Main
 
BUDI SANTOSOSaturday, 02.11.2024, 7:21:19 PM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
BERITA SERBA SERBI
BERITA UMUM
BERITA UNIK,LUCU DAN ANEH
BERITA YANG UNIK DAN YANG ANEH
EKONOMI DAN BISNIS
EKONOMI DAN BISNIS
BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL
BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL
SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
BERITA SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
MP3
Kumpulan MP3
SENI DAN BUDAYA
SENI DAN BUDAYA
GAME
KATA - KATA MUTIARA
FILM
PUISI DAN PANTUN

DETIK

Statistics

Total online: 16
Guests: 16
Users: 0

Main » 2011 » October » 14 » Ardi Winangun Semakin Banyak Noda di Partai Putih
3:58:19 PM
Ardi Winangun Semakin Banyak Noda di Partai Putih


Blackberry






Blackberry




















Banyaknya anggapan bahwa PKS akan unggul dan sebagai
satu-satunya partai berhaluan Islam yang tetap eksis dalam Pemilu 2014,
sepertinya anggapan itu belum tentu menjadi kenyataan. Hal demikian bisa
terjadi karena diakibat berbagai sikap dan ulah kader PKS yang
menyimpang sehingga melunturkan simpati, empati, dukungan, dan harapan
yang semula akan diberikan rakyat kepada partai yang disebut sebagai
partai putih ini menjadi ditimbang ulang.
 
Setelah salah satu
anggota DPR dari Fraksi PKS, Arifinto, kepergok menonton video porno,
buka aib oleh salah satu pendiri Partai Keadilan, cikal bakal PKS, Kiai
Haji Yusuf Supendi; dan pemanggilan anggota Banggar dari PKS Tamzil
Linrung oleh KPK. Kini PKS dinista oleh banyak kalangan terkait dengan
ucapan salah satu anggotanya, Fahri Hamzah dengan ucapannya yang ingin
membubarkan KPK.

Apa yang dikatakan oleh Fahri Hamzah tersebut
tentu melawan dari semangat untuk memberantas korupsi yang sekarang
semakin mengganas dan menggila. Apa yang dikatakan oleh Fahri Hamzah
tersebut membenarkan bahwa gerakan civil society yang terjadi di
Indonesia tanpa melibatkan partai politik. Tanpa adanya keterlibatan
partai politik ini juga diakui oleh Adnan Buyung Nasution bahwa gerakan
antikorupsi yang dijalankan seiring reformasi birokrasi di Indonesia
akhir-akhir ini melemah. Partai politik yang kerap melontarkan slogan
bersih dan antikorupsi justru telah dinilai gagal berperan.

Ungkapan
yang dikatakan oleh Adnan Buyung Nasution itu benar adanya, buktinya
ketika kasus Cicak dan Buaya ramai, partai politik cenderung diam
seolah-olah itu bukan urusannya. Diamnya partai politik itu bukan karena
mereka tidak mengerti dan tidak paham tetapi karena mayoritas partai
politik berada di dalam kekuasaaan sehingga ketika kekuasaan dicoba
untuk digoyang maka mereka bersatu melawan goyangan itu.

Apa yang
dilakukan oleh sebagaian kader PKS itu mengubah pandangan terhadap PKS
yang selama ini dirasa santun, islami, proreformasi, dan antikorupsi,
menjadi sebuah pandangan bahwa semua partai adalah sama, haus kekuasaan
dan sarang koruptor. Partai ini ternyata sama saja dengan partai-partai
lainnya.
 
Ketika Kiai Haji Yusuf Supendi, membongkar borok-borok
kader PKS, banyak orang menuduh apa yang dikatakan oleh Kiai Haji Yusuf
Supendi tidak benar. Namun ketika Tamzil Linrung dipanggil KPK dan Fahri
Hamzah menginginkan KKP dibubarkan, membuat apa yang diucapkan oleh
Kiai Haji Yusuf Supendi itu bisa menjadi benar.

Apa yang
dilakukan oleh Kiai Haji Yusuf Supendi dengan membongkar aib
rekan-rekannya sendiri itu tujuannya bagus juga, yakni mengungkap adanya
lalu lintas uang yang bisa dikatakan tidak halal. Dengan laporan itu
mengingatkan bahwa kader PKS juga suka uang yang jumlahnya sama dengan
uang yang dikorupsi oleh koruptor, yakni miliaran.

Apa yang
dilakukan oleh Arifinto, Tamzil Linrung, dan Fahri Hamzah menambah
corengan atau noda yang sebelumnya telah digoreskan oleh Yusuf Supendi.
Dari semua itu tentu akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap PKS dalam Pemilu 2014.

Sebagai partai yang berdiri pada
20 April 2002 dan merupakan kelanjutan dari Partai Keadilan yang berdiri
pada 20 Juli 1988, partai ini mempunyai prospek masa depan yang cerah.
PKS mengalami perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu. Di
tengah partai-partai Islam lainnya mengalami penurunan suara, PKS justru
dari pemilu ke pemilu melonjak perolehan suaranya. Pada Pemilu 1999,
Partai Keadilan dengan nomor urut 24 mampu meraih suara 1.436.565
(1,36%) dengan jumlah kursi di DPR 7. Pada Pemilu 2004, dengan nama baru
PKS, partai ini mampu meraih suara sebesar 8.325.020 (7,34%) dengan
jumlah kursi mencapai di DPR  45 buah. Pada Pemilu 2009, PKS lolos
parlemen threshold dengan meraih suara 8.206.955 (7,88%) dengan jumlah
kursi di DPR 57 buah.

Seiring pesatnya perkembangan partai,
kader dan pengurus partai lupa bahwa semakin tinggi pohon semakin
kencang anginnya, semakin mapan partai semakin tinggi godaannya. Nah di
sinilah rupanya haluan yang dipegangnya, haluan Islam, tidak mampu
membendung godaan itu. Akibatnya partai ini dari sifatnya yang idealis
menjadi pragmatis. Proses tawar menawar kekuasaan dan kepentingan
menjadi hal yang biasa di dalam tubuh partai ini.

Pesatnya
perkembangan partai inilah yang mengakibatkan PKS mempunyai daya tawar
yang tinggi sehingga Presiden SBY berpikir ulang ketika hendak
me-reshuffle menteri  dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II yang
berasal dari PKS. Namun daya tawar yang tinggi inilah yang menyebabkan
PKS menjadi sombong dengan kekuasaannya. Kesombongan ini akhirnya
menjelma seperti apa yang dikatakan oleh Guru Besar Universitas
Cambridge pada Abad XIX, Lord Acton yang mengatakan power tends to
corrupt and absolute power corrupts absolutely, yang artinya, kekuasaan
cenderung untuk korup dan kekuasaan mutlak korup secara mutlak.

Hal
ini semua seharusnya menjadi intropeksi bagi kader PKS, bahwa apa yang
selama ini dirintis, seperti gemar melakukan kegiatan sosial dan
kader-kadernya yang terkenal santun dan cerdas, akan sirna bila kader
lainnya melakukan tindakan korupsi dan melawan gerakan antikorupsi.  
 
Ardi Winangun
Pengamat Politik dan Pengurus Presidium Nasional Masika ICMI
Category: BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL | Views: 1011 | Added by: budi | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

Calendar

Entries archive

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024