Main
 
BUDI SANTOSOSunday, 19.05.2024, 1:31:27 AM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
Berita Teknologi
berita tentang komputer
Kesehatan
Agama
Artikel tentang Agama
Olahraga
Olahraga
OTOMOTIF
OTOMOTIF
Entertainment
Entertainment
Informasi Umum
Informasi Umum
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
KULINER
SERBA-SERBI KULINER
GADGET
KOMPUTER/HP

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » Articles » Agama

"HAMAN" DAN BANGUNAN MESIR KUNO HARUN YAHYA
"HAMAN" DAN BANGUNAN MESIR KUNO  HARUN
YAHYA














Nama "Haman" tidaklah
diketahui hingga dipecahkannya huruf hiroglif Mesir di
abad ke-19. Ketika hiroglif terpecahkan, diketahui bahwa Haman adalah
seorang pembantu dekat Fir’aun, dan "pemimpin pekerja batu pahat".
(Gambar ini memperlihatkan para pekerja bangunan Mesir kuno). Hal
teramat penting di sini adalah bahwa Haman disebut dalam Al Qur'an
sebagai orang yang mengarahkan pendirian bangunan atas perintah Fir’aun.
Ini berarti bahwa keterangan yang tidak bisa diketahui oleh siapa pun
di masa itu telah diberikan oleh Al Qur'an, satu hal yang paling patut
dicermati.

Al Qur'an mengisahkan kehidupan Nabi
Musa AS dengan sangat jelas. Tatkala memaparkan perselisihan dengan
Fir'aun dan urusannya dengan Bani Israil, Al Qur'an menyingkap berlimpah
keterangan tentang Mesir kuno. Pentingnya banyak babak bersejarah ini
hanya baru-baru ini menjadi perhatian para pakar dunia. Ketika seseorang
memperhatikan babak-babak bersejarah ini dengan pertimbangan, seketika
akan menjadi jelas bahwa Al Qur'an, dan sumber pengetahuan yang
dikandungnya, telah diwahyukan oleh Allah Yang Mahatahu dikarenakan Al
Qur'an bersesuaian langsung dengan seluruh penemuan besar di bidang ilmu
pengetahuan, sejarah dan kepurbakalaan di masa kini.


Satu contoh pengetahuan ini dapat ditemukan dalam paparan Al
Qur'an tentang Haman: seorang pelaku yang namanya disebut di dalam Al
Qur'an, bersama dengan Fir'aun. Ia disebut di enam tempat berbeda dalam
Al Qur'an, di mana Al Qur'an memberitahu kita bahwa ia adalah salah satu
dari sekutu terdekat Fir'aun.


Anehnya, nama "Haman” tidak pernah disebutkan dalam
bagian-bagian Taurat yang berkaitan dengan kehidupan Nabi Musa AS.
Tetapi, penyebutan Haman dapat ditemukan di bab-bab terakhir Perjanjian
Lama sebagai pembantu raja Babilonia yang melakukan banyak kekejaman
terhadap Bani Israil kira-kira 1.100 tahun setelah Nabi Musa AS. Al
Qur'an, yang jauh lebih bersesuaian dengan penemuan-penemuan
kepurbakalaan masa kini, benar-benar memuat kata "Haman” yang merujuk
pada masa hidup Nabi Musa AS.


Tuduhan-tuduhan yang dilontarkan terhadap Kitab Suci Islam
oleh sejumlah kalangan di luar Muslim terbantahkan tatkala naskah
hiroglif dipecahkan, sekitar 200 tahun silam, dan nama "Haman” ditemukan
di naskah-naskah kuno itu. Hingga abad ke-18, tulisan dan prasasti
Mesir kuno tidak dapat dipahami. Bahasa Mesir kuno tersusun atas
lambang-lambang dan bukan kata-kata, yakni berupa hiroglifik.
Gambar-gambar ini, yang memaparkan kisah dan membukukan catatan
peristiwa-peristiwa penting sebagaimana kegunaan kata di zaman modern,
biasanya diukir pada batu dan banyak contoh masih terawetkan
berabad-abad. Dengan tersebarnya agama Nasrani dan pengaruh budaya
lainnya di abad ke-2 dan ke-3, Mesir meninggalkan kepercayaan kunonya
beserta tulisan hiroglif yang berkaitan erat dengan tatanan kepercayaan
yang kini telah mati itu. Contoh terakhir penggunaan tulisan hiroglif
yang diketahui adalah sebuah prasasti dari tahun 394. Bahasa gambar dan
lambang telah terlupakan, menyisakan tak seorang pun yang dapat membaca
dan memahaminya. Sudah tentu hal ini menjadikan pengkajian sejarah dan
kepurbakalaan nyaris mustahil. Keadaan ini tidak berubah hingga sekitar 2
abad silam.


