Main
 
BUDI SANTOSOSunday, 19.05.2024, 3:27:32 PM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
Berita Teknologi
berita tentang komputer
Kesehatan
Agama
Artikel tentang Agama
Olahraga
Olahraga
OTOMOTIF
OTOMOTIF
Entertainment
Entertainment
Informasi Umum
Informasi Umum
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
KULINER
SERBA-SERBI KULINER
GADGET
KOMPUTER/HP

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » Articles » PENDIDIKAN

Tak Buat PR, Dirjen Dikdas Pernah Dihukum Guru Rifa Nadia Nurfuadah





Plt. Dirjen Dikdas Kemendikbud Suyanto (Foto: Kemendikbud)




Plt. Dirjen Dikdas Kemendikbud Suyanto (Foto: Kemendikbud)



JAKARTA - Di antara kamu mungkin ada yang pernah dihukum guru. Tak jarang, hukuman tersebut membuatmu dendam dan trauma.

Plt
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar (Dirjen Dikdas) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Suyanto bercerita, dia sempat
merasakan trauma belajar matematika, karena dihukum guru.

"Ketika
kelas dua SMP, saya pernah disuruh berdiri di depan kelas sampai jam
pelajaran berakhir karena tidak membuat pekerjaan rumah (PR)," kenang
Suyanto ketika berbincang dengan okezone, Jumat (25/11/2011).

Akibat
hukuman itu, kata Suyanto, dia menjadi tidak tenang ketika jam
pelajaran matematika tiba. Kondisi itu berlanjut hingga akhir kelas tiga
SMP.  

"Tapi ketika masuk SMA, kesadaran baru timbul di diri
saya. Saya tidak lagi takut belajar matematika. Kalau enggak dihukum,
mungkin saya enggak akan jadi dirjen seperti sekarang," ujarnya sembari
tergelak.

Meski demikian, Suyanto menilai, hukuman fisik yang
diberikan guru atas kesalahan akademik muridnya kini tidak lagi relevan.
Dulu, imbuhnya, hukuman seperti itu diberikan mungkin karena ilmu dan
dunia pendidikan belum berkembang seperti sekarang.

Dia pun
berharap, kualitas para guru di Tanah Air akan lebih baik seiring
gencarnya pelaksanaan program peningkatan kualitas guru oleh pemerintah.
Menurutnya, guru dapat lebih mengembangkan kemampuannya karena
pemerintah kini telah memberi banyak instrumen untuk lebih profesional,
misalnya pelatihan dan sertifikasi. 

"Tapi ini memang proses
yang membutuhkan waktu sangat lama. Sementara, ekspektasi masyarakat
terlampau tinggi. Sebaiknya, kita jalani dan perbaiki saja sedikit demi
sedikit," pungkasnya.(rfa)

Category: PENDIDIKAN | Added by: budi (26.11.2011)
Views: 703 | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024