REPUBLIKA.CO.ID,JEDDAH--Pemerintah Arab Saudi
merasa kesulitan dalam mengatasai jamaah haji nonkuota atau jamaah yang
tidak membawa surat tasreh dan telantar di jalan-jalan. Terkait hal ini
Apalagi mereka berpotensi mengganggu kenyamaan jamaah lain,
meminta-minta uang kepada jamaah dengan alasan kekurangan uang ongkos
perjalanan hajinya.
Wakil Gubernur Makkah sekaligus Ketua Komite Persiapan dan
Pelaksanaan Haji Dr Abdulazis Al Khudairi, menilalai jaamaah haji
tersebut melanggar aturan. "Bahkan, keberadaan jamaah haji setempat
tanpa tasreh ini telah melakukan tindakan yang meresahkan jemaah
lainnya,” kata Khudairi di Jeddah, Rabu (19/10). Ia kemudian
mencontohkan tindakan jamaah haji ilegal ini lainnya adalah kebiasannya
membuang sampah tidak pada tempatnya.
Terkait keberadaan jemaah haji nonkuota ini, Ketua Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi , Syairozi Dimyathi,
menuturkan, untuk Indonesia juga hampir setiap tahun terjadi. Mengenai
keberadaannya dimana, ia mengaku tidak tahu.
"Ini karena baru ketahuan setelah bermasalah karena tak punya tempat
dan terlantar,” kata Syairozi. Menurutnya, PPIH tidak mempunyai
persiapan apa-apa untuk mengantisipasi kedatangan jemaah haji nonkuota
tersebut.
Pada tahun lalu, lanjut Syairozi, keberadaan jemaah haji nonkuota
dari Indoensia ditampung oeh muasasah. Ditanya apakah mereka itu
mempunyai visa? "Mereka memilki visa dari Arab Saudi,” timpalnya. Namun,
keberadaan mereka tetap mengganggu terhadap jemaah haji yang ada dan
terdaftar sesuai kuota.
Menghadapi jemaah nonkuota ini, Khudairi menuturkan, pihak pemerintah
Saudi akan melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dalam melayani
para tamu Allah demi menjaga nama baik Kerajaan. "Oleh karena itu, kami
mengharap partisipasi mereka dalam mematuhi peraturan.” tandasnya.
Seperti diketahui, kasus jamaah haji nonkuota selalu muncul tiap
tahun. Beberapa dari mereka diindikasikan datang ke Arab Saudi dengan
menggunakan via umrah, jauh-jauh hari sebelum musim haji tiba. Biasanya
mereka setelah umrah selesai ‘kabur’ ke rumah rekan atau suadaranya
yang menjadi mukimin di Arab Saudi.
Indikasi ini tampak jelas, ketika beberapa waktu silam terjadi
pemulangan tenaga kerja Indonesia secara gratis dari Arab Saudi ke
Indonesia. Saat itu ternyata sebagian besar dari orang yang dipulangkan
itu adalah mantan jamaah umrah. Mereka biasanya memperpanjang masa
tinggalnya untuk menunaikan haji sekaligus melakukan bisnis.