VIVAnews - Suasana rapat pleno penetapan hasil rekapitulasi suara Pemilihan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur Bali yang digelar di kantor KPUD Provinsi Bali, Jalan Tjok Agung Tresna, Renon, Denpasar, Minggu 26 Mei 2013, berlangsung panas. Saksi pasangan nomor urut 1, Arteria Dahlan, terlibat ketegangan saat proses rekapitulasi suara dilakukan.
Ketegangan itu bermula dari luar ruang rapat pleno, di mana sejumlah simpatisan PDIP membawa sembilan bok kontainer berisi kecurangan. Sembilan kontainer itu dibawa simpatisan dari kantor DPD PDIP ke kantor KPUD Bali. Mereka menduga ada kecurangan dalam pelaksanaan pemungutan suara.
Puncak ketegangan itu terjadi saat saksi pasangan yang diusung PDIP, Arteria, menghampiri kursi Ketua KPUD Bali, Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, dan membeberkan kecurangan terhadap kandidat yang diusung partainya di Kabupaten Buleleng. Dia mendesak untuk dilakukan penghitungan ulang suara berbasis pada formulir C1.
Tak terima dengan sikap Arteria, saksi pasangan nomor urut 2, Gde Sumarjaya Linggih memprotes sikap Arteria. "Mohon jika ingin menunjukkan keberatan tetap di kursi, jangan maju ke depan, ke podium," kata Linggih. Pernyataan itu rupanya tak dihiraukan Arteria. Linggih yang merupakan politisi Partai Golkar itu meminta kepada Ketua KPU untuk memaksa Arteria kembali ke tempat duduknya.
Ketua KPUD Lanang Putra Perbawa pun merespon, dia meminta saksi nomor 1 untuk kembali duduk di kursi yang telah disediakan. "Saya peringatkan agar saksi nomor 1 duduk," tegas Lanang. Teguran Lanang juga tak digubris, Arteria tetap mengajukan protes sambil berdiri. Sampai akhirnya Lanang memerintahkan aparat keamanan untuk menggiring saksi nomor urut 1 ke luar arena pleno.
"Anda sudah melanggar tata tertib. Mohon aparat keamanan bawa ke luar saksi nomor 1. Ke luar Anda!" ucap Lanang.
Ketegangan mereda, Arteria, kembali ke tempat duduk. Meski PDIP sempat memprotes agar pleno ditunda, namun penetapan pemenang hasil rekapitulasi suara Pilgub Bali pada 15 Mei lalu tetap dilaksanakan.
Hasilnya, pasangan no urut 2, Made Mangku Pastika-Ketut Sudikerta (Pasti-Kerta), dinasbihkan sebagai pemenang. Pasangan nitu diusung koalisi partai Golkar-Demokrat dan tujuh partai lainnya.
Made Mangku Pastika-Ketut Sudikerta mengungguli kandidat nomor urut 1, Anak Agung Ngurah Puspayoga-Dewa Nyoman Sukrawan (PAS), dengan selisih 996 suara. Puspayoga-Sukrawan yang diusung PDIP memperoleh sebanyak 1.062.738 suara. Sementara Pastika-Sudikerta meraup 1.063.734 suara.
Penentapan hasil rekapitusali KPUD Bali itu ditolak PDIP. Wakil Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristianto, mengatakan, hasil pleno KPU tidak sesuai dengan dokumen C1. Dalam dokumen C1 kata dia, kandidat yang diusung partainya, Anak Agung Ngurah Puspayoga-Dewa Nyoman Sukrawan (PAS) mengungguli Made Mangku Pastika-Ketut Sudikerta (Pasti-Kerta).
"Berdasarkan pasal 25 ayat 5 dan 6 Peraturan KPU Nomor 16 Tahun 2010 tentang Tata Cara Rekapitulasi, seharusnya keberatan kami langsung dikoreksi seketika, secara langsung. Tapi hal itu tidak dilakukan, meski kami sudah tunjukkan bukti otentik," kata Hasto di Kantor DPD PDIP, Jalan Moncong Putih, Renon, Denpasar.
Menurut dia, terjadi kekeliruan rekapitulasi suara masing-masing kandidat. Hal itu berdasarkan dokumen C1 yang didapat dari penyelenggara KPU dari semua TPS se-Bali. Hasto masih berharap KPUD Bali membuka ruang untuk membuka kembali dokumen C1. "Dengan niat baik, dengan cara-cara yang baik. Ada 9 kontainer dokumen, sudah 4 kali dicek, pasangan Puspayoga-Sukrawan masih unggul," kata dia.
Namun, Ketua KPUD Bali, Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, menegaskan tidak ada perubahan suara pada pleno Pilgub Bali yang digelar hari ini. KPUD Bali telah mengacu pada rapat pleno yang telah ditetapkan oleh tingkatan di bawahnya.
"Suara tetap tidak berubah. Silakan saja mereka keberatan. Itu hak nomor 1. Tapi mekanisme sudah berjalan mulai dari TPS, desa, kecamatan hingga kabupaten," kata Lanang
Sementara soal keinginan tim kandidat nomor 1 yang meminta KPUD menunda rapat pleno tidak bisa dipenuhi. Sebab seluruh tahapan Pilgub Bali sudah ditetapkan jauh hari. "Yang jelas kami merekapitulasi hasil suara dari seluruh kabupaten/kota. Suara sudah tidak bisa berubah, kan sudah ditetapkan," tegas Lanang
Unggul di Jawa Tengah
Cerita sebaliknya datang dari Jawa Tengah. Pasangan Ganjar Pranowo dan Heru Sudjatmoko yang diusung PDIP unggul sementara dalam pemilihan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah. Pasangan nomor urut 3 itu menang dalam hitung cepat (quick count) Lingkaran Survei Indonesia (LSI) bekerjasama dengan tvOne di Pilkada Jawa Tengah, Minggu 26 Mei 2013.
