REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN – Islam merupakan
agama yang mengisi kemerdekaan dan membawa kemandirian di Indonesia.
Karena itu, lembaga pendidikan yang berbasis pada ke-islaman harus
mempunyai peran dalam konteks pendidikan, pemberdayaan masyarakat,
terutama perekonomian.
Demikian dikatakan Menteri Koordinator
Perekonomia, Hatta Rajasa, di sela-sela acara Musayawarah Kerja Nasional
(Mukernas) II, Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), Bangil,
Pasuruan, Ahad (9/10).
Menurut Hatta, lembaga pendidikan seperti Pesantren, harus melakukan transformasi besar dalam menghadapi perubahan jaman.
Dalam
Islam, kata dia, terdapat empat prinsip yang sejatinya dapat membawa
perubahan, yakni prinsip ekonomi syariah, prinsip keadilan, kejujuran,
dan prinsip keterbukaan. "Lembaga pendidikan Islam harus mengaplikasikan
keempat prinsip tersebut," ujarnya.
Hatta mengatakan,
globalisasi bukan merupakan ‘barang’ baru bagi Islam. Karena Islam lahir
di Indonesia dari produk globalisasi, yakni melalui pedagang dari Arab
yang masuk ke Indonesia. Tetapi, Islam harus memaknai globalisasi
berdasarkan empat prinsip tadi.
Dalam konsep Islam, lanjut Hatta,
konsep kepemilikan menjadi dasar utama memandang ekonomi syariah. Ia
mencontohkan sumber daya alam yang seharusnya menjadi milik bangsa.
"Jadi, akses masyarakat untuk mendapatkan kesejaheteraan dari sumber
daya tersebut dapat termudahkan," katanya.
Hatta mengatakan,
ekonomi tidak dapat dibangun dengan menggunakan prinsip neo-liberalisme.
Karena prinsip tersebut tidak dapat melahirkan konsep keadilan. Pasar
bebas tidak cocok dengan budaya Indonesia. Pasalnya, prinsip tersebut
tidak dapat mengontrol keserakahan. Saat ini, Indonesia butuh akan pasar
sosial yang berkonsep pada keadilan.