Ilustrasi : CorbisJAKARTA - Pelajar Malaysia yang ada di Indonesia disarankan untuk tidak terpancing tindakan provokasi mengenai kasus batas negara yang melibatkan dua negara, yakni Indonesia dan Malaysia.
Hal ini disampaikan oleh Pendidikan Malaysia yang dulunya bernama Departemen Pelajar Malaysia di Indonesia. Lembaga ini mengatakan, saran ini disampaikan untuk mencegah buruknya situasi.
Atase Pendidikan di Kedutaan Besar (Kedubes) Malaysia, Jakarta, Ludinata Misnun meyakinkan para orangtua dari pelajar yang tergabung dalam Pendidikan Malaysia dan berkolaborasi dengan kedutaan bahwa mereka memantau keamanan seluruh pelajar tersebut.
Ludinata mengatakan, pelajar Malaysia di Indonesia telah diingatkan untuk tidak merespons berbagai bentuk provokasi, tidak meninggalkan rumah sendirian, dan kembali ke rumah sebelum tengah malam.
"Kami telah menerima keluhan dari mahasiswa kedokteran yang sedang menjalani pelatihan di rumah sakit. Mereka mengaku diprovokasi oleh beberapa dokter dan suster. Sementara ada pula yang merasa tersiksa oleh dosennya," ujar Ludinata seperti dikutip dari Bernama, Kamis (13/10/2011)
Persoalan antara Indonesia dan Malaysia bermula ketika adanya klaim bahwa Malaysia merebut 1.000 hektare tanah milik Indonesia di perbatasan kedua negara, di Kalimantan Barat.
Setelah pertemuan The 11th Joint Commission for Bilateral Commission Cooperation, Selasa, 11 Oktober, Menteri Luar Negeri Malaysia, Datuk Seri Anifah Aman dan Menteri Luar Negeri (Menlu), Marty Natalegawa angkat bicara mengenai permasalahan tersebut.
Mereka mengatakan, pemindahan batas wilayah di Kalimantan, dapat disebabkan oleh aksi kejahatan individual maupun bencana alam. Pergantian kembali batas negara dapat dengan mudah dilakukan dengan mengirimkan tim survei dari kedua negara.(rhs)
|