Image: corbis.com BELOPA – Pendirian Sekolah Tinggi Ilmu Penerbangan (STIP) pertama di kawasan timur Indonesia yang dipusatkan di Kabupaten Luwu, Sulsel, terancam dibatalkan.
Proyek nasional dari Kementerian Perhubungan RI ini masih terkendala administrasi pembebasan lahan yang disiapkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Luwu. Jika sampai akhir 2011 Pemkab Luwu belum memenuhi administrasi pembebasan lahan, yakni sertifikat lahan yang telah dibebaskan untuk lokasi pembangunan STIP, proyek ini dikhawatirkan dibatalkan dan dialihkan ke provinsi lain yang dianggap lebih siap.
Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi Provinsi Sulsel Masykur A Sulthan mengakui kendala administrasi lahan STIP menyebabkan proyek nasional ini masih jalan di tempat. Kementerian Perhubungan RI tidak akan memproses pembangunan STIP di Luwu, sebelum Pemkab Luwu memenuhi administrasi penyelesaian pembebasan lahan yang akan diserahkan kepada Pemerintah Pusat.
"Pemkab Luwu telah menyiapkan lahan 40 hektare (ha) dari target 50 ha lahan untuk pembangunan STIP. Namun, lahan itu belum disertifikat sehingga dianggap belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan Kementerian Perhubungan RI,” ujarnya kepada koran SINDO di Belopa, saat mendampingi Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo menunaikan salat id di Kabupaten Luwu, baru-baru ini.
Rencananya, Pemerintah Pusat akan membangun STIP di atas lahan seluas 50 ha yang disiapkan Pemkab Luwu di Desa Puty, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu. Lokasi yang disiapkan Pemkab Luwu ini sangat strategis karena berada di sekitar Bandara Lagaligo. "Kami harapkan sebelum akhir 2011, lahan STIP telah disertifikatkan. Jika sampai 2012 belum terpenuhi syarat ini, proyek nasional ini bisa tidak dilanjutkan. Kami (Sulsel) sangat dirugikan, apalagi jika proyek ini dialihkan ke provinsi lain,” ujar mantan Sekretaris Kabupaten (Sekda) Luwu ini.
Menurut Masykur, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel berbagi tugas dengan Pemkab Luwu untuk pembangunan STIP Luwu ini. Pemprov Sulsel mengalokasikan anggaran untuk desain proyek STAIN, sedangkan Pemkab Luwu menyiapkan lahan sekitar 50 persen. Pemerintah Pusat akan menanggung seluruh biaya fisik pembangunan kampus dengan sistem proyek multiyears sekira Rp800 miliar.
Sementara itu, Sekda Luwu Syaiful Alam dikonfirmasi terpisah di Belopa, kemarin, mengaku telah membebaskan lahan STIP. Namun, lahan yang telah dibebaskan tersebut hingga saat ini belum disertifikatkan atas nama Pemkab Luwu untuk diserahkan kepada Pemerintah Pusat sebagai lokasi pembangunan STIP. Menurut dia, Pemkab membebaskan lahan dari alokasi dana APBD 2011 senilai Rp3 miliar.
"Proses pembuatan sertifikat lahan masih berproses dan membutuhkan waktu lama karena proses pengukuran tanah dan pembuatan sertifikat lahan ditangani langsung BPN Pusat,” ujarnya. Sekda Luwu ini juga mengakui, belum kelarnya sertifikat lahan STIP menyebabkan proyek pembangunan STIP masih jalan di tempat. "Sangat disayangkan juga jika proyek STIP dibatalkan karena kami telah membebaskan lahan seluas 50 ha,” tandasnya.
Bupati Luwu Andi Mudzakkar mengaku, telah mengupayakan pembebasan lahan dan pembuatan sertifikat atas lahan tersebut. Jadi, jika proyek STIP ditunda atau dibatalkan Kementerian Perhubungan RI, Pemkab Luwu siap menggugat Pemerintah Pusat. Menurut dia, Pemkab Luwu bersama Pemprov Sulsel sangat serius menindaklanjuti kerja sama yang dibangun dengan Kementerian Perhubungan RI.
Selain itu, telah menindaklanjuti persyaratan dan tanggung jawab yang dibebankan masing-masing kepada Pemkab Luwu dan Pemprov Sulsel. "Masalah hingga saat ini lahan belum selesai disertifikatkan lebih disebabkan proses pembuatan sertifikat lahan yang ditangani langsung tim BPN Pusat, membutuhkan waktu lama. Ini diharapkan bisa segera terlaksana sehingga persyaratan ini bisa segera diajukan ke pusat,” tutur Cakka, begitu Bupati Luwu ini akrab disapa.
Dia mengakui, penempatan pembangunan STIP di Luwu sangat strategis untuk pengembangan pendidikan dan kemajuan Luwu ke depan. Pasalnya, STIP Luwu ini direncanakan menjadi pusat pendidikan bagi calon penerbangan atau pilot di kawasan timur Indonesia dan menjadi STIP kedua di Indonesia setelah STIP Curug di Tangerang. (chaerul baderu/koran si)(//rfa)
|