VIVAnews - Dzhokhar Tsarnaev, pelaku pengeboman
Boston yang selamat dari serbuan polisi telah sadarkan diri. Dia
mengalami luka di tenggorokan dalam baku tembak Jumat malam pekan lalu
di kota Watertown.
Diberitakan
CNN, Senin 22 April 2013,
Dzhokhar masih dalam keadaan lemah namun stabil. Dia tidak bisa
berbicara karena tertembak di bagian kiri tenggorokannya. Kendati
demikian, dia masih bisa berkomunikasi dengan polisi melalui tulisan.
Menurut
sumber kepolisian, komunikasi melalui kertas bukan merupakan
interogasi. Walaupun Dzhokhar sudah stabil, namun kondisinya belum
memungkinkan untuk ditanyai banyak.
Pemuda 19 tahun ini dirawat
di Rumah Sakit Beth Israel di Boston. Belum diketahui apakah lukanya
akibat tertembak saat ditangkap di dalam perahu boat warga atau dalam
baku tembak sebelumnya yang menewaskan kakaknya Tamerlan Tsarnaev, 26.
Dia
tertangkap setelah dilakukan pemburuan selama seharian sejak dini hari
hingga malam di Watertown. Akses kota ditutup dan transportasi dilarang
beroperasi untuk mengepung Dzhokhar. Dia akhirnya tertangkap setelah
warga melihatnya dan melapor.
Bersama
kakaknya, dia meledakkan dua bom di Boston's Marathon Senin pekan lalu,
menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 170 orang. Hingga kini,
belum diketahui motif penyerangan mematikan tersebut.
Walikota
Boston Thomas Menino mengatakan bahwa negara bagian Massachusetts tidak
memiliki hukuman mati. Namun, kata dia, dalam kasus ini bisa saja hakim
memvonis mati Dzhokhar karena telah menebar teror di Boston.
"Saya
harap hakim di AS membawanya ke pengadilan federal dan menjatuhinya
hukuman mati. Dua orang ini telah membuat kota lumpuh selama lima hari.
Inilah yang ingin dilakukan teroris, melumpuhkan kota dan menghentikan
perekonomian," kata Menino.