Site menu |
|
|
Section categories |
|
|
DETIK |
|
|
Statistics |
Total online: 2 Guests: 2 Users: 0 |
|
|
| | |
|
Guru, Ajariku Kepakkan Sayap
Ilustrasi: ist. TERINGAT kisah bangkitnya bangsa Jepang menjadi bangsa yang besar dan diperhitungkan. Siapa sangka, dahulu bangsa Jepang pernah sangat hancur diluluhlantahkan bom atom sehingga rakyatnya banyak yang binasa dan kalaupun hidup, mereka hidup dalam kecacatan.
Saat kondisi Jepang hancur lebur, bukan berapa banyak korban wafat yang ditanya Kaisar Hirohito, bukan pula berapa kerugian yang diderita tapi berapa guru yang tersisa. Ya, gurulah yang menjadi acuan utama, karena dengan masih adanya guru, maka harapan kebangkitan Jepang masih terbuka lebar.
Guru yang tersisa saat itu, dipompa semangatnya guna mendidik generasi penerus dengan pendidikan kejujuran, keuletan, semangat dan nasionalisme. Kita bisa lihat hasilnya, kini Jepang menjadi bangsa yang besar, cerdas dan karya-karya anak bangsanya pun tidak bisa dipandang sebelah mata.
Di sinilah letak betapa posisi guru begitu penting. Sungguh tak dapat dibayangkan jika saat itu guru tidak mendidik generasi muda dengan baik, mungkin kondisi Jepang kini tidak akan jauh beda dengan saat masa kelamnya dahulu.
Pun yang terjadi di Indonesia. Jika kita mau berkaca sebentar saja pada cermin sejarah, sungguh peran guru begitu merasuk sampai relung-relung kebangkitan bangsa ini. Mereka berjuang, mendidik generasi muda dengan menanamkan kesadaran akan harga diri dan bangsa serta menanamkan semangat nasionalisme guna menyongsong masa depan bangsa yang lebih baik.
Ibarat pohon pisang yang tak berbuah sebelum bertunas, maka guru pun mengerahkan segala potensi dan semangat berkorbannya untuk menyiapkan tunas terbaik yang akan meneruskan perjuangan membawa bangsa ini pada podium jawara. Itulah embrional dari kebangkitan bangsa ini lepas dari belenggu kelam penjajahan.
Guru, dengan segala kelebihan dan semangat berkorbannya kadang terlupakan dalam benak kita. Padahal kita bisa melakukan banyak hal adalah karena pondasi kuat yang guru-guru kita bangun untuk kita, yakni membaca dan menulis.
Guru itu Kaya
Siapa yang lebih kaya dibandingkan guru? Rasanya tak ada, meski mereka bukan kaya dengan harta atau materi tapi lebih dari itu, mereka kaya dengan ilmu dan kebaikan dalam mengajarkan ilmu yang dimilikinya. Begitu banyak keutamaan yang dimiliki oleh seorang guru, pertama mereka berilmu dan mengamalkan ilmunya pada murid serta masyarakat dan karena itulah pahala yang mereka dapat berkepanjangan dan tidak akan terputus.
"Siapa yang mengajak ke jalan mengerjakan sesuatu amal yang baik, adalah baginya pahala sebanyak pahala orang-orang yang menurutnya, dengan tidak mengurangi sedikit pun pahala itu dari pahala-pahala mereka; dan (sebaliknya) sesiapa yang mengajak ke jalan mengerjakan sesuatu amal yang menyesatkan, adalah ia menanggung dosa sebanyak dosa orang-orang yang menurutnya, dengan tidak mengurangi sedikit pun dosa itu dan dosa-dosa mereka.” (Hadis Riwayat: Muslim, Abu Daud dan Tirmizi)
Kedua, guru akan selalu mendapat doa kebaikan atas jasanya mengamalkan ilmu. Betapa setiap kata yang keluar dari lisannya mengajarkan setiap muridnya pada kebenaran, akan berbuah doa yang tiada henti bagi kebaikannya.
"Sesungguhnya Allah, malaikat dan ahli (penduduk) langit dan bumi; hinggakan semut di dalam lubang dan juga ikan paus (meliputi seluruh hewan di darat dan di laut) mendoakan kebaikan ke atas orang yang mengajarkan perkara yang baik kepada manusia.” (HR Tirmidzi)
Hargai Gurumu!
Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi seorang guru selain melihat muridnya menuntut ilmu dengan baik darinya dan mengamalkan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari. Mereka tidak mengharapkan pujian, sanjungan, hadiah ataupun penghargaan. Melihat muridnya tumbuh menjadi manusia berguna pun telah cukup membayar segala peluh dan lelahnya.
Mulai sekarang, hargailah gurumu! Karena merekalah kita bisa membaca dan menulis sebagai modal awal menapaki jalan berikutnya. Berterimakasihlah atas dedikasi tulus yang guru kita berikan. Taatilah mereka selama apa yang mereka ajarkan adalah kebaikan, ikuti arahan dan bimbingannya karena mereka pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita. Dan, doakanlah semoga akan selalu ada kebaikan bagi guru-guru yang tak lelah mengajarkan kita segala hal tentang hidup, kebenaran, perjuangan, semangat dan kesadaran akan harga diri bangsa.
Semoga, di usianya yang menginjak 66 tahun, sama seperti usia bangsa ini, guru dapat lebih profesional dan berkarakter serta dapat menularkan karakter kebaikannya kepada murid-muridnya. Berkaca dari mirisnya kondisi bangsa kini yang krisis akan kejujuran dan kepedulian.
Semoga dapat menjadi suntikan semangat bagi guru untuk terus berjuang menanamkan nilai kejujuran dan kepedulian pada generasi muda Indonesia serta memperbaiki segala bentuk keruntuhan moral yang tengah meradang bangsa ini. Sehingga di masa depan, bangsa Indonesia dapat kembali pada kejayaan. Teruslah bergerak menuntaskan perubahan pada bangsa ini! Terima kasih guruku.
Guruku tersayang Guruku tercinta Tanpamu apa jadinya aku Tak bisa baca tulis Mengerti banyak hal Guruku, terimakasihku
Selamat Hari Guru yang ke-66, 25 November 2011. Vissiana Rizky Sutarmin Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung(//rfa)
|
Category: PENDIDIKAN | Added by: budi (23.11.2011)
|
Views: 823
| Rating: 0.0/0 |
| |
| | |
|
Login form |
|
|
KOMENTAR |
|
|
OLAHRAGA |
|
|
BERITA TERKINI |
|
|
|