Ilustrasi
JAKARTA - Keputusan bank untuk menurunkan tingkat
suku bunga dasar kredit (SBDK) pasti sudah mempertimbangkan biaya dana.
Bunga deposito yang tak kunjung turun meskipun bunga SBDK sudah turun
disebabkan karena masih banyaknya
supply demand di pasar.
"Blended di funding cost atau
biaya dana, yang terdiri dari deposito, kondisi pasar uang dan
obligasi," ujar Ekonom Standard Chartered Fauzi Ichsan ketika dihubungi
di Jakarta, Jumat (2/12/2011).
Meskipun beberapa bank sudah
terlihat mulai menurunkan tingkat suku bunga dasar kreditnya, menurut
Fauzi, belum pasti diikuti dengan turunnya suku bunga deposito. Hal ini
dikarenakan suku bunga deposito di bank tidak hanya tergantung pada BI
rate saja.
"Turunnya suku bunga deposito bukan karena faktor BI Rate saja, tetapi lebih karena supply demand deposito di pasar," lanjutnya.
Menurut Fauzi, selain demand-supply deposito di pasar, bunga simpanan di LPS juga berpengaruh terhadap naik turunnya bunga deposito. Meski begitu, supply demand yang
paling berpengaruh terhadap bunga. Selain itu, tak kunjung turunnya
bunga deposito juga disebabkan karena bank-bank kecil takut kehilangan
deposan.
"Kalau SBDK turun dan bunga deposito tidak turun ini
kelihatan dari NIM bank yang tinggi. Jadi bank-bank, khususnya yang
kecil dalam takut kalau mereka turunkan bunga depositonya, deposan lari
ke bank-bank kecil atau menengah lain," tandasnya. (wdi)