Main
 
BUDI SANTOSOMonday, 29.04.2024, 3:35:47 PM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
TIP,TRIK AND MOTIVASI
TIP,TRIK AND MOTIVASI

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » Articles » PENDIDIKAN » TIP,TRIK AND MOTIVASI

Penjernihan Air Dengan Biji Kelor oleh thepatria
Teknologi Tepat Guna

Teknologi tepat guna, mengutip dari wikipedia, merupakan
teknologi yang sesuai dengan negara yang berkembang atau daerah yang
berada jauh dan terbelakang di negara industri, yang mana kemungkinan
kekurangan uang dan kurang dalam kemampuan untuk mengoperasikan dan
memelihara teknologi tinggi. Dalam prakteknya adalah sesuatu yang
dideskripsikan sebagai teknologi yang sederhana dan kebanyakan sebagai
teknologi permulaan yang dapat secara efektif dapat mencapai tujuan yang
dimaksud.


Karakteristik dari teknologi ini adalah
biaya rendah dan membutuhkan sedikit pemeliharaan. Semakin sering
pemeliharaan dapat dikatakan tepat guna, bila pemeliharaan dapat
diatasi oleh keahlian yang ada secara setempat, peralatan, dan bahan.
Hanya disebut tepat guna bila menggunakan teknologi yang dapat
diperbaiki secara setempat.


Disisi lain teknologi tepat guna
dipandang sebagai teknologi yang dapat sesuai dengan lebih dari satu
atau lebih penggunaan tertentu, khususnya digunakan secara setempat
oleh anggota dari komunitas tertentu.
Sebagai contoh adalah penggunaan secara langsung dari energi surya di
India. Komunitas Auroville di Pondicherry India, telah memasang "Solar Bowl
yang besar, digunakan sebagai alat masak energi surya. Digunakan di
tempat yang memiliki iklim yang memungkinkan matahari bersinar dengan
cerah.


Teknologi tepat guna tidak berarti
teknologi yang rendah. Penggunaan cahaya dari lampu LED kadang dapat
digunakan di daerah yang terpencil dimana kebutuhan energi LED sangat
sedikit sehingga dapat menghemat energi.


Dengan mengutamakan biaya yang rendah,
penggunaan bahan bakar fosil yang sedikit, dan menggunakan sumber daya
lokal dapat memberikan keuntungan yaitu keberlanjutan.


Pengolahan air


Air beserta sumber-sumbernya merupakan
salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh mahluk hidup guna
menopang kelangsungan hidupnya dan memelihara kesehatannya. Air yang
mengisi lebih dari dua pertiga bagian dari seluruh permukaan bumi,
memberi tempat hidup yang 300 kali lebih luas dari pada daratan, akan
tetapi sebagian besar dari air tersebut tidak dapat langsung digunakan
untuk kepentingan mahluk hidup. Hanya 1% yang merupakan air manfaat
yang dapat dipergunakan sebagai air bersih, untuk menjadi air bersih /
air minum harus mengalami suatu Teknologi.


Teknologi yang diterapkan mulai dari
pengambilan air baku, pengolahan air untuk menjadi air bersih yang
sangat tergantung kualitas sumber air baku, kemudian melaui system
distribusi melalui perpipaan ke area pelayanan.


Pengolahan Air dilakukan pada air baku
yang pada hakekatnya tidak memenuhi standar kualitas air minum/bersih
yang berlaku, sehingga unsur-unsur yang tidak memenuhi standar perlu
dihilangkan ataupun dikurangi, agar seluruh air memenuhi standar yang
berlaku. Hal ini dilaksanakan dengan pengolahan air. Teknologi untuk
pengolahan air yang sangat tergantung dari sumber air baku dengan
kualitas air yang bermacam-macam untuk dapat diolah.


Pusat-pusat pengolahan air perkotaan
atau municipal water treatment dengan skala besar mengolah air dengan
cara menambahkan senyawa kimia penggumpal (coagulants) ke dalam
air kotor yang akan diolah. Dengan cara tersebut partikel-partikel
yang berada di dalam air akan menjadi suatu gumpalan yang lebih besar
lalu me- ngendap. Baru kemudian air di bagian atas yang bersih
dipisahkan untuk digunakan keperluan sehari-hari. Namun demikian, zat
kimia penggumpal yang baik tidak mudah dijumpai di berbagai daerah
terpencil. Andaipun ada pasti harganya tidak terjangkau oleh masyarakat
setempat.


Salah satu alternatif yang tersedia
secara lokal adalah penggunaan koagulan alami dari tanaman yang
barangkali dapat diperoleh di sekitar kita. Penelitian dari The
Environmental Engineering Group di Universitas Leicester, Inggris,
telah lama mempelajari potensi penggunaan berbagai koagulan alami dalam
proses pengolahan air skala kecil, menengah, dan besar.Penelitian
mereka dipusatkan terhadap potensi koagulan dari tepung biji tanaman Moringa oleifera.
Tanaman tersebut banyak tumbuh di India bagian utara, tetapi sekarang
sudah menyebar ke mana-mana ke seluruh kawasan tropis, termasuk
Indonesia. Di Indonesia tanaman tersebut dikenal sebagai tanaman kelor
dengan daun yang kecil-kecil.


Moringa oleifera


Sinonim: Moringa pterygosperma,Gaertn.


Nama Lokal :


Kelor (Indonesia, Jawa, Sunda, Bali,
Lampung), Kerol (Buru); Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo
(Gorontalo); Keloro (Bugis), Kawano (Sumba), Ongge (Bima); Hau fo
(Timor).



Tanaman tersebut juga dikenal sebagai
tanaman "drumstick” karena bentuk polong buahnya yang memanjang
meskipun ada juga yang menyebut sebagai "horseradish” karena rasa
akarnya menyerupai "radish”.


