Main
 
BUDI SANTOSOSaturday, 02.11.2024, 7:20:28 PM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
BERITA SERBA SERBI
BERITA UMUM
BERITA UNIK,LUCU DAN ANEH
BERITA YANG UNIK DAN YANG ANEH
EKONOMI DAN BISNIS
EKONOMI DAN BISNIS
BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL
BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL
SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
BERITA SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
MP3
Kumpulan MP3
SENI DAN BUDAYA
SENI DAN BUDAYA
GAME
KATA - KATA MUTIARA
FILM
PUISI DAN PANTUN

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » 2011 » November » 10 » Jusman Dalle Bulan Dua Model Pahlawan
8:25:46 AM
Jusman Dalle Bulan Dua Model Pahlawan














Puncak ritus penghambaan monumental perjalanan spiritual Nabi
Ibrahim As bersama Siti Hajar istrinya dan anakny Nabi Ismail As
direfleksikan dengan hari raya Idul Adha atau Lebaran Haji atau Hari
Raya Kurban yang baru saja kita rayakan. Momentum ini tidak berdiri
tunggal. Ia dirangkai dari mozaik cerita yang sangat sangat panjang
tentang Nabi Ibrahim As dan  keluarganya. Pesan utamanya adalah
kepahlawanan.

Bahwa pada 10 November bangsa kita juga serempak
secara seremonial memperingati hari pahlawan. Jadilah bulan November ini
sebagai bulan peringatan dua pahlawan. Pahlawan bagi umat manusia yang
padanya berhulu tiga agama samawi yaitu: Yahudi, Keristen dan Islam,
serta pahlawan yang disimbolisasikan oleh spirit arek-arek Suroboyo
untuk mempertahankan kemerdekaan dari pendudukan Inggris pasca
proklamasi kemerdekaan 1945.

Maka mari belajar nilai kepahlawanan
dari Nabi Ibrahim As dan keluarganya. Agar peringatan pahlawan tak
sekadar seremoni, tapi jauh lebih penting menjadi momen mengakumulasi
gelora semangat anak negeri untuk berbuat bagi Indonesia.

Tentang
kepahlawanan yang dirangkai oleh Nabi Ibrahim As dan mencapai puncaknya
pada 10 Dzulhijjah, ada beberapa etape. Pertama, dimulai dari
kegelisahan Nabi Ibrahim semasa masih belia. Ketika ia berontak melawan
arus utama kepercayaan masyarakat, praktek paganisme dengan menuhankan
berhala masih mengkooptasi rasio manusia di antara aliran sungai Lembah
Mesapotomia medio 2295 SM.

Kegelisahan Nabi Ibrahim bahkan
bertentangan dengan keyakinan Aazhar, ayahnya  yang juga seorang
"pengrajin tuhan kayu” dari kaum Kaldan, yang berajakan Namrud di
Babilonia. Sebagaimana Omar Hashem menggambarkan di dalam karya
monumentalnya "Muhammad Sang Nabi”, kejernihan hati menyelimuti takdir
nubuwah yang telah bersemayam di dalam dirinya, membuat Ibrahim AS kecil
diliputi kegelisahan menyaksikan kenyataan tersebut

Keterputusan
dakwah dalam rentang waktu yang lama, yaitu sekitar 1046 tahun
sepeninggal Nuh AS -nabi dan rasul yang terakhir berdakwah di
Mesopotamia sebelum Ibrahim- membuat jejak atau bahkan bayangan cahaya
tauhid sirna dari  negeri yang kini kita kenal sebagai Irak tersebut.
Terpotongnya generasi penyeru tauhid, membuat Ibrahim AS bekerja dari
titik nol. Memulai dari dirinya sendiri, melalui kontemplasi dan proses
dialektika yang panjang.

Kedua, kegelisahan Ibrahim kemudian
semakin menjadi-jadi. Ayat-ayat kauniyah (fenomena alam) merangsang
nalarnya. Bintang bertaburan yang menjadi bunga-bunga kegelapan, purnama
yang menyempurnakan keelokan malam dan matahari yang menyampaikan
energi kehidupan, semua mengusik keingintahuan Ibrahim tetang Sang Maha
Pencipta. Benda-benda langit yang superior bagi pandangan manusianya,
melintasi sejarah pencarian Ibrahim AS akan Tuhan yang mengendalikan
alam raya dimana kini ia berada. Secara marathon, Alquran surat Al An’am
ayat 75-79 mengisahkan heroisme perjalanan Ibrahim AS "mencari” Tuhan.

Tak
hanya sampai di situ, setelah "menemukan” Tuhan, Ibrahim AS tidak serta
merta percaya begitu saja. Untuk memperkuat keyakinan, menentramkan
iman, menjauhkan syak wasangka yang ditumpangi godaan syahwat, Ibrahim
AS memohon kepada Allah SWT agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia
menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.
    
Ketiga,
setelah melalui proses menggetarkan jiwa, menggugah iman hingga
menelusup ke labirin terdalam ruh transendensi Ibrahim, cerita belum
berakhir. Ibrahim, sosok tunggal pembawa suluh tauhid di zamannya, masih
diperhadapkan pada etape krisis tak berkesudahan. Realitas yang harus
konstruksi dari firman Tuhan melalui alam fana, saat ia bermimpi dan
Allah SWT menitahkan agar ia menyembelih anak semata wayang yang lama
dinanti kehadirannya dari rahim wanita shalehah Siti Hajar. Ibrahim AS,
oleh Allah SWT diserukan menyembelih Ismail. Bocah yang di lauh mahfudz
telah tertulis takdir nubuwah pada dirinya dan menjadi penyambung
silsilah generasi Islam yang 2500 tahun kemudian disempurnakan oleh
syariat Islam pasca kedatangan Muhammad Saw.

