Main
 
BUDI SANTOSOSaturday, 23.11.2024, 5:19:51 PM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
Berita Teknologi
berita tentang komputer
Kesehatan
Agama
Artikel tentang Agama
Olahraga
Olahraga
OTOMOTIF
OTOMOTIF
Entertainment
Entertainment
Informasi Umum
Informasi Umum
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
KULINER
SERBA-SERBI KULINER
GADGET
KOMPUTER/HP

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » Articles » Entertainment

Pulau Sangiang, Surga Tersembunyi Oleh: AymaraRamdani
Pasir lembut dan air jernihnya

Pasir lembut dan air jernihnya





Foto Selengkapnya:









Sore itu, ya sore itu aku sangat menikmati matahari yang
melintas untuk menghabiskan masa sisa edarnya dari ketinggian sekira
30-35 meter dari puncak menara. Menara Prancis orang menyebutnya dan di
bangun oleh Jerman pada tahun 1999 Di temani tingkah polah camar dan
elang yang siap memangsa dari udara, tatapanya tajam mengamati setiap
gerak geriknya, Dalam satu tarikan nafas Elang dan Camar itu menghujam
laut dan dalam sekejap sudah berada di udara kembali dengan membawa
seekor ikan diparuhnya Kolaborasi tiga, itu teori yang aku buat sendiri
dan itu hanya aku sendiri dan untuk aku sendiri, yang jika kawan
mendebatnya itu tak jadi soal, sebab memang itu adalah fikiran bebasku,
dan memang belum tentu keshahihannya tentang teori itu.


Sarapan selesai dan kami bergegas untuk repacking karena
kami akan memulai hiking menuju Gua atau tepatnya sebuah cerukan yang
jika beruntung kita akan melihat beberapa ekor hiu sedang menunggu
kelelawar itu jatuh. Sungguh sebuah siklus kehidupan yang sepertinya
ekstrem namun sebenarnya itu adalah sebuah keseimbangan alam. Kami
semua siap dan mulai kembali berjalan untuk mengexplore pulau
itu. Oh ya kawan, kami semua berjumlah dua puluh satu orang. Namun yang
ikut menuju gua dan pantai pasir panjang hanya 12 orang plus 1 orang
guide, dan teman-teman yang tidak ikut, mereka di dermaga, snorkeling
sepuasnya dan memasak untuk kami-kami yang mengexplore gua dan pantai.


Tepat pukul 10.00 pagi, kami mulai menyusuri jalan yang sepertinya
pulau milik kami, karena memang pada saat itu hanya kami yang datang
mengunjunginya. Kami persis semut, beriringan dan berantai. Perjalanan
diawali dengan melalui jalan setapak yg rata dan mendatar, rupanya tepat
di dermaga itu hanya ada 2 pondokan yang ditinggali, yang sempat juga
aku berbincang dengan mereka. Kami terus berjalan menyusuri jalan itu.
Waw, sungguh pemandangan yang sangat unik, hutan bakau sepanjang kanan
kiri kami menyambut dengan ceria, rawa-rawa dengan nyamuknya terus
menggoda kami, seakan ingin mengajak kenalan. Rupanya ada seorang
pengemudi motor yang berbaik hati untuk mengantarkan beberapa dari kami
menuju perkampungan. Dan memang tinggal sebentar lagi kami akan tiba
di sebuah perkampungan.


Di Pulau sangiang ini rupanya ada sebuah perkampungan yang namanya
lagon waroo, atau lagoon waru, dan yang tercatat disana ada 50 kepala
keluarga namun kemungkin besar lebih, itu berdasarkan informasi yang aku
dapat dari seorang yang tinggal disana. Di perkampungan itu dalam
berkomunikasinya menggunakan 3 bahasa sekaligus, sunda, jawa, dan
lampung. 


Kami pun melanjutkan perjalanan, dan tidak terasa rupanya Goa yang
kami tuju sudah tepat di depan mata kami, cahaya matahari itu masuk
melalui melalui lubang persis di tepi pantai dan tembus ke ujung gua,
tempat kami sekarang. Suara ombak bedebam menghantam karang di ujung
gua itu, hewan bermuka kutukan itu menggantung di dinding-dinding gua.
Beberapa ekor hiu melintas ke ujung gua berspekulasi mengharapkan
kelelawar itu jatuh dan siap dimangsanya.


Setelah puas kami segera pulang menuju dermaga untuk makan siang
yang sepertinya sudah disiapkan oleh teman-teman yang tidak ikut.
Sebelum kami pulang kami semua masih sempat menikmati snorkeling di
dermaga, melihat keindahan laut yang masih sangat terawat, airnya
begitu jernih dan ikan-ikan kecil datang menggoda. Dari itu semua, aku
mencoba yang lain, aku coba hunting Gurita dan Bintang Laut.
Sungguh sensasional berburu gurita, melihat langusung serangannya dan
eratnya tentakel menempel di lenganku, aku kaget, takut dan melompat,
tetapi setelah aku tahu tekniknya aku kembali dan sukses. Aku dapatkan
Gurita dan Bintang Laut.


Semua itu aku dapatkan di pulau yang konon merupakan tempat
berkumpulnya para waliyulaah untuk mengadakan rapat dan mengambil
keputusan-keputusan strategis dalam menjalankan roda keagaamaan pada
waktu dulu. Yang juga merupakan Pulau dimana pada masa zaman penjajahan
Jepang merupakan pulau dimana tempat menaruh harta karun dari bumi
pertiwi yang kemudian diangkut kenegaranya, dan juga pulau dimana masih
sangat terjaga keasriannya, baik flora maupun faunanya.

Category: Entertainment | Added by: budi (15.11.2011)
Views: 725 | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024