Merpati. Foto: Sindoradio
JAKARTA - PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) menyatakan siap membayar utang berjalan (current outstanding) sebesar Rp8,2 miliar dan USD121 ribu kepada PT Pertamina pada Jumat 21 Oktober mendatang.
Direktur
Utama MNA Sardjono Jhonymengatakan, PT Perusahaan Pengelolaan Aset
(PPA) sebagai penjamin dana talangan sebelum APBN cair akan melakukan
rapat umum pemegang saham (RUPS) pada Jumat mendatang.
Dalam
rapat tersebut, PT PPA yang bertugas menjaga restrukturisasi Merpati
akan membahas pencairan dana sebesar Rp561 miliar kepada perseroan.
"Kami
telah melakukan pertemuan dengan PT PPA dan Pertamina, dari pertemuan
tersebut telah disepakati dana talangan akan cair setelah RUPS pada
Jumat ini,” kata Jhony dalam keterangan persnya di Jakarta kemarin.
Selain
digunakan untuk membayar current outstanding, dana talangan tersebut
juga akan digunakan Merpati untuk menambah alat produksi, termasuk
pembelian suku cadang pesawat.
Langkah ini menjadi penting karena kualitas alat produksi Merpati menurun akibat pendapatan perseroan tidak mampu membayarnya.
Jhony
menambahkan, untuk pengisian bahan bakar pesawat (avtur) selanjutnya
harus dibayarkan tunai kepada Pertamina setelah avtur diterima Merpati.
"Jadi, tidak benar kalau Merpati tidak beritikad baik untuk membayar utang avtur kepada Pertamina,” ucapnya.
Dia
mengakui bahwa Pertamina sempat menghentikan pasokan avtur ke Merpati
di dua bandara yang menjadi urat nadi maskapai ini yakni Juanda Surabaya
dan Sultan Hasanuddin Makassar pada Sabtu 15 Oktober dini hari.
Namun,
Minggu 16 Oktober pukul 11.00 WIB, Pertamina kembali memasok avtur di
dua bandara tersebut sehingga penerbangan dari Surabaya dan Makassar
kembali lancar.
Meski demikian, pihaknya sempat mencatat kerugian
Rp2,5 miliar akibat permasalahan tersebut. Jhony berharap dana
restrukturisasi dan revitalisasi Merpati melalui penyertaan modal negara
(PMN) sebesar Rp561 miliar juga segera cair.
Dengan demikian,
pihaknya dapat menggunakan dana itu untuk menambah alat produksi,
membayar bayar utang avtur ke Pertamina senilai Rp270 miliar, juga utang
berjalan. Dia menyatakan, total utang Merpati kepada kreditur hingga
saat ini mencapai Rp1,9 triliun.
"Sampai saat ini, 17 Oktober
2011, kami belum mendapatkan dana talangan. Karena molor, alat produksi
menurun dan pendapatan tidak mampu membayar utang,” kata dia.
Jhony
menyatakan, biaya untuk avtur mencapai Rp3 miliar-Rp3,5 miliar per
hari, sedangkan pendapatan mencapai Rp3,5 miliar–Rp4,5 miliar per hari.
Dengan demikian, pihaknya merugi Rp15 miliar pada September 2011.
"Memang
pendapatan kami tipis selisihnya dengan biaya avtur. Karena itu, kami
perlu peningkatan alat produksi untuk mendongkrak pendapatan. Itu dapat
diperoleh setelah mendapat dana talangan yang sebesar Rp561 miliar
cair,” ungkapnya.
Jhony menambahkan, pihaknya dan Pertamina sudah
sepakat untuk melakukan pencicilan utang avtur 2006-2007 senilai Rp270
miliar, dibagi dalam dua tahap.
VP Corp Comm Pertamina Mochamad
Harun membenarkan, telah tercapai kesepakatan antara Pertamina dan MNA
bahwa utang tahap pertama sebesar Rp212 miliar di luar denda dan bunga
akan dibayarkan dalam waktu maksimal tujuh tahun. Sedangkan utang tahap
kedua sebesar Rp44 miliar dan USD700 ribu akan dibayarkan maksimum dua
tahun.
"Benar untuk utang saat ini (current outstanding) sebesar
Rp8,2 miliar dan USD121 ribu akan dibayarkan paling lambat Jumat, 21
Oktober 2011,” kata Harun seusai acara World Renewable Energy Congress,
Nusa Dua Bali, kemarin. (heru febrianto/nanang wijayanto) (Koran SI/Koran SI/ade)