foto:its.ac.id SURABAYA - Institut Teknologi Sepuluh Nopember(ITS) memang sedang getol menggalakkan program menuju eco campus. Guna mendorong terwujudnya program tersebut, Himpunan Mahasiswa Biologi ITS (Himabits) menggelar seminar tentang penanggulangan sampah bertajuk Education of Trash Creative.
Serius dengan visinya, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Agus Hebi Biantoro pun diminta untuk memberikan penjelasan terkait seminar tersebut. Dalam pemaparannya, Koordinator Operasional DKP ini menjelaskan tentang pentingnya kesadaran seseorang dalam produksi dan tindak lanjut dari sampah yang diproduksi.
"Sudah bukan saatnya lagi menyalahkan orang lain maupun pemerintah tentang masalah sampah. Justru kesadaran dari setiap individu lebih penting," kata Hebi, seperti yang dikutip dari laman ITS, Minggu (16/10/2011).
Tak hanya pemaparan dari pihak pemerintah terkait, seminar tersebut juga mendatangkan tokoh dari UKM Pecinta Lingkungan Hidup Siklus, Nur Mazidatun Nikmah. Oleh Nur, peserta diajak langsung melakukan simulasi bagaimana membuat pupuk kompos dengan Takakura yang diberikan oleh DKP sebelumnya.
Salah satu panitia acara, Shela Dessima menjelaskan mengenai pupuk kompos dengan Tatakura, "Mula-mula dasar Takakura diisi pupuk kompos yang sudah jadi. Baru kemudian di atas pupuk kompos ditumpuk dengan sampah organik rumah tangga seperti sampah sayuran. Takakura ini memang dirancang untuk sampah rumah tangga," sambung Shela.
Oleh karena itu, lanjutnya, Himabits berencara empat buah Takakura yang dihibahkan oleh DKP akan diletakkan di seputaran FMIPA dan Kantin Biologi ITS.
Shela melanjutkan, seminar tersebut merupakan bagian dari serangkaian acara Bioricycle. Selain seminar nanti juga ada lomba seputar lingkungan.
Dia dan kawan-kawan pun berharap dengan adanya seminar ini, manfaatnya bisa langsung dirasakan dan diterapkan oleh lingkungan terdekat, seperti kampus ITS dan sekitarnya. Senada dengan Shela, para peserta seminar pun berpendapat bahwa penanganan masyarakat terhadap sampah dewasa ini masih konvensional dan masih perlu pencerdasan.
|