Site menu |
|
|
Section categories |
|
|
DETIK |
|
|
Statistics |
Total online: 1 Guests: 1 Users: 0 |
|
|
| | |
|
Kasoami, Pesona Lain Wakatobi
WAKATOBI adalah kabupaten yang berada di Sulawesi Tenggara. Namanya diambil sebagai akronim dari empat pulau besar; Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Sebagai daerah kepulauan, ia dikenal dengan eksotika bahari yang memukau. Di samping dunia bahari, sesungguhnya Wakatobi menyimpan daya tarik yang tak kalah memikat, yakni kuliner khas. Jika berkunjung ke sini, tak lengkap rasanya jika belum mencoba kenikmatannya. Kuliner khas yang dimaksud adalah kasoami. Bentuknya kerucut. Rasanya seperti roti tawar. Gurih, kenyal, dan nikmat. Di sini, hampir semua masyarakat menjadikannya sebagai makanan pokok. Untuk mendapatkan kasoami juga bukan hal yang sulit. Jika dahulu hanya dinikmati di rumah saja, kini ia sudah banyak dijajakan di beberapa pasar, jembatan, serta pelabuhan yang ada di Kabupaten Wakatobi. Misalnya Pasar Pagi, Pasar Sentral, Pasar Malam, Jembatan Mola, Pelabuhan Panguno Belo, dan Jembatan Wanci. Kasoami sendiri adalah makanan berupa ubi kayu. Dan di Wakatobi, ada empat macam kasoami tugi dan kasoami pepe, kasoami biru, dan kasoami kasameha (kacang merah). Namun demikian, saat ini yang banyak dijual di pasaran adalah kasoami tugi dan kasoami pepe. Menurut Wa Ode Bia (79), seorang penjual kasoami yang sejak 1959 berdagang di Kelurahan Wanci, Kecamatan Wangi-Wangi, keduanya memiliki harga yang sama, yakni Rp4 ribu. Pada awal ia berjualan, harganya masih Rp5 ribu. Masing-masing kasoami ini memiliki proses pemasakan yang berbeda. Kasoami tugi, misalnya. Yang pertama kali harus dilakukan adalah mengupas ubi dan mencucinya hingga bersih. Setelah itu, ia diparut dan dibungkus dengan komunto kaluku (semacam karung yang ada di pohon kelapa) atau karung plastik. Selanjutnya, bungkusan tersebut diikat dan dbioopi (dijepit dengan papan dan ditindih dengan batu) agar keluar raba kau dbajava (sagunya atau umbinya) selama setengah hari. Proses selanjutnya, oopi (parutan ubi tanpa umbi) itu dibuka dan diangin-anginkan agar kasoami tidak manis atau asam. Lalu kasoami dihancurkan, digugura (diayak agar terpisah dari serabutnya yang keras dan tidak hancur), dimasukkan ke dalam soamia (tempat untuk mengukus kasoami yang terbuat dari ayaman daun kelapa tua yang berbentuk kerucut), dan dikukus di folanga futa, atau folangan riti (periuk yang terbuat dari tanah liat atau kuningan) selama 15 menit hingga berwarna kekuning-kuningan. Setelah masak, kasoami diangkat dan diletakkan di tapea (nyiru). Biasanya, kasoami tugi dibungkus dengan bhelo-bhelo (daun pisang yang masih muda). Akan tetapi, sekarang banyak penjual yang menggantinya dengan bungkusan dari kantong plastik. Berbeda dengan daun pisang, bungkusan plastik membuat daya tahannya hanya kuat selama dua hari. Proses yang hampir sama juga dilakukan untuk membuat kasoami pepe. Hanya saja, sebelum oopi dikukus, santan kelapa harus dimasak terlebih dahulu untuk kemudian didinginkan. Setelah itu, masukkan oopi dan baru di bungkus. Ketika kasoami matang, bagian runcingnya dilubangi dengan jari telunjuk dan diberi minyak goring yang digoreng bersama bawang merah. Setelah itu, remas-remas hingga menyatu lalu dipukul-pukul dengan menggunakan potongan pelepah kelapa tua atau menggunakan botol. Kemudian ia dibungkus dengan daun pisang yang masih muda. Namun, seperti pada kasoami tugi, pembungkus kasoami pepe pun sudah banyak yang terbuat dari kantong plastik. Alhasil, daya tahannya hanya sekira tujuh hari. Padahal jika dibungkus dengan daun pisang, makanan yang lebih nikmat disajikan dengan ikan goreng ini daya tahannya bisa lebih lama. "Awalnya, kasoami pepe ini dibuat hanya untuk orang yang berlayar seperti ke Pulau Jawa,” kata Wa Ode Bia. Sementara, untuk kasoami biru (kasoami hitam), proses pemmbuatannya sedikit berbeda. Setelah dikupas dan dicuci, ubi kayu dijemur selama dua hingga tiga hari agar berkeringat dan berwarna hitam. Kemudian ia dibuka dan diangin-anginkan selama dua malam dan dikeringkan lagi. Selanjutnya, tumbuk hingga halus atau diiris tipis-tipis, dan campurkan dengan air agar menyatu. Lalu remas-remas kasoami hingga melekat menjadi satu adonan dan baru dikukur hingga matang. Untuk mendapatkan rasa berbeda dari kasoami biasa, tambahkan pula parutan kelapa tua. Kelapa tua ini akan menambah kelezatan sehingga kasoami bisa langsung dinikmati meski tanpa lauk pauk. Sedangkan untuk kasoami kasa meha, proses pembuatannya sama dengan kasoami tugi. Hanya saja, sebelum dikukus, oopi terlebih dahulu diayak. Pada saat yang sama, kacang merahnya direbus hingga matang. Kemudian keduanya dicampur dan dikukus sampai matang. Secara keseluruhan, kasoami dapat dipadukan dengan macam-macam lauk. Sebut saja ikan bakar, ikan parende, atau roo kau kaudhafa ( sayur kelor yang dicampur dengan jantung pisang serta kelapa setengah tua yang dicukur dengan menggunakan kulit kerang). (Disarikan dari buku "Jejak Kuliner Indonesia” karya JNE) (tty)
|
Category: KULINER | Added by: budi (20.08.2011)
|
Views: 1041
| Rating: 0.0/0 |
| |
| | |
|
Login form |
|
|
KOMENTAR |
|
|
OLAHRAGA |
|
|
BERITA TERKINI |
|
|
|