Kereta Rel Listrik Jabodetabek (VIVANews/ Anhari Lubis)
VIVAnews - Pemberlakuan single operation
yang mewajibkan seluruh kereta berhenti di setiap stasiun, termasuk
kereta ekspres, ditentang para penumpang kereta. Sistem baru yang akan
berlaku pada 2 Juli 2011 itu dianggap tak berpihak kepada kelangsungan
transportasi massal.
Penentang keras kebijakan itu adalah
komunitas KRLMania.com. Mereka menggugat alasan pemberlakuan pola
operasi dua kereta, yaitu kelas ekonomi dengan subsidi, dan kereta
Commuter Line nonsubsidi. Yang terakhir itu akan menggantikan kereta
ekspres.
Penghapusan kereta ekspres, kata komunitas itu, akan
menyebabkan kemacetan. Soalnya, para penumpang kereta cepat, --mereka
adalah warga daerah pinggiran tapi bekerja di pusat kota--mengancam akan
pergi ke kantor dengan kendaraan pribadi. Bila setengah dari pengguna
kereta ekspres yang jumlahnya sekitar 50 ribu orang itu memakai mobil,
tentu akan menambah kemacetan Jakarta.
Moderator KRL Mania.com,
Nur Cahyo, mengatakan selain tak ada angkutan cepat dan nyaman bila KRL
Ekspres dihapus, penumpang juga mempersoalkan kenaikan tarif tak adil.
Kenaikan itu dianggap tak merujuk kualitas pelayanan pada saat kereta
Commuter Line nanti dioperasikan.
Berdasarkan kebijakan baru,
kereta ekspres akan diganti KRL Commuter Line yang berhenti di setiap
stasiun dengan tiket Rp9.000. Harga itu setara tiket kereta ekspres
jurusan Depok-Jakarta. Padahal kualitas pelayanan pada sistem baru itu
dianggap berkurang. Soalnya, waktu tempuh jadi lebih lama. Penumpang
lebih sesak, karena kereta berhenti di setiap stasiun.
Menurut
KRLMania, kebijakan baru itu juga tak akan berhasil mencapai target daya
angkut penumpang 1,2 juta orang setiap hari. Soalnya, bila ingin
menambah daya angkut, dan menarik pengguna kendaraan pribadi beralih ke
angkutan umum, maka pemerintah harus menyediakan kereta yang lebih
manusiawi.
KRLMania, yang mengklaim sebagai komunitas penumpang
kereta terbesar, juga menolak penentuan tarif sesuai kebijakan baru.
Kenaikan tarif, kata mereka, harus dikaji kembali agar sesuai kualitas
pelayanan yang diberikan. "Seluruh stakeholder KRL Jabodetabek, seperti
operator, regulator, konsumen, LSM transportasi, harus duduk bersama
membicarakan hal ini," ujar Nur Cahyo.
Kominitas itu juga meminta
PT KA atau anak perusahannya PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) menunda
pemberlakuan kebijakan itu. Mereka menuntut adanya sosialisasi, terutama
soal perubahan pola perjalanan, jadwal, tarif untuk setiap kelas dan
tata cara perpindahan perjalanan kereta. Sosialisasi ini harus dilakukan
selambatnya dua pekan sebelum kebijakan baru itu berlaku.
Menanggapi
tuntutan itu, PT KAI Commuter Jabodetabek sebagai operator KRL Commuter
Line itu meminta semua pihak memahami sistem baru ini nantinya akan
berintegrasi dengan layanan bus Transjakarta. Itu sebabnya seluruh
kereta akan berhenti di setiap stasiun.
Soal kenaikan tarif,
Corporate Secretary PT KAI Commuter Jabodetabek, Makmur Syaheran
membantah. Menurut dia, tak ada kenaikan harga karcis kereta ekonomi.
Artinya tarif tetap Rp1.000 hingga Rp2.000. Sedangkan kereta Commuter
Line untuk tujuan Bogor-Jakarta Rp9.000. Rute Bekasi-Jakarta Kota
Rp8.000, dan tujuan Manggarai-Serpong Rp8.000.
"Kereta ekonomi AC
semula dapat subsidi tapi bisa disusul kereta ekspres. Tapi tanpa harga
subsidi tidak ada penyusulan. Semua akan berhenti di stasiun," ujar
Makmur.
Dia menegaskan, meski yang tak setuju sebagian besar pengguna kereta
ekspres, tapi banyak juga pengguna jasa kereta ekonomi sepakat dengan
kebijakan baru itu. "Semua orang harus mendapat perhatian yang sama,"
ujarnya.
Rute baru
Setelah sistem baru ini berjalan kelak, pada akhir 2011 juga akan
terjadi perubahan rute kereta. Dari semula 37 tujuan, akan menjadi 5
rute, termasuk penerapan sistem 'circle line' untuk lintas tengah. Lima
rute itu adalah:
Rute 1: Bogor - Manggara - Tanah Abang - Duri - Jakarta Kota - Jatinegara PP Rute 2: Parung Panjang - Serpong - Tanah Abang PP Rute 3: Tangerang - Duri PP Rute 4: Tanjung Priok- Jakarta Kota PP Rute 5: Bekasi - Jatinegara - Manggarai - Jakarta Kota
Sistem 'circle line' akan diterapkan, kata Makmur, sambil menunggu sistem double-double track selesai, yang kelak akan dilanjutkan pembangunan lima stasiun baru yang terintegrasi dengan bus Transjakarta.
PT
KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) juga berencana menambah jumlah kereta,
agar target angkut penumpang terpenuhi. Ada 256 unit kereta tambahan
yang sudah dibeli, sehingga seluruh kereta yang akan beroperasi pada
akhir 2011 mencapai 386 unit, termasuk 130 kereta yang kini sedang dalam
proses tender pengerjaan.
Saat ini kereta yang beroperasi melayani kebutuhan warga Jabodetabek
hanya 70 unit setiap harinya, dari jumlah 110 unit kereta yang dimiliki
PT KA. Sisanya tidak berjalan, dan teronggok di bengkel. Makmur tetap
berharap kebijakan baru bisa berlaku pada 2 Juli 2011.
PT KA pernah menunda kebijakan single operation
ini, yang sedianya berlaku mulai 1 April lalu. Perubahan pola operasi
perjalanan KRL itu dulu ditunda karena persiapan dianggap belum
matang.(np) • VIVAnews
|