapi terus dimonitor karena tes belum selesai,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bhakti, di Bandara Ngurah Rai, Bali.
Lewat pemeriksaan sampel darah itu pula, pilot dan kru pesawat Lion Air JT-904 tak terbukti mengonsumsi minuman beralkohol. Apapun, para kru pesawat ini dilarang terbang selama dua minggu ke depan untuk menyelesaikan seluruh tes dari pihak kepolisian, dan untuk kepentingan penyelidikan.
Sampai saat ini, penyebab jatuhnya Lion Air ke perairan dekat Bandara Ngurah Rai, Bali, itu memang belum diketahui. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih menyelidikinya, termasuk dengan mencari salah satu bagian kotak hitam, Cockpit Voide Recorder (CVR), yang hingga Minggu sore masih terendam di laut.
Tanpa CVR, rekaman suara di kokpit pesawat, baik percakapan pilot dan kopilot maupun berbagai bunyi yang ada di dalam kokpit, tak dapat diketahui. CVR yang terletak di bagian ekor pesawat ini terendam air laut sehingga butuh waktu lebih lama untuk menemukannya. Tim penyelam profesional pun diterjunkan untuk mengambilnya.
Ini bukan kali pertama Lion Air mengalami kecelakaan. Maskapai penerbangan milik pengusaha Indonesia Rusdi Kirana yang mencetak rekor internasional dengan memborong 230 unit Boeing dan 234 Airbus ini tercatat sudah belasan kali celaka. Saking seringnya celaka, Lion Air masuk daftar maskapai yang dilarang terbang di Uni Eropa pada Februari 2012. Berikut daftar panjang kecelakaan Lion Air:
1. 14 Januari 2002, Lion Air penerbangan 386 PK-LID, Boeing 737-200 rute Jakarta-Pekanbaru-Batam, gagal mengudara dan terjerembab setelah badan pesawat meninggalkan landasan pacu di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, lebih dari lima meter. Tujuh orang penumpang luka-luka dan patah tulang dalam insiden ini. 2. 31 Oktober 2003, Lion Air penerbangan 787, MD-82 rute Ambon-Makassar-Denpasar, keluar jalur saat mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar. 3. 3 Juli 2004, Lion Air penerbangan 332, MD-82 rute Jakarta-Palembang, mendarat tidak sempurna di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang. 4. 30 November 2004, Lion Air penerbangan 538 PK-LMN, MD-82 rute Jakarta-Solo-Surabaya, tergelincir saat mendarat di Bandara Adisumarmo, Solo. Sebanyak 26 penumpang tewas. 5. 10 Januari 2005, Lion Air penerbangan 789, MD-82, gagal mengudara di Bandara Wolter Monginsidi, Kendari, akibat salah satu bannya kempes. 6. 3 Februari 2005, Lion Air penerbangan 791, MD-82 rute Ambon-Makassar, tergelincir saat mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar. 7. 12 Februari 2005, Lion Air penerbangan 1641, MD-82 rute Mataram-Surabaya, tergelincir roda depannya keluar landasan sekitar setengah meter di sebelah utara pinggir landasan pacu, ketika akan take off di Bandara Selaparang, Mataram. 8. 6 Mei 2005, Lion Air penerbangan 778, MD-82 rute Jakarta-Makassar, pecah ban saat mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar. Akibatnya pilot terpaksa menghentikan pesawat di landasan pacu sebelum mencapai lapangan parkir. 9. 24 Desember 2005, Lion Air penerbangan 792, MD-82 rute Jakarta-Makassar-Gorontalo, tergelincir saat mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar. 10. 18 Januari 2006, Lion Air penerbangan 778, MD-82 rute Ambon-Makassar-Surabaya, tergelincir saat mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar. 11. 4 Maret 2006, Lion Air penerbangan 8987, MD-82 rute Denpasar-Surabaya tergelincir saat mendarat di Bandara Juanda, Surabaya karena cuaca buruk. 12. 24 Desember 2006, Lion Air penerbangan 792, PK-LIJ Boeing 737-400 rute Jakarta-Makassar-Gorontalo, tergelincir saat mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar. 13. 9 Mei 2009, Lion Air PK-LIL MD-90 tergelincir di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. 14. 3 November 2010, Lion Air penerbangan 712, PK-LIQ Boeing 737-400 rute Jakarta-Pontianak-Jakarta, tergelincir di Bandara Supadio, Pontianak. 15. 14 Februari 2011, Lion Air penerbangan 598, Boeing 737-900 ER rute Jakarta-Pekanbaru, tergelincir saat mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. Semua penumpang selamat. 16. 15 Februari 2011, Lion Air penerbangan JT 0295, Boeing 737-900 ER rute Medan-Pekanbaru-Jakarta, tergelincir di Pekanbaru. Seluruh roda pesawat keluar dari lintasan bandara. Semua penumpang selamat dan tidak luka. 17. 23 Oktober 2011, Lion Air JT 673 tergelincir sejauh 15 meter hingga menyentuh area ujung landasan di Bandara Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur. Kedua roda pesawat terperosok. 18. 30 Desember 2012, Lion Air tergelincir di Bandara Supadio, Pontianak, pukul 22.00 WIB. Roda sebelah kanan pesawat amblas dalam kejadian itu. 19. 13 April 2013, Lion Air dari Bandung tujuan Bali terjatuh di laut dekat Bandara Ngurah Rai, Bali, pada saat akan mendarat.
