Main
 
BUDI SANTOSOSunday, 19.05.2024, 2:52:57 AM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
Berita Teknologi
berita tentang komputer
Kesehatan
Agama
Artikel tentang Agama
Olahraga
Olahraga
OTOMOTIF
OTOMOTIF
Entertainment
Entertainment
Informasi Umum
Informasi Umum
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
KULINER
SERBA-SERBI KULINER
GADGET
KOMPUTER/HP

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » Articles » Agama

Mengapa Semut tidak Dimangsa Si Kantong Semar? HARUN YAHYA
Mengapa Semut tidak Dimangsa Si Kantong Semar?


H
ARUN
YAHYA


















Di dalam kantung tumbuhan "kantong-semar" Nepenthes bicalcarata
yang hidup di sebelah India Timur, hiduplah koloni semut. Tumbuhan ini
bentuknya seperti teko dan memangsa serangga yang menghinggapinya.
Meskipun demikian, semut bebas bergerak dan mengambil sisa-sisa serangga
dan bahan makanan lainnya dari tumbuhan ini.


Kerja sama ini menguntungkan kedua belah pihak, semut dan tumbuhan. Meski semut mungkin saja dimakan Nepenthes,
mereka dapat membangun sarang pada tumbuhan ini. Sang tumbuhan juga
menyisakan jaringan tertentu dan sisa-sisa serangga untuk semut. Dan
sebagai balasannya, semut melindungi tumbuhan dari musuhnya.


Begitulah contoh hubungan kehidupan antara
tumbuhan dan semut. Bentuk anatomi dan fisiologi semut dan tumbuhan
inangnya telah dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan hubungan
timbal balik antara keduanya. Meskipun para pembela teori evolusi
menyatakan bahwa hubungan antarjenis makhluk hidup ini berkembang secara
berangsur-angsur selama jutaan tahun, tetapi tentu saja pernyataan yang
mengatakan bahwa dua makhluk yang tidak memiliki kecerdasan ini dapat
sepakat merencanakan suatu sistem yang menguntungkan kedua belah pihak
tidaklah masuk akal. Lalu, apa yang menyebabkan semut hidup pada
tumbuhan?


Semut cenderung tinggal pada tumbuhan karena
adanya cairan bernama "nektar tersisa" yang dikeluarkan tumbuhan. Cairan
nektar ini merupakan daya tarik bagi semut untuk mendatangi tumbuhan.
Banyak spesies tumbuhan yang terbukti mengeluarkan cairan ini pada
waktu-waktu tertentu. Misalnya, pohon ceri hitam menghasilkan cairan ini
hanya tiga minggu dalam setahun. Tentu pengeluaran cairan pada waktu
ini bukan kebetulan karena waktu tiga minggu ini bertepatan dengan
satu-satunya waktu sejenis ulat menyerang pohon ceri hitam. Semut yang
tertarik pada nektar dapat membunuh ulat ini serta melindungi tumbuhan.










Pada
gambar, kita dapat melihat tumbuhan kantong semar sebagai "perangkap
seranggaā€¯. Namun, serangga-serangga tertentu lolos dari jebakan tumbuhan
kantong semar. Misalnya, semut dapat hidup berdampingan dengan kantong
semar. Secara ajaib, tumbuhan ini tidak mempedulikan keberadaan semut.


Hanya dengan menggunakan akal sehat, kita dapat melihat bahwa
hal ini adalah bukti hasil penciptaan. Akal sehat tidak mungkin bisa
menerima bahwa pohon ini dapat memperhitungkan kapan bahaya akan
menyerang lalu memutuskan bahwa cara terbaik untuk melindungi dirinya
adalah dengan cara menarik perhatian semut serta mengubah struktur
kimianya. Pohon ceri tidak punya otak. Oleh karena itu, ia tidak dapat
berpikir, memperhitungkan, maupun mengubah campuran kimianya. Bila kita
menganggap bahwa cara cerdas ini adalah sifat yang diperoleh dari suatu
kebetulan, yaitu dasar berpikir evolusi, tentu ini tidaklah masuk akal.
Jelas sekali bahwa pohon ini telah melakukan sesuatu yang didasarkan
pada kecerdasan dan ilmu pengetahuan.


Oleh karena itu, satu-satunya kesimpulan yang
dapat kita tarik adalah bahwa sifat tumbuhan ini telah terbentuk karena
adanya sebuah Kehendak yang telah menciptakannya. Bila kita merujuk pada
segala bentuk pengaturan yang dibuat-Nya, jelas sekali bahwa Dia tidak
hanya berkuasa atas pohon, tetapi juga atas semut dan ulat. Jika
penelitian dilakukan lebih jauh lagi, tentunya dapat diketahui bahwa Dia
berkuasa atas semesta alam dan telah mengatur setiap bagian alam secara
terpisah namun serasi dan selaras, sehingga membentuk sebuah rangkaian
sempurna yang kita kenal sebagai "keseimbangan ekologi". Bila kita
berpikir lebih jauh dan meneliti bidang-bidang lain, seperti geologi dan
astronomi, kita akan sampai pada gambaran yang serupa. Ke mana pun kita
melangkah, kita akan menyaksikan berjuta sistem yang berfungsi dengan
selaras dan teratur sempurna. Semua sistem ini menunjukkan keberadaan
Sang Pengatur. Meskipun demikian, tidak satu pun unsur pembentuk alam
ini yang mampu berfungsi sebagai Sang Pengatur itu. Oleh karena itu sang
pengatur haruslah Dia Yang Maha Tahu dan Mahakuasa atas alam semesta.
Al Quran menggambarkan Sang Penguasa sebagai berikut:








"Dia-lah Allah
Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai
Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepadanya apa yang ada di langit
dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
(QS. Al-Hasyr, 59:24)







 











Category: Agama | Added by: budi (17.08.2011)
Views: 667 | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024