Main
 
BUDI SANTOSOSaturday, 02.11.2024, 7:22:27 PM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
BERITA SERBA SERBI
BERITA UMUM
BERITA UNIK,LUCU DAN ANEH
BERITA YANG UNIK DAN YANG ANEH
EKONOMI DAN BISNIS
EKONOMI DAN BISNIS
BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL
BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL
SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
BERITA SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
MP3
Kumpulan MP3
SENI DAN BUDAYA
SENI DAN BUDAYA
GAME
KATA - KATA MUTIARA
FILM
PUISI DAN PANTUN

DETIK

Statistics

Total online: 33
Guests: 33
Users: 0

Main » 2011 » December » 24 » 7 Tahun Hilang, Ini Kisah Haru Bocah Tsunami
1:39:06 PM
7 Tahun Hilang, Ini Kisah Haru Bocah Tsunami

Tsunami Aceh tahun 2004 (www.jtic.org / Yuichi Nishimura, Hokkaido University)







VIVAnews – Tanggal 26 Desember 2011, hanya
selisih sehari setelah perayaan Natal 25 Desember, warga Aceh
memperingati tragedi memilukan tujuh tahun silam, ketika gempa bumi 9,3
Skala Ritcher dan gelombang tsunami setinggi 9 meter menghantam tanah
mereka tanpa ampun.

Tsunami dahsyat itu menyebabkan korban jatuh
bergelimpangan. Sebagian di antara mereka terseret ombak dan tak pernah
ditemukan lagi hingga saat ini. Tujuh tahun telah berlalu dan Aceh telah
bangkit dari dukanya. Tapi siapa sangka, ternyata tsunami Aceh masih
menyisakan kisah mengharu-biru, sekaligus bukti atas keajaiban Tuhan.

Keajaiban
Tuhan itu terlihat pada seorang bocah asal Desa Ujong Baroh, Kecamatan
Johan Pahlawan, Meulaboh, yang tujuh tahun lalu ikut terserang tsunami
dan menghilang bersama ombak. Bocah itu bernama Meri Yulanda alias Wati.

Wati
masih berumur 7 tahun ketika tsunami menerjang desanya, 26 Desember
2004 silam. Ibu Wati, Yusnidar, panik saat gelombang tsunami melanda
desa mereka. Di tengah kepanikan hebat yang melandanya, Yusnidar
berhasil merangkul ketiga anaknya, termasuk Wati.

Bersama-sama,
mereka segera menyelamatkan diri ke daerah yang lebih tinggi. Tapi entah
bagaimana, Wati terlepas. Yusnidar pun pasrah menerima kenyataan bahwa
sang anak hilang terbawa arus tsunami. Ini adalah cerita tentang Wati
yang dimuat pertama kali di laman The Telegraph.

Namun
Rabu, 21 Desember kemarin, Wati yang kini sudah menginjak remaja berusia
14 tahun, muncul kembali di kampung halamannya, tepat tujuh tahun
setelah menghilang tanpa ada kabar sedikit pun. Seorang kenalan keluarga
membawa Wati yang kini berkulit lebih gelap, ke rumah kakek Wati,
Ibrahim.

Sang Kakek kemudian membawa Wati ke rumah kedua orang
tuanya, Yusnidar dan Yusuf, di Meulaboh. Pertemuan antara orang tua dan
anak ini berlangsung penuh haru. Setelah bertahun-tahun mereka berpisah,
siapa sangka nasib mempersatukan ketiganya kembali. Yusnidar dan Yusuf
mengenali Wati dari tahi lalat dan luka kecil di sikunya.

Sebelumnya,
Wati ditemukan sedang duduk termenung di sebuah warung kopi. Saat
ditanya oleh penduduk setempat, dia mengaku baru saja tiba dari Banda
Aceh dan sedang berusaha untuk pulang kampung. Tapi Wati tak tahu
bagaimana caranya. Yang dia ingat hanya nama Ibrahim, sang kakeknya.

Dipaksa Mengemis

Pasca
tsunami, Wati yang tersesat ternyata dipingit oleh seorang janda di
Banda Aceh, dan dipaksa menjadi pengemis. Wati mengaku, selama dijadikan
pengemis di Banda Aceh, ia sering disiksa oleh ibu asuhnya. Wati pun
pulang ke Ujong Baroh dalam kondisi pinggang terkilir dan rambut gundul.