Baru sebulan beroperasi
Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, mengatakan pesawat JT-904 yang jatuh ke laut Bali dalam kondisi laik terbang. Pesawat bahkan baru dioperasikan sebulan yang lalu dan termasuk tipe tercanggih Boeing, yakni 737-800NG (Next Generation). (Lihat VIDEO: Lion Air Nahas, Pesawat Boeing Tercanggih).
Direktur Airport Lion Air, Daniel Putut, mengatakan manajemen selama ini selalu mengawasi ketat seluruh kru dan armada pesawat, termasuk jenis Boeing 737-800NG yang diproduksi tahun 2012 itu. "Setiap saat kami audit, dan pesawat yang jatuh itu baru satu bulan beroperasi,” kata Daniel dalam konferensi pers di Bandara Ngurah Rai, Bali, Minggu 14 April 2013.
Pilot pesawat, M. Gazali, juga disebut dalam kondisi sehat. "Pilot sehat walafiat. Kru dicek tiap 6 bulan. Jam terbang Kapten Gazali sebagai pilot senior lebih dari 10.000,” kata dia. Seperti telah disebut di atas, pilot pun berdasarkan pemeriksaan sampel darah oleh kepolisian, terbukti negatif narkoba.
Edward mengatakan, kecelakaan Lion ini tak terkait faktor cuaca. "Namun pesawat mengalami masalah ketika hendak mendarat sekitar pukul 15.10 WITA,” kata Edward. Berikut kronologi jatuhnya pesawat:
Pukul 12.48 WIB, pesawat Lion Air JT-904 terbang dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung.
Pukul 15.00 WITA, kondisi cuaca di Bandara Ngurah Rai, Bali, sudah mulai gelap.
Pukul 15.35 WITA, pesawat Lion Air JT-904 seharusnya mendarat di landasan 09 Bandara Ngurah Rai, Bali. Namun landasan 09 itu tidak dilengkapi dengan instrumen sistem pendaratan, sehingga ketinggian dan kecepatan pesawat menjelang pendaratan dikendalikan manual oleh pilot.
Pukul 15.35 WITA itu juga, pesawat Lion Air JT-904 jatuh ke perairan di dekat Bandara Ngurah Rai, hanya beberapa meter dari landasan. Pesawat tidak pernah mencapai landasan, dan langsung tercebur ke laut.
Pukul 15.40 WITA, petugas bandara dan tim penyelamat mengevakuasi penumpang. Saat itu kondisi pintu darurat Lion Air sudah terbuka.
Pukul 16.20 WITA, evakuasi penumpang seluruhnya selesai dilakukan.
Ada beberapa kemungkinan penyebab pesawat jatuh, antara lain kecepatan pesawat saat mendarat kurang dari seharusnya, atau pesawat terhempas angin saat hendak mendarat. Meskipun cuaca di Bandara Ngurah Rai disebut agak gelap ketika pesawat hendak mendarat, namun berdasarkan pengamatan mata awam, tidak ada masalah dengan cuaca.
Edward Sirait mengatakan, kondisi cuaca saat penerbangan memang tidak bisa dipastikan oleh pandangan mata saja. Untuk itu KNKT mesti memeriksa Flight Data Recorder (FDR), salah satu bagian kotak hitam pesawat, FDR ini merekam segala data yang berhubungan dengan komando pilot atas pesawat, seperti ketinggian dan kecepatan pesawat, dan temperatur udara pada saat pesawat melintas.
FDR telah ditemukan dan diamankan oleh otoritas Bandara Ngurai Rai. FDR dan CVR sama-sama dibutuhkan untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat secara akurat. Rencananya kedua bagian kotak hitam ini akan dibawa ke Jakarta untuk dianalisis.
Edward Sirait mengatakan, manajemen Lion Air tidak dalam kapasitas menjelaskan dugaan penyebab kecelakaan. "Ada ahlinya,” kata dia.
|