Nilai Kepahlawanan

Nabi
Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti Hajar telah bersepakat menunaikan
perintah Allah SWT. Mereka lantas berserah diri. Berhala-berhala
materialisme dan fana dunia telah luruh melebur di dalam iman. Ibrahim
bersama anaknya, Ismail pun lulus ujian yang menjadi antiklimaks dialog
panjang dalam melakoni perintah-Nya. Ismail ditebus dengan sembelihan
yang besar (Surat As Saffat ayat 103-110).

Dari mozaik cerita di
atas, nyatalah kepahlawanan Ibrahim As dan keluarganya yang kemudian
dianugerahi Allah SWT dengan keturunan yang shaleh. Seperti doa Ibrahim
As ketika bersama anaknya mendirikan Ka’bah, sebagaimana difirmankan di
dalam Alquran surat Ibrahim ayat 37 dan surat Al Baqarah ayat 129.
Selanjutnya, balasan bagi pahlawan, firman Allah SWT di dalam surat Al
Baqarah ayat 124 adalah kepemimpinan."Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu
Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan
menjadikanmu.
    
Mengapa Nabi Ibrahim pahlawan? Tentu pertanyaan
ini yang menyeruak dari benak kita. Jawabannya sangat sederhana,
(terlepas dari takdir yang menjadi rahasia Allah) kita telah menyimak
ceita pengorbanan Ibrahim yang tanpa batas dalam mencari dan
mempertahankan tauhid. Bahkan di etape lain, beliau harus berhadapan dan
dibakar hidup-hidup oleh raja dzalim, Namrudz. Tapi Ibrahim tak
bergeming. Iman telah tertancap kokoh di dalam jiwanya.
    
Pengorbanan
itulah yang melekat hingga ajaran tauhid yang diperantarakan oleh
Ibrahim memiliki energi untuk "hidup seribu tahun lagi” seperti frase
pilihan Chairil Anwar dalam pusinya bertajuk "Pahlawan”, bahkan lebih.
Pahlawan yang oleh sastrawan Sapardi Joko Damono dikatakan "telah
berjanji kepada sejarah untuk pantang menyerah”, sehingga kita
mengetahui bahwa ujian yang simultan tak membuat Ibrahim "jemu berjuang
lalu menanggalkan senjata keimanannya”, seperti pesan Sayyid Quthb.
    
Semua
agama samawi yang dianut umat manusia hingga kini, dibawa oleh garis
keturunan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Mulai dari agama Yahudi oleh
nabi Musa, agama Kristen oleh Nabi Isa hingga agama Islam yang kini
dipeluk sekitar 1,5 miliar manusia dibawa oleh Muhammad Saw yang
berjarak 42 generasi dari Nabi Ismail dengan garis keturunan yang sama.
Itulah hadiah bagi pahlawan, diikuti umat manusia.
    
Rahasianya,
saat itu Nabi Ibrahim  memang tidak berfikir untuk dirinya, tetapi
beliau bertindak untuk generasi selanjutnya. Hingga Allah mengabulkan
do’a dan menetapkan takdir kepahlawanan kepad Nabi Ibrahim dan anak
cucunya.

Kita Kini
    
Bahwa ketika hari ini bangsa kita
dililit krisis, maka yang dibutuhkan adalah sosok yang berani melawan
arus, berani meninggalkan godaan dan janji-janji kenyamanan demi
kepentingan jangka panjang yang lebih besar. Dimanapun, pahlawan itu
jumlahnya selalu sedikit. Karena pahlawan adalah mereka yang memilih
jalan berbeda.
    
Maka pahlawan tak perlu kahwatir jika tak ada
sorak sorai dan gemuruh puja puji. Ketika yang lain tunduk pada godaan,
tergelincir oleh jebakan, pahlawan sejati konsisten dengan
cita-citanya. Seperti cita-cita Ibrahim menghujamkan iman di dalam jiwa
raga, atau seperti asa arek-arek Suroboyo pada 10 November 1945
menghalau penjajah dengan gagah perkasa. Tak mau negerinya dijajah
kembali oleh orang asing.
    
Tapi kenyataannya, hari ini yang
menjajah Indonesia adalah anak bangsanya sendiri. bukan secara fisik
dengan konfrontasi militer. Tapi dengan berdalih sebagai penguasa. Salah
satunya adalah koruptor. Mereka menggerogoti kekayaan negara dan
dampaknya akan dirasakan oleh generasi masa mendatang.
    
Kita
khawatir sekaligus berharap, semoga bangsa ini tidak punah dengan
munculnya sosok-sosok pahlawan baru yang berani melawan ke-edan-an yang
menggejala disemua sektor kehidupan. Pahlawan yang berfikir dan
bertindak atas nama masa depan bangsa, dan yakinlah jika keberanian
mengabil jalan berbeda justru akan mengantar harum nama kita. Barang
kali bukan saat ini, tapi setelah puluhan atau ratusan tahun.
    
Seperti
itulah hukum alam bekerja sebagai manifestasi keadilan Sang Pencipta.
Allah SWT telah menggambarkannya pada Nabi Ibrahim dan keturunannya, dan
seharusnya di momentum hari pahlawan ini kita maknai, renungi dan
reaktualisasikan lagi.

Jusman Dalle
Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Ratusan Opini dan Essay  penulis dimuat dan tersebar diberbagai media massa nasional dan lokal. Twitter: @Jusmandalle
Category: SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN | Views: 999 | Added by: budi | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

Calendar
«  November 2011  »
SuMoTuWeThFrSa
  12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
27282930

Entries archive

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024