JAKARTA- Dalam sepekan, tercatat pasukan pengamanan presiden (Paspampres) kecolongan sebanyak dua kali.
Pertama,
saat I Nyoman Minta, seorang tukang kebun yang menyelonong di depan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat pembukaan ASEAN Fair di Nusa Dua,
Bali, Senin 24 Oktober 2011. Kedua, giliran Ikbal Sabarudin, Aktivis
Himpunan Mahasiswa Persis yang menerobos pengamanan wakil presiden
Boediono saat upacara di Bandung, kemarin.
Menurut mantan juru
bicara presiden di era Presiden KH Abdurahman Wahid, Adhie Massardie hal
itu menunjukkan menurunnya wibawa seorang pemimpin. "Presiden telah
kehilangan legitimasi, kehilangan wibawa, jadi wajar saja bila
masyarakat tidak hormat dengan presiden dan wakilnya,” kata Adhie kepada
okezone, Sabtu (29/10/2011).
Di era Gus Dur, kata Adhie,
pengamanan justru sangat longgar. "Kalau kita dulu tak pernah terlalu
ketat dan tak pernah ada masalah. Gus DUr memang tak terlalu suka dengan
penjagaan yang terlalu ketat,” katanya
Bahkan, Adhie
menambahkan, Gus Dur selama menjabat sebagai presiden kerap hadir dan
datang ke acara-acara kelompok kritis. "Dan berdebat, dan tak ada
masalah,” katanya.
Kemungkinan, kata Adhie, kasus orang nyelonong
di depan presiden justru disebabkan karena pengamanan yang terlalu
ketat. "Bisa saja kehadiran seorang presiden tidak disampaikan ke
publik, atau masyarakat memang sudah tidak hormat dengan presiden,”
katanya.
Diceritakannya, seketat apapun pengamanan bila
presidennya tidak memiliki kewibawaan pasti, kejadian seperti yang
dilakukan Ikbal di Bandung akan terus terjadi. "Lihat saja George Bush,
seketat apapun pengamanan Presiden AS masih tetap kecolongan. Dia
dilempar sepatu oleh wartawan di Irak, dan itu bukti bila seorang
presiden tak dihormati,” katanya.
Lebih lanjut Adhie menambahkan,
di Indonesia, bukti ketidakhormatan pada presiden seringkali terjadi
saat presiden melakukan kunjungan ke suatu daerah. "Ini karena
personality presidennya, buktinya dia sering didemo setiap datang ke
suatu daerah, orang melempar petasan, itu bukti Presiden sudah
kehilangan legitimasi dan hal itu akan sering. Pada suatu saat bila
masyarakat jengkel tak tertutup kemungkinan Presiden SBY mengalami nasib
sama seperti Bush, dilempar sepatu,’ pungkasnya.