Kelor (moringa oliefera)
termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 7
-11 meter. Di jawa, Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar
karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak terlalu besar.
Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai
akar yang kuat. Batang pokoknya berwarna kelabu. Daunnya berbentuk
bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu
tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang
mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut.
Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya
berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau
semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang
(Jawa). Buahnya pula berbentuk kekacang panjang berwarna hijau dan
keras serta berukuran 120 cm panjang. Sedang getahnya yang telah berubah
warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa).


 


 


Budidaya tanaman Moringa atau kelor
memerlukan pemeliharaan yang sangat minimal dan dapat tahan pada musim
kering yang panjang. Cepat tumbuh sampai ketinggian 4-10 meter,
berbunga, dan menghasilkan buah hanya dalam waktu 1 tahun sejak
ditanam. Tanaman tersebut tumbuh cepat baik dari biji maupun dari stek,
bahkan bila ia ditanam di lahan yang gersang yang tidak subur.
Sehingga baik bila dikembangkan di lahan-lahan kritis yang mengalami
musim kekeringan yang panjang.



Penjernihan air


Biji kelor dibiarkan sampai matang atau
tua di pohon dan baru dipanen setelah kering. Sayap bijinya yang ringan
serta kulit bijinya mudah dipisahkan sehingga meninggalkan biji yang
putih. Bila terlalu kering di pohon, polong biji akan pecah dan bijinya
dapat melayang "terbang” ke mana-mana.


Biji tak berkulit tersebut kemudian
dihancurkan dan ditumbuk sampai halus sehingga dapat dihasilkan bubuk
biji Moringa. Jumlah bubuk biji moringa atau kelor yang diperlukan
untuk pembersihan air bagi keperluan rumah tangga sangat tergantung
pada seberapa jauh kotoran yang terdapat di dalamnya. Untuk menangani
air sebanyak 20 liter (1 jeriken), diperlukan jumlah bubuk biji kelor 2
gram atau kira-kira 2 sendok teh (5 ml).


Tambahkan sedikit air bersih ke dalam
bubuk biji sehingga menjadi pasta. Letakkan pasta tersebut ke dalam
botol yang bersih dan tambahkan ke dalamnya satu cup (200 ml) lagi air
bersih, lalu kocok selama lima menit hingga campur sempurna. Dengan
cara tersebut, terjadilah proses aktivitasi senyawa kimia yang terdapat
dalam bubuk biji kelor.


Saringlah larutan yang telah tercampur
dengan koagulan biji kelor tersebut melalui kain kasa dan filtratnya
dimasukkan ke dalam air 20 liter (jeriken) yang telah disiapkan
sebelumnya, dan kemudian diaduk secara pelan-pelan selama 10-15 menit.


Selama pengadukan, butiran biji yang
telah dilarutkan akan mengikat dan menggumpalkan partikel-partikel
padatan dalam air beserta mikroba dan kuman-kuman penyakit yang
terdapat di dalamnya sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar yang
akan mudah tenggelam mengendap ke dasar air. Setelah satu jam, air
bersihnya dapat diisap keluar untuk keperluan keluarga.


 


Efisiensi proses


Proses pembersihan tersebut menurut
hasil penelitian yang telah dilaporkan mampu memproduksi bakteri secara
luar biasa, yaitu sebanyak 90-99,9% yang melekat pada partikel-
partikel padat, sekaligus menjernihkan air, yang relatif aman (untuk
kondisi serba keterbatasan) serta dapat digunakan sebagai air minum
masyarakat setempat.


Namun demikian, beberapa mikroba patogen
masih ada peluang tetap berada di dalam air yang tidak sempat
terendapkan, khususnya bila air awalnya telah tercemar secara berat.
Idealnya bagi kebutuhan air minum yang pantas, pemurnian lebih lanjut
masih perlu dilakukan, baik dengan cara memasak atau dengan penyaringan
dengan cara filtrasi pasir yang sederhana.


Pustaka


  1. FG Winarno, Senior scientist M-Brio Biotekindo, Guru Besar
    Bioteknologi Unika Atma Jaya, Biji Kelor Untuk Bersihkan Air Sungai,
    Kompas, http://www.ampl.or.id/wawasan/wawasan-isi-pustaka.php?kode=21
  2. Iptek – Apji, Penjernihan Air Dengan Biji Kelor (Moringa
    Oleifera)
    http://iptek.apjii.or.id/pengelolaan%20air%20&%20sanitasi/PIWP/penjernihan_air_biji_kelor.html
  3. IPTEKnet, 2005, TANAMAN OBAT INDONESIA, Kelor (Moringa
    oleifera, Lamk.),
    http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=144
  4. Moringa oleifera, http://www.prn2.usm.my/mainsite/plant/moringa.html
  5. PUSKIM, Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan Biji Kelor dan
    Pohon Kelor
    http://www.kimpraswil.go.id/balitbang/puskim/protek_kim/ttg_kim_270701/ttg_kim_ispadbk.htm
  6. PUSKIM, Teknologi Pasangan Bata – Teknologi Air Bersih,
    http://www.kimpraswil.go.id/balitbang/puskim/Homepage%20Modul%202003/modulc2/Modul%20Air%20Bersih.pdf
  7. Wikipedia, Appropriate Technology, http://en.wikipedia.org/wiki/Appropriate_technology

 


sumber artikel:


http://kharistya.wordpress.com/2006/11/09/teknologi-tepat-guna-penjernihan-air-dengan-b
Category: TIP,TRIK AND MOTIVASI | Added by: budi (22.08.2011)
Views: 1424 | Comments: 1 | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024