Pada tahun 1799, kegembiraan besar terjadi
di kalangan sejarawan dan pakar lainnya, rahasia hiroglif Mesir kuno
terpecahkan melalui penemuan sebuah prasasti yang disebut "Batu
Rosetta.” Penemuan mengejutkan ini berasal dari tahun 196 SM. Nilai
penting prasasti ini adalah ditulisnya prasasti tersebut dalam tiga
bentuk tulisan: hiroglif, demotik (bentuk sederhana tulisan tangan
bersambung Mesir kuno) dan Yunani. Dengan bantuan naskah Yunani, tulisan
Mesir kuno diterjemahkan. Penerjemahan prasasti ini diselesaikan oleh
orang Prancis bernama Jean-Françoise Champollion. Dengan demikian,
sebuah bahasa yang telah terlupakan dan aneka peristiwa yang
dikisahkannya terungkap. Dengan cara ini, banyak pengetahuan tentang
peradaban, agama dan kehidupan masyarakat Mesir kuno menjadi tersedia
bagi umat manusia dan hal ini membuka jalan kepada pengetahuan yang
lebih banyak tentang babak penting dalam sejarah umat manusia ini.


Melalui penerjemahan hiroglif, sebuah
pengetahuan penting tersingkap: nama "Haman” benar-benar disebut dalam
prasasti-prasasti Mesir. Nama ini tercantum pada sebuah tugu di Museum
Hof di Wina. Tulisan yang sama ini juga menyebutkan hubungan dekat
antara Haman dan Fir'aun. 1


Dalam kamus People in the New Kingdom , yang disusun berdasarkan keseluruhan kumpulan prasasti tersebut, Haman disebut sebagai "pemimpin para pekerja batu pahat”. 2


Temuan ini mengungkap kebenaran sangat penting: Berbeda
dengan pernyataan keliru para penentang Al Qur'an, Haman adalah
seseorang yang hidup di Mesir pada zaman Nabi Musa AS. Ia dekat dengan
Fir'aun dan terlibat dalam pekerjaan membuat bangunan, persis
sebagaimana dipaparkan dalam Al Qur'an.


Dan berkata Fir'aun: "Hai
pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka
bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku
bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan
sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang
pendusta". (QS. Al Qashas, 28:38)


Ayat dalam Al Qur'an tersebut yang mengisahkan peristiwa di
mana Fir'aun meminta Haman mendirikan menara bersesuaian sempurna dengan
penemuan purbakala ini. Melalui penemuan luar biasa ini,
sanggahan-sanggahan tak beralasan dari para penentang Al Qur'an terbukti
keliru dan tidak bernilai intelektual.


Secara menakjubkan, Al Qur'an menyampaikan kepada kita
pengetahuan sejarah yang tak mungkin dimiliki atau diketahui di masa
Nabi Muhammad SAW. Hiroglif tidak mampu dipecahkan hingga akhir tahun
1700-an sehingga pengetahuan tersebut tidak dapat dipastikan
kebenarannya di masa itu dari sumber-sumber Mesir. Ketika nama "Haman”
ditemukan dalam prasasti-prasasti kuno tersebut, ini menjadi bukti lagi
bagi kebenaran mutlak Firman Allah.





1. Walter Wreszinski, Aegyptische Inschriften aus dem K.K. Hof Museum in Wien, 1906, J. C. Hinrichs' sche Buchhandlung

2. Hermann Ranke, Die Ägyptischen Personennamen, Verzeichnis der
Namen, Verlag Von J. J. Augustin in Glückstadt, Band I, 1935, Band II,
1952






Category: Agama | Added by: budi (17.08.2011)
Views: 751 | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024