Dari total 98,25 persen jumlah suara masuk, pasangan yang diusung PDI Perjuangan itu memperoleh 49,35 persen suara.
Pasangan nomor urut 2, Bibit Waluyo-Sudijono Sastroatmodjo, yang diusung Golkar, Demokrat dan PAN, berada di posisi kedua dengan perolehan suara 30,09 persen.
Sementara, pasangan nomor urut 1, Hadi Prabowo-Don Murdono, berada di posisi buncit. Pasangan yang diusung PKS, Gerindra, PPP, Hanura, PKB dan PKNU, memperoleh 20,56 persen suara.
Tak berbeda dengan hasil Lingkaran Survei Indonesia, hasil hitung cepat oleh beberapa lembaga survei lainnya juga menempatkan Ganjar-Heru di posisi teratas.
Hitung cepat lembaga Indobarometer bekerjasama dengan Metro TV, dari 97 persen suara yang masuk, Ganjar-Heru memperoleh 46,88 persen, Bibit-Sudijono 31,77 persen dan Hadi Prabowo-Don Murdono 21,34 persen.
Survei Saiful Mujani Research & Consulting-SCTV, dari total 100 persen suara yang masuk, pasangan Ganjar-Heru memperoleh 49,93 persen, Bibit Waluyo-Sudijono 30,15 persen dan Hadi Prabowo-Don Murdono 19,92 persen.
Daftar Pemilih Tetap (DPT) dalam pemilihan gubernur Jawa Tengah sebanyak 27.385.985 pemilih. Pemilih perempuan mencapai 13.774.665 orang dan laki-laki sebanyak 13.611.320 orang. Jumlah TPS ada 61.951
Beda Figur
Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia, Iberamsjah, menilai, kekalahan PDIP di Bali dan kemenangan di Jawa Tengah merupakan dua kasus yang berbeda, meskipun dua daerah itu sama-sama merupakan basis massa PDIP. Menurutnya kemenangan dan kekalahan PDIP dalam dua Pemilukada itu terletak pada figur. "Kalau dalam pemilihan ini sebenarnya terletak pada figur," ujar Iberamsjah kepada VIVAnews.
Dia menganggap, figur calon yang diusung PDIP dalam Pemilukada Bali yakni Puspayoga-Sukrawan dianggap masih di bawah seterunya, yaitu Pastika-Sudikerta. Pasangan Pastika-Sudikerta merupakan figur yang populer di Bali. Apalagi Mangku Pastika adalah calon incumbent. "Bisa dibilang susah mengalahkan Mangku Prastika meski Puspayoga-Sukrawan didukung PDIP," terangnya.
Sementara untuk Pemilukada Jawa Tengah, Iberamsjah menilai, sosok Ganjar Pranowo, calon Gubernur Jawa Tengah yang didukung PDIP merupakan calon muda, enerjik dan figur yang dapat menjanjikan adanya perubahan bagi masyarakat Jawa Tengah. Tak heran jika dalam versi hitung cepat, Ganjar mampu mengalahkan calon incumbent, Bibit Waluyo.
"Nah Bibit tidak bisa menggunakan keunggulannya sebagai incumbent. Itu kurangnya dia (Bibit). Ganjar lebih karismatik dan lebih muda," ujar Iberamsjah.
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Ardian Sopa, mengatakan ada beberapa kunci kesuksesan Ganjar Pranowo di pemilihan Gubernur Jawa Tengah. Pertama, masyarakat Jawa Tengah melihat Ganjar Pranowo sebagai tokoh yang bisa membawa perubahan ke arah lebih baik bagi Jawa Tengah.
"Kemenangan Ganjar Pranowo di Quick Count itu disebabkan karena dia bisa memposisikan diri sebagai tokoh yang bisa membawa perubahan untuk Jawa Tengah," kata kata Ardian Sopa di kantor LSI, Jakarta.
Kedua, Ganjar Pranowo, mendapat dukungan yang solid dari Partai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Itu dapat dilihat dari instruksi Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Ia mengatakan daerah lain boleh kalah, tapi Jawa Tengah adalah bumi Marhaenisme dan harus menang.
Sementara calon incumbent Bibit Waluyo yang dalam pilkada sebelumnya didukung PDIP dengan semua prestasinya, ternyata tidak berhasil meyakinkan publik Jawa Tengah. Ia tidak bisa meyakinkan masyarakat, jika terpilih lagi akan membuat Jawa Tengah menjadi lebih baik lagi.
Ardian Sopa juga menyampaikan, kesuksesan PDI Perjuangan dalam pemilihan gubernur di beberapa daerah menjadi sangat menarik. Misalnya di Jakarta berhasil memenangkan Jokowi. Kemudian di Bali, meskipun kalah selisihnya sangat tipis. "PDIP mampu memobilisasi pendukung-pendukungnya untuk memenangkan salah satu calonnya," kata Ardian Sopa.
Faktor-faktor itu yang membuat Ganjar Pranowo bisa dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin Jawa Tengah selama lima tahun ke depan.
|