VIVAnews -- Ribuan bakteri hidup dalam usus manusia.
Selain memberikan manfaat, keberadaan bakteri-bakteri itu, terkadang
juga merugikan manusia.
Sebuah penelitian terbaru mengungkap, bakteri dalam usus dapat mempengaruhi perilaku manusia.
Menurut
penelitian yang dilakukan para peneliti dari Universitas McMaster,
bakteri dalam usus bisa mempengaruhi zat kimia dalam otak dan
mempengaruhi perilaku manusia. Temuan ini sangat penting, karena jenis
penyakit perut, termasuk iritasi usus besar, sering dikaitkan dengan
kegelisahan atau depresi.
Di samping itu, ada juga spekulasi yang
mengatakan masalah psykologi, seperti gejala autisme, dikaitkan dengan
bakteri yang terkandung dalam usus.
"Hasil yang menakjubkan
memberikan dorongan untuk melakukan penelitihan lebih jauh terhadap
komponen mikroba penyebab penyakit perilaku," kata profesor pengobatan
dan peneliti dari Michael G. DeGroote School of Medicine, Stephen Collin seperti dilansir medindia.net, Jumat 20 Mei 2011.
Collin
dan asistennya, Premysl Bercik melakukan penelitian di Institut
Penelitian Kesehatan Pencernaan Keluarga Farncombe (Inggris).
Dalam penelitian itu, ditemukan bahwa dalam usus masing-masing orang terdapat sekitar 1.000 bakteri trillium
yang hidup dengan nyaman, dan selaras dengan kehidupan manusia. Bakteri
ini melakukan sejumlah fungsi penting terhadap kesehatan, yaitu
menyerap energi dari makanan, melindungi terjadinya infeksi, dan
menyediakan nutrisi untuk sel dalam usus.
Namun, jika 'kehidupan
nyaman' bakteri-bakteri itu mengalami gangguan, akan berdampak pula pada
kondisi manusia. Setiap gangguan dapat mengancam kondisi jiwa, seperti
infeksi usus besar akibat antibiotik.
Untuk membuktikan bakteri
dapat mempengaruhi perilaku, peneliti mengambil seekor tikus yang bebas
bakteri, kemudian memberinya bakteri dari tikus yang memiliki perilaku
agresif.
Hasilnya, setelah diberi bakteri tikus yang berperilaku
agresif, tikus yang bebas bakteri dan semula diam itu berubah menjadi
agresif dan lebih berani.
Penelitian yang sama juga menunjukkan
tikus yang semula agresif menjadi pasif ketika diberi bakteri dari tikus
yang berperilaku pasif.
Sementara itu, penelitian sebelumnya
fokus pada peranan bakteri pada perkembangan awal otak. Collin
mengatakan penelitian terakhir ini mengindikasikan meskipun banyak
faktor yang menentukan perilaku, sifat dan stabilitas bakteri dalam usus
dapat mempengaruhi tingkah laku dan setiap gangguan. Baik gangguan yang
disebabkan oleh anti biotik atau infeksi, mungkin akan menyebabkan
perubahan perilaku. (eh) • VIVAnews
|