Main
 
BUDI SANTOSOSunday, 19.05.2024, 0:01:36 AM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
Berita Teknologi
berita tentang komputer
Kesehatan
Agama
Artikel tentang Agama
Olahraga
Olahraga
OTOMOTIF
OTOMOTIF
Entertainment
Entertainment
Informasi Umum
Informasi Umum
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
KULINER
SERBA-SERBI KULINER
GADGET
KOMPUTER/HP

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » Articles » Olahraga

'Ramalan' Kerusuhan London dari Sorokin Fitra Iskandar - Okezone









INI tidak enak didengar publik Inggris, terutama
warga Kota London: "Bukan rahasia lagi angka kriminal di London paling
tinggi dibanding kota besar di Eropa. Angka anak mudanya yang
mengonsumsi alkohol juga paling tinggi.”

Pernyataan ini bukan
baru berumur satu-dua hari terkait kerusuhan yang saat ini merebak di
sana, tapi terdengar di akhir tahun lalu ketika Inggris tengah berjuang
memperebutkan kesempatan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018.

Faktanya,
komentar itu memang membakar emosi Inggris. Apalagi, pernyataan ini
enak saja meluncur dari mulut Ketua Eksekutif Bidding Rusia, Alexei
Sorokin saat dia memberikan persentasi di markas FIFA di Zurich,  sekira
satu bulan sebelum pemungutan suara pemilihan tuan rumah Piala Dunia
2018.

Reaksi Inggris saat itu sengit. Para pejabat sepakbola
Inggris mengajukan surat keberatan kepada FIFA dan meminta Rusia meminta
maaf telah menjelek-jelekan Inggris.

Walikota London, Boris
Jhonson bahkan digosipkan sampai menempuh jalur personal untuk meminta
Sorokin mengucapkan maaf, guna meredakan kemarahan publik. Namun
belakangan Jhonson membantahnya. Alih-alih mendinginkan suasana, dia
menambah kompor.

"Sulit dipercaya tim bidding Piala Dunia 2018
Rusia melakukan penghinaan, katakan kepada mereka, angka kriminalitas
menurun dan London adalah kota yang paling memiliki toleransi yang
tinggi di dunia,” ujarnya di Twitter ketika itu.

Perang
urat-syaraf itu toh redup sendirinya dan Rusia menjadi pemenang untuk
menggelar Piala Dunia 2018. Sebaliknya Inggris semakin tenggelam dalam
kemarahan. Mereka mengalihkan serangan kepada FIFA.

Hampir
seluruh elemen di Inggris, mulai jurnalis, hingga parlemen menuding
lembaga pimpinan Sepp Blatter itu tidak fair. Ada korupsi dan konspirasi
di balik kegagalan Inggris. Sebagian juga menganggap Rusia tidak lebih
layak karena problem kriminalitas di sana dengan dunia mafianya lebih
buruk dari London.

Sembilan bulan berselang, dari ribut-ribut
soal bidding Piala Dunia, tiba-tiba London yang diklaim walikotanya
sebagai kota aman, meledak. Api memanggang sejumlah pertokoan dan gedung
setelah dipicu insiden penembakan seorang warga oleh polisi. Kota yang
dinyanyikan grup The Cangcuters sebagai kota idaman itu pun berubah
menyeramkan.

Bukan hanya menimbulkan kerugian materi dan korban
jiwa, urusan sepakbola juga jadi berantakan. The Three Lions gagal
menjamu De Oranje di Wembley, dan lima laga lain juga batal demi alasan
keamanan.Lebih buruk lagi, Premier League terancam ditunda.

CEO
Formula One yang juga Bos klub promosi Queens Park Rangers, Bernie
Ecclestone memaksa Premier League digelar sesuai jadwal. Karena ini
menyangkut nama baik Inggris terutama London. Jika penundaan terjadi,
itu sama artinya dengan mengirim pesan yang akan menimbulkan efek
menghancurkan kepercayaan dunia.

Pendirian Ecclestone bisa
dipahami. Inggris tentu harus hati-hati mengelola dampak dari kerusuhan
yang sejauh ini sudah menewaskan 3 warga dan ratusan bangunan hangus.
Dunia terlanjur menyaksikan bagaimana warga London mempertontonkan aksi
rasial dengan menghajar seorang mahasiswa Malaysia ketika bersepeda, di
tengah kerusuhan; Penjarahan secara vulgar yang dilakukan pemuda-pemudi
London sehingga polisi menangkap 800 lebih pelaku.

Pada 2012
nanti, London menjadi tuan rumah Olimpiade, event olahraga yang tidak
kalah akbar dari Piala Dunia. London tentu harus bisa segera
mengembalikan citra sebagai kota yang aman dan terbaik di dunia. Jika
hajatan itu ingin sukses.

Sepakbola Inggris juga harus
diselamatkan karena jutaan pasang mata di seantero dunia sudah menanti
Premier League bergulir. Penundaan, tentu bukan promosi yang elok bagi
kompetisi yang tahun lalu melahirkan Manchester United sebagai pemegang
rekor juara ke19 kalinya di kompetisi itu. Bukan tidak mungkin, La Liga
dan Serie A bisa saja memanfaatkan kesempatan ini untuk menggeser
perlahan-lahan pamor Premier League di dunia terutama Asia.

Belum
terlambat, meski Sorokin mungkin sudah terlanjur tersenyum menyaksikan
keberutalan bocah-bocah London melalui televisi, sambil bicara dalam
hati. "Gue bilang juga apa...?!”
(fit)


Category: Olahraga | Added by: budi (20.08.2011)
Views: 759 | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024