Site menu |
|
|
Section categories |
|
|
DETIK |
|
|
Statistics |
Total online: 3 Guests: 3 Users: 0 |
|
|
| | |
|
Lakukan Reformasi, Aussie Percepat Visa Pelajar Asing
Foto: Michael Knight diapit Menteri Pendidikan Tersier Australia Chris Evans dan Menteri Imigrasi Chris Bowen/The Australian AUSTRALIA – Pemerintah Australia melakukan reformasi atas pendidikan tinggi untuk pelajar asing. Kebijakan reformasi yang mulai diberlakukan pada semester kedua 2012 ini memberikan visa jalur cepat kepada calon mahasiswa asing. Selain itu, lulusan asing dengan gelar sarjana yang kuliah di Australia akan mendapatkan hak untuk bekerja selama dua tahun setelah lulus. Hal ini merupakan bagian dari paket reformasi pemerintah Australia untuk mengatasi kerugian pendapatan negara dari mahasiswa asing. Menteri Imigrasi, Chris Bowen dan Menteri Pendidikan Tersier Australia, Chris Evans menyatakan, paket reformasi mengenai pendidikan asing ini diajukan oleh mantan politisi NSW, Michael Knight. Selain itu, calon mahasiswa yang berasal dari negara dengan risiko tinggi (high risk) seperti China, tidak lagi harus memiliki rekening di bank sebesar AUSD36 ribu atau setara dengan Rp315 juta (Rp8,831 per dolar Australia). Selama ini, deposit tersebut berguna untuk membuktikan mereka dapat membiayai hidupnya selama kuliah di Australia. Terlepas dari mana asalnya, calon mahasiswa hanya harus membuat deklarasi bahwa mereka dapat menghidupi diri sendiri. Selama ini, persyaratan visa dan keuangan yang ketat telah dikritik pelaku industri pendidikan, mengingat mahasiswa asing merupakan motor dari pendidikan, terutama di perguruan tinggi swasta. Kebijakan ini membuat pelajar internasional yang ingin menempuh pendidikan strata satu atau lebih di universitas di Australia diperlakukan sebagai orang yang berIsiko rendah (low risk). Akibatnya, proses visa mereka akan lebih mudah dan cepat, terlepas dari mana pun asal negaranya. Demikian seperti dikutip dari The Australian, Jumat (23/9/2011). Selain visa jalur cepat, mahasiswa asing yang memiliki gelar sarjana berhak bekerja selama dua tahun tanpa pembatasan jenis pekerjaan. Tetapi jika mereka ingin tinggal lama, harus memenuhi aturan ketat untuk imigran terampil. Para pemimpin universitas menyambut baik kebijakan ini. "Reformasi ini merupakan langkah positif dari pihak yang kami harapkan dan hal ini datang saat para pesaing (negara lain) mengalami kesulitan, yaitu kerusuhan di Inggris dan Amerika Serikat yang memotong anggaran belanja negara,” ujar Wakil Rektor University of New South Wales (NSW), Fred Hilmer. Menurut sang profesor, beberapa agen pendidikan telah mengatakan kepadanya bahwa perampingan sistem visa pelajar merupakan kunci untuk memulihkan kondisi yang kompetitif. Apalagi, kondisi Australia tidak kondusif karena persyaratan visa yang ketat dan insiden kekerasan yang kerap dialami mahasiswa asal India membuat mereka malas kuliah di Australia. Apalagi, Amerika Serikat dan Kanada tengah membuat terobosan untuk pasar China. Pada 2010-2011, pendapatan Australia dari sektor pendidikan turun hampir 10 persen, dari AUSD18 miliar (Rp158,9 triliun). Jumlah penurunan perguruan tinggi dan tempat kursus persiapan kuliah di Australia menunjukkan, universitas dalam kondisi perdagangan yang sulit pada 2012. Pemerintah Australia juga berjanji, mulai 2012 akan melakukan review secara komprehensif atas sistem penilaian risiko yang digunakan petugas imigrasi untuk memeriksa calon mahasiswa. Selama ini, sistem penilaian tersebut menyulitkan pelajar asal China dan India untuk mendapatkan visa. Menurut Knight, saham terbesar dari pembayar pajak di sektor universitas berasal dari uang kuliah mahasiswa asing. Dia mengaku terkejut dengan tingkat ketergantungan, yang berdasarkan data pada 2009, sebesar 25 persen mahasiswa di delapan universitas elite di Australia merupakan mahasiswa asing.
|
Category: PENDIDIKAN | Added by: budi (23.09.2011)
|
Views: 746
| Rating: 0.0/0 |
| |
| | |
|
Login form |
|
|
KOMENTAR |
|
|
OLAHRAGA |
|
|
BERITA TERKINI |
|
|
|