Main
 
BUDI SANTOSOWednesday, 18.12.2024, 10:22:11 AM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
Berita Teknologi
berita tentang komputer
Kesehatan
Agama
Artikel tentang Agama
Olahraga
Olahraga
OTOMOTIF
OTOMOTIF
Entertainment
Entertainment
Informasi Umum
Informasi Umum
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
KULINER
SERBA-SERBI KULINER
GADGET
KOMPUTER/HP

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » Articles » Agama

Masjid Tertua di Yogyakarta







alt


MASJID Kotagede
merupakan salah satu masjid tertua Yogyakarta. Masjid yang didirikan
oleh Raja Mataram Sultan Agung itu diperkirakan berdiri pada pertengahan
abad 17 M, sekitar tahun 1640. Sehingga kini masjid itu berusia lebih
dari 350 tahun.

Beberapa
masjid tua lainnya setelah masa pemerintahan Senopati yang sampai saat
ini masih ditemukan adalah Masjid Sultoni Wotgaleh Berbah, Masjid
Pajimatan Imogiri yang didirikan Sultan Agung dan Masjid Giriloyo makan
Sunan Cirebon. Pembangunan Masjid Kotagede pada tahun 1640 atau saat
Sultan Agung bertahta bersamaan dengan pembangunan kompleks makam
Imogiri.


Masjid
Kotagede sampai saat ini juga sering didatangi para peziarah. Pada bulan
puasa, masjid ini juga menjadi salah satu tempat favorit umat Islam
yang ingin menjalankan itikaf. Salah satu kegiatan yang unik di masjid
ini antara lain salat tarawih berjamaah pada pukul 24.00 WIB.


Untuk
menuju Masjid Kotagede, sangatlah mudah. Letaknya tidak jauh dari Pasar
Kotagede dan kawasan Ngeksigondo yang merupakan pusat kerajinan perak.
Selain masjid, di kompleks tersebut juga terdapat makam pendiri Dinasti
Mataram, Panembahan Senopati dan ayahnya Ki Juru Pemanahan beserta
keluarganya. Di tempat itu juga terdapat pemandian yang disebut Sendang
Selirang.


Jalan
masuk kompleks masjid bisa melalui pintu depan dan gerbang atau gapura
yang berbentuk paduraksa yang terbuat dari batu bata. Selain itu juga
bisa melewati pintu gerbang bagian utara, lewat kampung Kudusan.


Ketika
masuk gapura paduraksa kita tidak bisa melihat langsung masjid lantaran
terhalang tembok sehingga mengharuskan pengunjung berbelok ke kanan
lebih dulu. Gapura Paduraksa ini merupakan wujud toleransi Sultan Agung
pada warga yang ikut membangun masjid yang saat ini masih banyak yang
memeluk agama Hindu dan Budha.


Bangunan
Masjid Kotagede mengalami dua kali tahap pembangunan. Tahap pertama yang
dibangun pada masa Sultan Agung hanya merupakan bangunan inti masjid
dengan model limasan atap tumpang dengan empat saka guru. Semua kayu
yang digunakan adalah kayu jati. Luas masjid utama hanya sekitar 100-an
meter persegi. Sedangkan pembangunan tahap kedua dilakukan oleh Sunan
Paku Buwono X dengan memperluas bangunan serambi masjid bagian depan.
Luas masjid beserta halaman lebih kurang 1.000 meter persegi.


Seperti
halnya masjid kuno di Jawa, masjid ini juga dilengkapi kolam yang
mengelilinginya. Kolam ini dimaksudkan sebagai sarana penyucian diri
dari segala kotoran sebelum masuk masjid.


Di
serambi masjid sampai saat ini masih terdapat sebuah bedug tua dan
kentongan. Bedug yang usianya ratusan tahun itu merupakan hadiah
seseorang bernama Nyai Pringgit yang berasal dari Desa Dondong, wilayah
di Adikarto atau Kulon Progo sekarang ini. 


Atas
jasanya memberikan bedug itu, keturunan Nyai Pringgit diberi hak untuk
menempati wilayah sekitar masjid yang kemudian dinamai kampung
Dondongan. Bedug dan kentongan tersebut sampai sekarang masih dibunyikan
sebagai penanda waktu salat. Di atas pintu masjid juga terdapat ukiran
kaligrafi.


Tembok
sekeliling bangunan baik masjid hingga kompleks makam Panembahan
Senopati dan Ki Ageng Pemanahan dan keluarga lainya terbuat dari tembok
batu bata. Selama bulan puasa, Masjid Kotagede selalu ramai dengan
berbagai kegiatan mulai dari pengajian, kajian hadis, TPA hingga
tadarus. DTC/L-1

Category: Agama | Added by: budi (07.09.2011)
Views: 774 | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024