Main
 
BUDI SANTOSOWednesday, 25.12.2024, 3:20:03 PM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
Berita Teknologi
berita tentang komputer
Kesehatan
Agama
Artikel tentang Agama
Olahraga
Olahraga
OTOMOTIF
OTOMOTIF
Entertainment
Entertainment
Informasi Umum
Informasi Umum
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
KULINER
SERBA-SERBI KULINER
GADGET
KOMPUTER/HP

DETIK

Statistics

Total online: 3
Guests: 3
Users: 0

Main » Articles » PENDIDIKAN

Lakukan Reformasi, Aussie Percepat Visa Pelajar Asing
 Foto: Michael Knight diapit Menteri Pendidikan Tersier Australia Chris Evans dan Menteri Imigrasi Chris Bowen/The Australian
Foto: Michael Knight diapit Menteri Pendidikan Tersier Australia Chris Evans dan Menteri Imigrasi Chris Bowen/The Australian



AUSTRALIA – Pemerintah Australia melakukan
reformasi atas pendidikan tinggi untuk pelajar asing. Kebijakan
reformasi yang mulai diberlakukan pada semester kedua 2012 ini
memberikan visa jalur cepat kepada calon mahasiswa asing.
 

Selain itu, lulusan asing dengan gelar sarjana yang kuliah di Australia
akan mendapatkan hak untuk bekerja selama dua tahun setelah lulus.

 

Hal ini merupakan bagian dari paket reformasi pemerintah Australia untuk
mengatasi kerugian pendapatan negara dari mahasiswa asing. Menteri
Imigrasi, Chris Bowen dan Menteri Pendidikan Tersier Australia, Chris
Evans menyatakan, paket reformasi mengenai pendidikan asing ini diajukan
oleh mantan politisi NSW, Michael Knight.

 

Selain itu, calon mahasiswa yang berasal dari negara dengan risiko tinggi (high risk)
seperti China, tidak lagi harus memiliki rekening di bank sebesar
AUSD36 ribu atau setara dengan Rp315 juta (Rp8,831 per dolar Australia).
Selama ini, deposit tersebut berguna untuk membuktikan mereka dapat
membiayai hidupnya selama kuliah di Australia.

 

Terlepas dari mana asalnya, calon mahasiswa hanya harus membuat
deklarasi bahwa mereka dapat menghidupi diri sendiri. Selama ini,
persyaratan visa dan keuangan yang ketat telah dikritik pelaku industri
pendidikan, mengingat mahasiswa asing merupakan motor dari pendidikan,
terutama di perguruan tinggi swasta.

 

Kebijakan ini membuat pelajar internasional yang ingin menempuh
pendidikan strata satu atau lebih di universitas di Australia
diperlakukan sebagai orang yang berIsiko rendah (low risk).
Akibatnya, proses visa mereka akan lebih mudah dan cepat, terlepas dari
mana pun asal negaranya. Demikian seperti dikutip dari The Australian, Jumat (23/9/2011).

 

Selain visa jalur cepat, mahasiswa asing yang memiliki gelar sarjana
berhak bekerja selama dua tahun tanpa pembatasan jenis pekerjaan. Tetapi
jika mereka ingin tinggal lama, harus memenuhi aturan ketat untuk
imigran terampil.

 

Para pemimpin universitas menyambut baik kebijakan ini. "Reformasi ini
merupakan langkah positif dari pihak yang kami harapkan dan hal ini
datang saat para pesaing (negara lain) mengalami kesulitan, yaitu
kerusuhan di Inggris dan Amerika Serikat yang memotong anggaran belanja
negara,” ujar Wakil Rektor University of New South Wales (NSW), Fred
Hilmer.

 

Menurut sang profesor, beberapa agen pendidikan telah mengatakan
kepadanya bahwa perampingan sistem visa pelajar merupakan kunci untuk
memulihkan kondisi yang kompetitif. Apalagi, kondisi Australia tidak
kondusif karena persyaratan visa yang ketat dan insiden kekerasan yang
kerap dialami mahasiswa asal India membuat mereka malas kuliah di
Australia. Apalagi, Amerika Serikat dan Kanada tengah membuat terobosan
untuk pasar China.

 

Pada 2010-2011, pendapatan Australia dari sektor pendidikan turun hampir
10 persen, dari AUSD18 miliar (Rp158,9 triliun). Jumlah penurunan
perguruan tinggi dan tempat kursus persiapan kuliah di Australia
menunjukkan, universitas dalam kondisi perdagangan yang sulit pada 2012.

 

Pemerintah Australia juga berjanji, mulai 2012 akan melakukan review
secara komprehensif atas sistem penilaian risiko yang digunakan petugas
imigrasi untuk memeriksa calon mahasiswa. Selama ini, sistem penilaian
tersebut menyulitkan pelajar asal China dan India untuk mendapatkan
visa.


Menurut Knight, saham terbesar dari pembayar pajak di sektor
universitas berasal dari uang kuliah mahasiswa asing. Dia mengaku
terkejut dengan tingkat ketergantungan, yang berdasarkan data pada 2009,
sebesar 25 persen mahasiswa di delapan universitas elite di Australia
merupakan mahasiswa asing.
Category: PENDIDIKAN | Added by: budi (23.09.2011)
Views: 746 | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024