Panorama Alam di Pegunungan Dieng Wonosobo Jawa Tengah (VIVAnews/Adrozen Ahmad )
VIVAnews -- Tercatat dalam sejarah bencana
Indonesia: Tragedi Sinila 20 Februari 1979. Kala itu Gunung Dieng
erupsi, mengeluarkan gas beracun, setidaknya 149 warga tewas.
"Saat
tragedi Sinila, penduduk yang tewas justru karena tercegat gas yang ke
luar dari rekahan tanah," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG), Surono kepada VIVAnews.com, Rabu 1 Juni 2011 malam.
Dijelaskan
Surono, meski kali bukan Sinila, melainkan Kawah Timbang yang aktif,
potensi bahaya tetap ada. Tak hanya gas yang ke luar dari kawah, banyak
kantong gas beracun yang belum diketahui keberadaannya. "Rekahan itu
sudah ada sejak lama, mengeluarkan gas. Saat ini gempa-gempa yang
terjadi menambah tekanan gas dalam rekahan sehingga ke luar lebih
banyak."
Lalu, apa yang bisa dilakukan, apalagi gas CO2 dan
karbonmonoksida tak bisa dideteksi rupa dan baunya? Beda dengan sulfur
yang masih bisa diketahui dari bau. "Pengungsian, itu satu-satunya cara
antisipasi, karena barangnya (gas) tidak kelihatan," tambah Surono.
Namun,
tak semua masyarakat mematuhi imbauan untuk menjauh dari kawasan 1.000
meter dari Kawah Timbang. "Kalau diminta mengungsi jangan nantang. Masih
banyak juga yang ngeyel," kata Surono.
Untuk
diketahui, sebagian warga Desa Sumberejo, misalnya, masih menolak
meninggalkan rumahnya. Mereka bersikeras bahwa wilayahnya cukup jauh
dari mulut kawah Timbang atau berjarak sekitar 2 kilometer.
Tak
hanya itu, berpegang pada masa lalu, warga meyakini Kawah Timbang
cenderung bergerak ke utara atau selatan dari mulut kawah. Kalaupun ada
pelepasan gas beracun, biasanya terjadi pada sore hingga dini hari. Gas
beracun akan hilang dengan sendirinya jika permukaan tanah menghangat
karena sinar matahari.
Menurut Surono, itu keyakinan yang salah.
"Jangan percaya masa lalu, nyawa jadi taruhannya," kata dia. "Kalau
meninggal bisa ngubur sendiri tidak apa-apa, ini ngajak temannya. Ngeyelnya itu yang keterlaluan, pokoke karep," kata Surono.
Persoalan ini yang dirasa Surono paling berat. "Lebih berat dari mengurus gunung."
Bagaimana
jika dilakukan evakuasi paksa? "Ini kan sifatnya antisipasi, kalau
dilakukan evakuasi paksa, terus tidak terjadi apa-apa malah dituduh
melanggar HAM," jelas dia.
Status Gunung Dieng naik menjadi
Siaga pada Minggu 29 Mei 2011 pukul 20.45 WIB. Status Dieng sebelumnya
telah dinaikan dari Normal menjadi Waspada pada 23 Mei 2011 pukul 14.00
WIB. (sj) • VIVAnews
|