VIVAnews - Bencana gempa dan tsunami yang terjadi di
Jepang Maret lalu ternyata telah membuat perubahan yang signifikan
terhadap kondisi bumi, lebih dari yang diperkirakan oleh peneliti
sebelumnya.
Seperti dikutip dari situs DailyMail, gempa hebat itu
ternyata telah menggeser dasar laut secara memanjang, hingga 79 feet
atau 24 meter. Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Science.
Pada paper tersebut, pengawas pantai Jepang merilis data dari lima
instrumen geodesi yang antara 200-2004 mereka tempatkan di sepanjang
garis patahan di dasar laut, yang menjadi penyebab terjadinya gempa
hebat itu.
Salah satu instrumen tadi, bahkan berada tepat di atas episentrum
gempa yang berskala 9 Skala Richter itu. Instrumen itu diberi nama
stasiun MYGI.
Ternyata, pengukuran yang dilakukan menyatakan bahwa telah terjadi
pergesaran stasiun pemantau itu, hingga sepanjang 24 meter ke arah
Timur-Tenggara dari lokasi sebelumnya, yang diukur pada Februari 2011.
Tak hanya itu, stasiun itu juga telah bergerak ke atas hingga sekitar
3 meter. Dr Mariko Sato, pakar geodesi dari pengawas pantai Jepang yang
berbasis di Tokyo, yakin bahwa seluruh pergerakan itu terjadi selama
gempa Jepang berlangsung.
"Skala pergeseran ini nyaris dua kali lebih besar daripada yang
diperkirakan sebelumnya, bila menggunakan data terestrial," kata Sato
kepada situs BBC.
Dengan adanya temuan ini para peneliti mewanti-wanti kemungkinan
terkumpulnya tekanan seismik yang sangat besar yang tersimpan di sekitar
wilayah gempa, sehingga memicu resiko adanya gempa yang lebih mematikan
lagi. Gempa dan tsunami itu sendiri telah memakan 24 ribu korban jiwa
dan hilang. (umi)
|