JAKARTA – Kasus korupsi yang menyeret
sejumlah nama menteri di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II
memantik desakan publik agar Presiden segera melakukan perombakan di
jajaran kabinetnya.
Tak cuma kasus korupsi, adanya meteri yang
berskandal selingkuh, beristri lebih dari satu, sampai digugat cerai
istri kian menambah catatan pembantu presiden yang bermasalah. Kendati
demikian, apakah hal ini menjadi bahan pertimbangan Presiden SBY akan
berani melakukan reshuffle terutama melepas menteri bermasalah asal
partai politik, sebagian publik masih meragukannya.
Pengamat
Politik Fadjroel Rahman menilai isu reshuffle kabinet yang akan terjadi
di akhir tahun ini hanya akan menjadi isapan jempol belaka. "Saya tidak
percaya bakal ada reshuffle kabinet. Isu itu terus-menerus diulang.
Sudah tiga kali diulang tapi tidak pernah terjadi,” ujar Fadjroel kepada
okezone, Sabtu (17/9/2011) malam.
Menurut Fadjroel, keputusan
reshuffle kabinet seluruhnya bergantung pada keberanian Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY). Namun dia memastikan dalam situasi kondisi
seperti saat ini di mana banyak menteri terlibat kasus di
kementeriannya, SBY akan mencari posisi aman dan tidak akan mengambil
risiko dengan mereshuffle menterinya. "Ini sangat tergantung pada
karakter SBY yang penakut,” tuturnya.
Fadjroel mengatakan, bila
SBY ingin melakukan reshuffle kabinet maka yang harus dilakukan adalah
melepaskan menteri-menteri yang berasal dari partai politik dan
menggantinya dengan para profesional yang ahli di bidangnya.
"Kalau
mau reshuffle tidak lagi masukan orang-orang partai, tapi buat kabinet
ahli untuk mengisi sisa jabatan yang tinggal 2,5 tahun ini,” paparnya.
Seperti diketahui, Kepala Unit Kerja Presiden Bidang
Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto
mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan memutuskan kepastian
mengenai reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II pada akhir tahun ini.
"Ukurannya
tiga bulanan, tapi sekarang kan sudah bulan ke berapa. Jadi nanti kita
lihat akhir tahun," kata Kuntoro di komplek Istana Presiden, Jalan Medan
Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat 16 September 2011.
Dia
menambahkan, saat ini Presiden tengah mempelajari soal menteri-menteri
yang bermasalah. Kemungkinan mengenai reshuffle sebelumnya juga
disampaikan Staf Khusus Presiden Bidang Politik Daniel Sparingga.
"Saya
tidak bisa menggunakan kata atau kalimat yang lebih terang, selain
mengatakan Presiden menangkap pesan (reshuffle) itu dan menjadikannya
kekuatan untuk melakukan perubahan agar kinerja pemerintah yang masih
tersisa tiga tahun tidak mengecewakan atau dikenang,” ujar Daniel,
kemarin.
(ram)