Fitri Yulianti - Okezone (Foto: gettyimages) DI era digital, jauh lebih mudah dan umum bagi orang untuk berbohong. Anonimitas di internet memungkinkan kita untuk mengatakan apapun yang kita inginkan, terlepas benar atau salah, baik atau kejam, dengan tidak ada konsekuensi.
Sementara film dan televisi berhasil menciptakan teori menarik tentang cara mendeteksi pembohong, kenyataannya sulit untuk mendeteksi kebohongan. Dr Jeff Hancock dari Cornell University adalah ahli dalam bidang berbohong dan penipuan.
Dalam buku The Brave New World of Lying dan Deception, ia memaparkan empat temuan penting seputar kebohongan, seperti dilansir Yahoo:
Kita melakukannya setiap hari
Manusia berbohong, rata-rata sekira satu kali per hari, apakah lewat komunikasi tatap muka, di telepon, atau digital.
Sulit mendeteksi
Nyatanya, mata tidak selalu mengindikasikan kebohongan. Kita percaya bahwa mempelajari gerakan mata dan/atau perubahan suara seseorang akan membantu kita mendeteksi kebohongan seseorang. Kedua cara tersebut, tandas Dr Jeff, sebenarnya bisa dimanipulasi.
Berbohong untuk mendapatkan pasangan
Sekira 80 persen profil orang yang mencari jodoh lewat kencan online di Match.com memiliki setidaknya satu kehobongan, yakni soal tinggi, berat, dan usia. Kebohongan apa yang paling sering dilakukan wanita? Berat badan. Bagaimana dengan pria? Tinggi badan.
Alasannya, kedua hal tersebut lebih mungkin untuk berubah (misalnya, dengan diet, sepatu hak tinggi, dan lain-lain), berbeda dengan usia yang cenderung tidak bisa dibohongi, kecuali jika Anda menggunakan perangkat lunak pengeditan foto atau make-up berlebihan.
Kalimat pembohong
Profil pembohong bisa diketahui lewat tiga hal, yakni:
- Kerap mengeluarkan pernyataan dengan kata "saya" (yang memungkinkan seseorang untuk secara psikologis terkesan jauh dari kebohongan)
- Kerap menggunakan kata-kata "pengecualian", seperti "tetapi", "kecuali", "selain", dan lain-lain (untuk mengurangi kompleksitas dari kebohongan).
Lebih sering menunjukkan emosi negatif
Dr Jeff menyebut faktor terakhir ini sebagai "menutupi rasa bersalah dengan kebohongan”. Misalnya, seseorang yang mengatakan, "Kecelakaan di jalan tadi yang membuat saya terlambat sampai kantor. Sungguh mengerikan”. Ini juga merupakan metode bawah sadar untuk merangsang rasa kasihan atau simpati dari pendengar, yang kemudian kurang terfokus pada kebohongan yang coba ia tutupi. (ftr)
|