Foto : Presiden Afghanistan, Hamid Karzai/Telegraph KABUL – Seorang profesor di Universitas Kabul ditangkap otoritas Afghanistan karena diduga berencana membunuh Presiden Afghanistan, Hamid Karzai. Selain dua orang ini, juga ditangkap petugas keamanan istana kepresidenan. Dalam konferensi pers, Juru Bicara Badan Intelijen Afghanistan. Lutfullah Mashal mengatakan, komplotan tersebut bekerja sama dengan satu orang Mesir dan Bangladesh. Mereka terafiliasi dengan al Qaeda dan kelompok pemberontak yang terkait dengan Taliban. Menurut Mashal, kelompok berpendidikan ini sangat berbahaya. Rencananya, mereka akan menggunakan sang petugas keamanan untuk membunuh Karzai dalam perjalanan dinas ke sebuah provinsi. Penangkapan ini menarik perhatian karena ancaman bahaya kepada pejabat pemerintahan. Dalam beberapa bulan terakhir, terjadi pembunuhan kepada tokoh kunci negara. Sebelumnya, saudara tiri Karzai, Ahmed Wali Karzai, Ketua Dewan Provinsi Kandahar dan Wali Kota Kandahar, dibunuh. Demikian seperti dikutip dari Washington Post, Jumat (7/10/2011). Pemimpin dari kelompok yang teridentikasi melibatkan enam orang ini adalah Emal Habib. Habib merupakan Ketua Departemen Mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Kabul. Otoritas menyatakan, Habib bekerja sama dengan tiga mahasiswa yang tinggal di Kabul dan penjaga istana presiden, yang satu kampung dengan Karzai. Tapi tidak disebutkan identitas dari orang keenam. Plot pembunuhan diduga dimulai setahun lalu, ketika Habib melakukan kontak dengan orang-orang di Pakistan yang terhubung dengan kelompok teroris. Otoritas Afghanistan menjelaskan, Habib dan komplotannya berkunjung ke barat laut Peshawar dan kemudian ke Waziristan Selatan. Di Waziristan, mereka bertemu dengan dua pria asal Mesir dan Bangladesh yang terhubung dengan Al Qaeda. Kelompok ini menghabiskan waktu selama seminggu untuk belajar menembak dan membuat bom. Otoritas menambahkan, sebuah organisasi internasional mentransfer dana sebesar USD150 ribu (Rp1,3 miliar) ke rekening Habib. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Kabul, Shirin Agha Zareef menyatakan, Habib telah bekerja di kampusnya selama delapan tahun. Menurutnya, Habib fasih berbahasa Inggris, sangat cerdas, dan tepat waktu. Menurut Zareef, satu hal yang menarik dari Habib adalah janggut hitam yang panjang serta gaya pakaiannya berubah menjadi gaya tradisional Afghanistan, yaitu celana baggy dan tunik. (rhs)
|