Main
 
BUDI SANTOSOSunday, 19.05.2024, 2:51:03 PM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
Berita Teknologi
berita tentang komputer
Kesehatan
Agama
Artikel tentang Agama
Olahraga
Olahraga
OTOMOTIF
OTOMOTIF
Entertainment
Entertainment
Informasi Umum
Informasi Umum
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
KULINER
SERBA-SERBI KULINER
GADGET
KOMPUTER/HP

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » Articles » PENDIDIKAN

Tak Mampu Beli Seragam Baru, Siswa Miskin "Dijemur"



Inggried



SURYA/FAIQ NURAINI
Untung Budi Raharjo, orangtua Fitri, siswa SMPN 37 Surabaya,
memperlihatkan rincian pembelian seragam sekolah anaknya, di rumahnya,
Rabu (14/9/2011). Fitri mendapatkan hukuman "jemur" karena orangtuanya
tak mampu membeli seragam baru yang diwajibkan sekolah.








SURABAYA, KOMPAS.com - Fitri Ayu Prasetyo,
siswi kelas II SMPN 37 Surabaya, benar-benar tak mampu membeli seragam
sekolah baru yang dilengkapi dengan badge dan logo sekolahnya. Ia pun dihukum berdiri di tengah ratusan peserta upacara bendera di sekolah itu.

Meski
hukuman jemur pada Senin (12/9/2011) itu dijalani bersama belasan siswa
lain dan hanya selama 45 menit, Ayu mengaku terpukul, karena merasa
keluhannya kepada sekolah tidak diperhatikan.

"Saat upacara, saya diminta ke depan barisan karena badge saya tidak baru. Saya takut karena kalau tidak beli orangtua saya akan dipanggil,” kata Fitri, Rabu (14/9/2011).

Fitri
mengungkapkan, saat dihukum, seorang guru mengancam akan memanggil
orangtuanya kalau tiga kali lagi dipergoki masih berseragam lama.

Saat
kenaikan kelas, ia sudah mencoba menjelaskan kepada pihak sekolah bahwa
orangtuanya belum mampu membelikan seragam lengkap. Tetapi,
penjelasannya itu tidak dipedulikan, hingga akhirnya ia dihukum saat
upacara berlangsung.

Sepulang sekolah, Senin lalu, Fitri menangis sepulang dari sekolah. "Saya kaget, Fitri menangis. Ia mengaku dihukum karena bet (badge) seragamnya tak baru. Saya tidak kuat membelinya,” kata ayah Fitri, Untung Budi Raharjo.

Penarik
becak ini mengaku, untuk datang ke sekolah dan menjelaskan kondisinya,
ia tidak berani. Ia mengaku pusing begitu tahu harga kelengkapan seragam
anaknya.

Kelengkapan itu, antara lain, baju batik seharga Rp
55.000, seragam olahraga Rp 65.000, seragam laboratorium Rp 30.000, kaus
kaki 16.000, logo sekolah dan badge Rp 16.000, dan paket
seragam lain. Selain seragam, siswa juga harus membayar kartu identitas
dan asuransi Rp 25.000, pas foto, dan lembar jawaban komputer Rp 27.000.
Daftar ‘belanja’ itu totalnya mencapai Rp 350.000.

"Kalau nyicil
kami bisa. Tetapi kata sekolah tak boleh dicicil. Ada yang mengangsur
Rp 50.000, dikembalikan,” tambah Nurul Latifah, ibu Fitri.

Baik
Untung maupun Nurul heran, mengapa seluruh siswa diwajibkan membeli
seragam baru. Padahal, baju batik dan seragam olahraga yang lama masih
layak digunakan.

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah papan
warisan keluarga di Jl Sidokapasan IV. Di dindingnya tertempel stiker
tanda penghuninya keluarga miskin. Lantai semen juga sekaligus menjadi
tempat tidur bagi keluarga itu

Tanggapan pihak sekolah

Kepala
SMPN 37, Shohibur Rachman berdalih, hukuman yang diberikan kepada Fitri
dan siswa lainnya merupakan upaya penegakan disiplin. "Tetapi khusus
Fitri jadi catatan dan koreksi kami. Tak mungkin guru hapal kondisi
setiap siswa,” katanya

Shohibur mengatakan, pihak sekolah
tengah mendata siswa miskin yang berhak mendapatkan seragam baru gratis.
"Ada dana khusus untuk itu siswa miskin dari kelas satu hingga kelas
tiga. Tiap jenjang mendapat jatah Rp 15 juta yang diambilkan dari
keuntungan koperasi,” ujarnya. 





Sumber :
Surya
Category: PENDIDIKAN | Added by: budi (17.09.2011)
Views: 660 | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024