REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - "Umur saya sudah 59 tahun
pak, tapi baru kali ini saya mengantar seorang menteri," kata seorang
tukang ojek kepada penumpang istimewanya. "Ya terimakasih pak, bawa
motornya pelan-pelan saja ya. Saya mau rapat ajah Istana." Jawab si
penumpang.
Begitulah kira-kira sekelumit percakapan singkat
antara Yana Dumkudus, tukang ojeg yang biasa mangkal di Stasiun Bogor
dengan penumpangnya, Dahlan Iskan Menteri BUMN.
Dahlan, aku Yana,
memang tak banyak bicara. Dalam perjalanan singkat sepanjang kurang
lebih 300 meter, dia hanya beberapa kali berpesan singkat agar Yana
membawa motor pelan-pelan dan hati-hati. Toh, sikap Dahlan itu tetap
membekas di hati Yana.
Senyum sumringah terus menghias wajahnya.
Apalagi ketika para wartawan menanyakan perasaan dia saat memboceng
seorang menteri. "Saya kaget senang sekaligus bangga. Saya bilang baru
sekali ini membawa menteri," kata Yana dengan mata berbinar.
Mulanya,
pria paruh baya ini sama sekali tidak tahu bila pria berkacamata dengan
kemeja putih yang memanggilnya di depan Stasiun Bogor adalah seorang
menteri. Dia baru sadar penumpang yang akan diantarnya adalah menteri
ketika sejumlah orang meberitahunya. "Awalnya sih gak tahu dia menteri.
Tapi kemudian ada yang bilang," kata Yana
Sadar penumpangnya
orang penting, batin Yana sempat grogi juga. Apalagi sejumlah tukang
becak yang banyak terdapat di sekitar Stasiun Bogor malang melintang di
jalan yang dia lintasi. Beruntung Yana berhasil menguasai diri. Dahlan
pun sampai di depan gerbang Istana dengan selamat.
Lugu, Yana
menolak ketika Dahlan hendak membayar ongkos ojek. Alasannya ajudan sang
menteri sudah membayar di Stasiun Bogor Rp 50 ribu. Tapi Dahlan terus
mendesak dan Yana pun tak kuasa menolak.
"Saya bilang ke pak
menteri saya sudah dikasih duit Rp 50 ribu di stasiun. Tapi dia maksa
saya nerima uangnya Rp 100 ribu. Alhamdulillah hari itu cukup untuk
makan keluarga," kata Yana.