Main
 
BUDI SANTOSOSunday, 19.05.2024, 3:13:21 AM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
Berita Teknologi
berita tentang komputer
Kesehatan
Agama
Artikel tentang Agama
Olahraga
Olahraga
OTOMOTIF
OTOMOTIF
Entertainment
Entertainment
Informasi Umum
Informasi Umum
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
KULINER
SERBA-SERBI KULINER
GADGET
KOMPUTER/HP

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » Articles » Agama

Meneladani Kepimpinan Nabi Ibrahim AS

Meneladani Kepimpinan Nabi Ibrahim AS



Kepimpinan Nabi Ibrahim AS



Oleh Rahmat Saptono



REPUBLIKA.CO.ID, Nabi Ibrahim al-Khalil as, adalah model ideal
seorang pemimpin umat.  Kepemimpinan umat manusia diberikan Allah SWT
kepada Nabi Ibrahim AS setelah melewati berbagai ujian dalam bentuk
perintah dan larangan.

QS. 2:124. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
AS diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu
Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan
menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya
mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak
mengenai orang-orang yang zalim".

Menurut sebagian ulama,
'beberapa kalimat' di dalam ayat ini, berhubungan dengan perintah dan
larangan Allah SWT dalam konteks ritual Haji (manasik) dan pensucian
diri (thaharah).  Kebersihan di sini berarti kebersihan lahiriah
mencakup kebersihan dan kesucian 5 bagian kepala dan badan. 

Secara
implisit, kebersihan lahiriah adalah cermin dari kebersihan jiwa dan
pikiran dari seseorang calon pemimpin. Secara umum, kebersihan dan
kesucian berakar pada sebagai aqidah yang bersih dan lurus (Fitrah
Allah). Dari penjelasan di atas,  dapat diambil pelajaran bahwa
'kebersihan' adalah syarat pertama bagi seorang calon pemimpin.

Dalam
konteks lebih luas, ujian kepemimpinan Ibrahim AS, sebagaimana dapat
dipahami dari pendapat Ibnu Abbas RA, meliputi ujian intelektual,
spiritual (keimanan), dan emosional (keberanian dan kesabaran).

Kematangan
akal dan pikiran Ibrahim AS telah teruji dalam perjalanannya mencari
Tuhan serta caranya berwacana dan beradu argumentasi. Keimanan Ibrahim
AS adalah keimanan yang bulat dan utuh, yaitu aqidah yang lurus lagi
bersih.  

emuanya dicapai dengan mata telinga, akal sehat, dan
hati jujur. Puncak keimanannya telah terbukti dalam bentuk penyerahan
diri secara menyeluruh serta kepatuhannya terhadap (perintah dan
larangan) Allah Tuhan Semesta Alam.

QS.2:131. Ketika Tuhannya
berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk
patuh kepada Tuhan semesta alam".

Keberanian Ibrahim AS telah
terbukti dan teruji dari sikapnya terhadap kemapanan atau status quo.
Dengan tegas ditolaknya ajakan orangtua, kaum, bahkan penguasa untuk
mempersekutukan Allah SWT. Semua itu dilakukannya dengan cara-cara yang
cerdas dan elegan, sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur’an.

Kesabaran
Ibrahim AS teruji saat ia dilemparkan ke dalam api. Ujian selanjutnya
adalah saat Ibrahim AS harus berhijrah meninggalkan tanah airnya.
Kesabaran Ibrahim AS lagi-lagi diuji saat harus meninggalkan anak dan
istrinya di tengah lembah yang sepi dan tandus, tanpa dukungan logistik
yang memadai. 

Ujian lain bagi Ibrahim AS adalah kesabarannya
dalam menjamu tamu-tamu, di tengah-tengah keterbatasannya secara
finansial dan material. Puncak tertinggi ujian kesabaran bagi Ibrahim AS
adalah saat ia diperintahkan untuk mengorbankan puteranya Ismail AS. 

Kesabaran
Ibrahim AS adalah kesabaran individu dengan dukungan solid dari
keluarganya. Itu tercermin dari sikap Siti Hajar saat wanita mulia itu
dan bayinya akan ditinggalkan di tengah lembah yang tak berpenduduk.
Dukungan solid yang sama tercermin dari sikap Ismail saat diminta
pendapat tentang mimpi ayah-nya.

Belajar dari ujian kepemimpinan
Ibrahim AS, jelas bahwa ‘kebersihan’ adalah pra-sayarat bagi seorang
pemimpin.  Selanjutnya, kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional
(keberanian dan kesabaran) adalah syarat penting bagi calon pemimpin
umat.  Semuanya harus terbukti dalam perkataan, sikap, dan perbuatan dan
teruji oleh waktu.

Lebih jauh lagi, Ibrahim AS adalah seorang
pemimpin yang memiliki visi masa depan, sebagaimana tercermin dalam doa
dan harapannya, tentang negeri Mekah dan Ka’bah yang dibangunya bersama
Ismail, tentang kiprah anak keturunannya di masa depan. 

Semua
itu di dalam bingkai "dakwah yang berkelanjutan”, bukan karena nafsu
melanggengkan kekuasaan. Harapannya, saat Allah SWT mengangkatnya
sebagai kalifah seluruh manusia, maka anak ketururannya akan terlahir
pula pemimpin umat. 

Doa Ibrahim AS dijawab langsung oleh Allah
SWT, dengan syarat mereka tidak berlaku zalim (mempersekutukan Allah SWT
dan/atau berbuat tidak adil).  Sejarah mencatat bahwa dari anak
keturunan Ibrahim AS, telah lahir para nabi dan rasul yang juga adalah
pemimpin umat. 

Di antaranya adalah Nabi dan Rasul kita,
Muhammad SAW, Pemimpin umat manusia hingga akhir zaman.  Di
tengah-tengah kita kini, hidup pula Ulama pewaris nabi, para penjaga
al-Qur'an dan as-Sunnah. Wallahu’a’lam.


 


Penulis adalah sahabat Republika Online yang tengah menimba ilmu di Arlington, Texas


 

Category: Agama | Added by: budi (24.12.2011)
Views: 647 | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024