Kakek
Wati, Ibrahim Nur (60 tahun) menyatakan, Wati mengalami penyiksaan dari
ibu asuhnya. Dia  dipaksa mengemis di jalan-jalan protokol di Banda
Aceh. Menurut Ibrahim, Wati bahkan dipaksa mengemis hingga larut malam.

"Kalau
tidak mendapat uang, dipukul,” kata Ibrahim kepada VIVAnews, Jumat 23
Desember 2011. Ia lalu mengenang, saat tsunami terjadi, Wati masih
berusia 7 tahun. Ia bersama kakaknya, Yulisa (saat itu berusia 13 tahun)
diselamatkan oleh ayah mereka, dan ditempatkan di atas sebuah rumah
toko.

"Ayah mereka meninggalkan keduanya untuk menyelamatkan
salah seorang tetangga yang hanyut dibawa gelombang. Tapi saat  ayah
mereka kembali, Wati dan Yulisa telah hilang,” ujar Ibrahim. Kisah
Ibrahim ini agak berbeda dengan versi yang dimuat oleh The Telegraph.
Tapi intinya, Wati hilang bersama tsunami.

Ibrahim melanjutkan,
baru minggu ini ia tahu Wati ternyata selamat dari gelombang tsunami,
dan sempat terkatung-katung berhari-hari di Kota Meulaboh. Di Terminal
Meulaboh, tutur Ibrahim, Wati bertemu seorang wanita yang membujuknya
untuk ikut ke Banda Aceh.

Ibrahim menyatakan, pihak keluarga
sudah mencari Wati dan Yulisa hampir ke seluruh wilayah Aceh Barat dan
Banda Aceh pada masa tanggap darurat. Upaya pencarian itu, kata Ibrahim,
tak membuahkan hasil sehingga kedua kaka-adik itu diyakini hilang.

Meri
akhirnya kembali pulang ke pangkuan keluarganya, karena menurut
Ibrahim, janda yang mengasuhnya tak sanggup lagi mengurus Wati. Sang
janda rupanya merasa merugi karena Wati kerap pulang tanpa membawa uang
hasil mengemis.

Ibrahim menuturkan, Wati mengaku tak tahan lagi
disiksa dan dipaksa mengemis. Ibu asuhnya lantas mengantar Wati ke
Terminal Batoh Banda Aceh, sambil memberikan alamat kedua orang tuanya.
Si ibu asuh rupanya mengenal orang tua kandung Wati, karena kakek Wati,
Ibrahim, termasuk tokoh ternama di kampungnya.

Sesampai di
Terminal Meulaboh, papar Ibrahim, Wati kemudian berjalan kaki tanpa tahu
tujuan pasti. Seorang tukang becak kemudian membantunya mencari alamat
orang tuanya, sambil mengantar Wati kembali ke rumah, pada Rabu 21
Desember 2011 lalu.

"Wati diantar ke rumah kepala desa, dan
setelah diberitahu identitas orang tua Wati, saya dipanggil untuk
menjemputnya,” jelas Ibrahim.

Ibu kandung Wati, Yusnidar, yakin
seratus persen bahwa Wati adalah anaknya. Keyakinannya itu berdasarkan
tanda lahir Wati berupa bercak hitam di pinggul, leher, serta tahi lalat
di pelipis kanan. "Yusnidar kan ibunya, tentu punya pandangan sendiri.
Kalau saya masih perlu mencari tahu lagi,” kata Ibrahim.

Kini,
untuk memperingati kembalinya Wati, sekaligus untuk memperingati tujuh
tahun tsunami, pihak keluarga akan menggelar syukuran selama dua hari
berturut-turut, dimulai sejak Minggu 25 Desember 2011 ini. Pihak
keluarga berdoa, semoga kembalinya Wati membuat kakak Wati, Yulisa,
turut kembali.

Polisi saat ini sedang mengembangkan kasus Wati
untuk melacak keberadaan ibu asuhnya yang telah menyiksa dan memaksa
Wati menjadi pengemis selama tujuh tahun terakhir. Polisi telah meminta
keterangan Ibrahim dan kedua orang tua kandung Wati. (sj)

Laporan : Riza Nasser | Aceh

Category: BERITA UNIK,LUCU DAN ANEH | Views: 1000 | Added by: budi | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

Calendar
«  December 2011  »
SuMoTuWeThFrSa
    123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031

Entries archive

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024