JAKARTA - Rencana Partai Golkar untuk
mendeklarasikan Aburizal Bakrie sebagai calon presiden melalui rapat
pimpinan khusus Juni mendatang merupakan strategi partai untuk
memenangkan Pemilu 2014 mendatang. Golkar tak ingin kekalahan mereka
pada Pemilu 2009 ketika mencalonkan Jusuf Kalla hanya 3 bulan jelang
pemilu terulang kembali.
"Kesalahan Pak JK waktunya pendek 3 bulan sehingga susah. oleh karena
itu, Ical kita Declare dari sekarang supaya masyarakat tahu. Kita akan
keliling supaya masyarakat tahu ini lho calon presiden kita,” kata Ketua
DPP Partai Golkar Firman Subagyo kepada okezone, Rabu (18/4/2012)
malam.
Firman menjelaskan, perbedaan pendapat beberapa elite Golkar mengenai
pencalonan Ical –julukan Aburizal- biasa terjadi di dunia politik. Hal
itu bukanlah melambangkan perpecahan partai berlambang beringin ini.
Secara prosedural, kata dia, pencalonan Ical telah sesuai dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga partai.
"Pencalonan ini sudah bagian dari rekomendasi Rapim lalu. Ada
rekomendasi untuk mencalonkan Pak Ical menjadi presiden, tahapan
berikutnya tinggal penetapannya. Kita harus tunduk AD/ART,” katanya.
Firman menambahkan, penetapan Ical sebagai calon presiden akan dilakukan
melalui rapat pimpinan yang dipercepat atau rapat pimpinan khusus Juni
mendatang. Dengan penetapan sejak jauh-jauh hari, Firman optimistis
popularitas Ical akan bisa didongkrak melalui sosialisasi secara massif
ke seluruh Indonesia. Saat ini saja, kata dia, Ical sudah safari ke
sejumlah provinsi.
Diharapkannya, semua elite Golkar termasuk Akbar Tandjung dan Hajriyanto
Thohari yang sebelumnya berseberangan pendapat bisa solid mendukung
Ical.
"Sah-sah saja kalau (mereka) berkeinginan (mencalonkan diri), itu hak
asasi. Tapi kembalikan kepada mekanisme karena di Partai Golkar ada
aturan AD/ART. Ketika partai sudah membuat keputusan, wajib hukumnya
dijalankan dan ditaati oleh semua elemen partai,” katanya.
Firman mengingatkan, kader yang tak taat kepada keputusan partai
terancam dipecat, seperti yang pernah dialaminya sendiri ketika
mendukung pasangan SBY-JK pada pemilu 2004 lalu. Saat itu Golkar secara
resmi mencalonkan Wiranto-Shalahudin Wahid.
"Kalau tak taat konsekuensinya dipecat. Tahun 2004 saya, Marzuki
Darusman, Burhanuddin Napitupulu, Fahmi Idris dipecat karena melanggar
keputusan partai,” katanya.