Site menu |
|
|
Section categories |
|
|
DETIK |
|
|
Statistics |
Total online: 18 Guests: 18 Users: 0 |
|
|
| | |
|
Penyakit Lupa Nunun Nurbaetie, Profesionalisme Dokter Diuji Dwi Afrilianti - Okezone
Nunun Nurbaetie (Foto: dok. RCTI) NUNUN Nurbaetie, tersangka kasus dugaan suap dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia 2004 disebut mengalami penyakit lupa oleh dokter pribadinya. Kesimpulannya dipandang menguji profesionalisme dokter di Indonesia.
Nunun Nurbaetie, tersangka kasus dugaan suap dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia 2004 silam akhirnya tertangkap dan dipulangkan ke Indonesia. Sebelumnya, Nunun sempat masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) Kepolisian Internasional.
Istri mantan Wakil Kapolri Adang Daradjatun ini berhasil ditangkap Kepolisian Thailand di sebuah rumah sewaan di Bangkok, Thailand, Rabu 7 Desember malam. Nunun lantas dipulangkan ke Indonesia pada Sabtu (10/12) dan diinapkan di Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta. Kini, publik menantikan kesaksian Nunun yang disebut-sebut dapat mengungkap siapa pelaku utama pemberi suap kepada 30 anggota Dewan Perwakilan Rakyat 1999-2004.
Sayang, belum pula Nunun buka mulut, pernyataan dokter pribadi Nunun, dr Andreas Harry SpS (K) soal kondisi Nunun yang menderita penyakit demensia (lupa) dan mengarah ke alzheimer (pikun), kembali terngiang. Menurut dr Andreas, penyakit tersebut sudah diderita Nunun sejak pertengahan 2010, akibat riwayat stroke sebelumnya. Dampak dari penyakitnya itu, Nunun dipastikan kesulitan mengingat hal-hal tertentu. Kalau sudah begini apakah Nunun masih bisa bersaksi?
Dr dr H Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB, Spesialis Internist & Gastroenterologist FKUI menilai, keterangan dr Andreas akan memertaruhkan profesionalisme dokter di Indonesia. Pasalnya, publik sedang menyoroti ihwal kebenaran penyakit Nunun. Media bahkan cenderung sudah memertanyakan pernyataan dokter sebelumnya soal apakah Nunun benar-benar sakit.
"Bahkan komentar para pembaca di salah satu situs berita elektronik sudah memojokkan profesi dokter,” kata Dr Ari dalam siaran persnya, Senin (12/12/2011).
Melewati analisa mendalam
Kondisi Nunun seperti ditampilkan media pascapenangkapannya tidak bisa dijadikan dasar untuk menyebutnya sehat. Dr Ari mengatakan, perlu evaluasi medis mendalam untuk menilainya. Dia percaya bahwa pernyataan dr Andreas seputar kondisi Nunun sudah melalui analisa mendalam.
"Tentu sudah dilakukan tahapan pemeriksaan dan pengamatan yang terus menerus. Apalagi, Beliau juga sudah mendampingi kliennya bertahun-tahun,” tandas Ketua Bidang Advokasi Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) ini.
Peran IDI
Namun, Dr Ari melanjutkan, kontroversi penyakit Nunun menjadi pertaruhan profesionalisme dokter di Indonesia, khususnya dokter spesialis syaraf. Menurutnya, ini tak boleh dibiarkan begitu saja oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), organisasi yang menaungi para dokter di Indonesia.
"Di dalam kasus Nunun, dokter sebagai ahli di bidang kesehatan akan diminta untuk melakukan penilaian terhadap kondisi tersangka. Kesimpulan dokter akan menjadi pertimbangan terhadap proses penyelidikan yang dilakukan. Karenanya, IDI harus terus mengamati dan mengikuti kasus Ibu Nunun ini dengan seksama, kalau perlu melakukan kajian ilmiah,” tutupnya. (ftr)
|
Category: Kesehatan | Added by: budi (12.12.2011)
|
Views: 700
| Rating: 0.0/0 |
| |
| | |
|
Login form |
|
|
KOMENTAR |
|
|
OLAHRAGA |
|
|
BERITA TERKINI |
|
|
|