Tim Unpad juarai kompetisi bisnis dengan mengolah sampah (foto: Unpad) JAKARTA - Inovasi terbukti mampu mengantarkan seseorang ke pintu kesuksesan, termasuk inovasi yang dikembangkan dari sampah.
Dengan mengolah sampah plastik dan alumunium foil menjadi kerajinan tangan seperti tas dan dompet, tiga mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Padjadjaran (Unpad), bahkan mampu menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Batu Loceng, Lembang, Jawa Barat.
Rici Solihin, Shendy Regar, dan Wira Mahatvavirya bertekad, tidak hanya menyulap sampah menjadi peluang usaha, mereka juga dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, sekaligus mengasah potensi desa Batu Loceng sebagai objek wisata.
"Kami di sini membuat satu unit bisnis baru yang tidak hanya memproduksi dan menjual produk, tetapi dapat dikatakan sebagai koperasinya, yang nantinya bermanfaat bagi masyarakat sekitar,” jelas Rici seperti disitat dari situs Unpad, Kamis (15/12/2011).
Kejelian tiga sekawan ini menjadikan sampah sebagai potensi bisnis sosial masyarakat, bahkan diganjar predikat juara dalam 7th Trisakti Economic Business Fair and Competition 2011 yang digelar Universitas Trisakti, 8-10 Desember lalu.
Tidak hanya di Universitas Trisakti, Rici juga mendulang sukses dalam kompetisi serupa di Universitas Gadjah Mada (UGM). Kali ini dia bergabung dengan Sa’adatun Nafi’ah dan Muthiya Alfah dalam National Entrepreneurship Competition (NEC).
Kompetisi tersebut digelar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM pada 25-26 November lalu dan merupakan rangkaian kegiatan Management Event (ME) 2011.
Menurut Rici, NEC memfokuskan kompetisi dalam bidang creative business plan. Rici dan timnya pun mengusung inovasi sampah sebagai ide bisnis mereka.
"Tim kami membuat strategi bisnis di bidang fashion yang ramah lingkungan, seperti membuat tas dari sampah, dan sebagainya," imbuh cowok berkacamata ini.
Bagi Rici dan Wira, kemenangan tersebut bukanlah yang pertama. Mereka juga merasakan banyak manfaat dengan mengikuti kompetisi tersebut.
Wira menuturkan, saat ini banyak mahasiswa memiliki bisnis sendiri. Dengan mengikuti berbagai kompetisi rencana bisnis, dia pun sekaligus mengetes kemampuan dalam perencanaan bisnis.
"Juri-juri kan pasti ngasih masukan juga. Sehingga ketika kita membuat bisnis, kita sudah tahu langkah-langkah yang harus kita lalui,” papar Wira.
Hal lain yang didapat dengan mengikuti kompetisi, imbuh Rici, adalah seorang mahasiswa mendapat nilai tambah, terutama ketika kelak mencari pekerjaan.
"Sekarang indeks prestasi kumulatif (IPK) tinggi bukanlah hal utama yang dicari oleh perusahaan, melainkan nilai tambah lain seperti prestasi dan jiwa kompetisi," ujar Rici menegaskan.(rfa)
|