Main
 
BUDI SANTOSOMonday, 20.05.2024, 7:43:37 PM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
Berita Teknologi
berita tentang komputer
Kesehatan
Agama
Artikel tentang Agama
Olahraga
Olahraga
OTOMOTIF
OTOMOTIF
Entertainment
Entertainment
Informasi Umum
Informasi Umum
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
KULINER
SERBA-SERBI KULINER
GADGET
KOMPUTER/HP

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » Articles » Informasi Umum

Teror Bom di Kota Damai
 



Foto : dok.pribadi
Foto : dok.pribadi



AKSI peledakan bom di Gereja Bethel Injil
Sepenuh (GBIS) Kepunton, Kota Solo, Jawa Tengah, Minggu 25 September
lalu menjadikan Kota Solo kembali menjadi sorotan publik. Kota yang
dikenal damai dan masyarakatnya penuh kelembutan tiba-tiba bergolak.
Jutaan pasang mata penduduk Indonesia "diajak” melihat tontonan
mengerikan. Teroris kembali mengeluarkan pesan, Indonesia, khususnya
Solo bukan wilayah aman ancaman teror.
 

Puluhan jamaah gereja berlarian menyelamatkan diri agar tidak menjadi
korban. Tapi musibah tidak dapat terhindarkan, puluhan orang terluka.
Satu di antaranya dikabarkan meninggal dan diduga kuat sebagai pelaku
peledakan. Indonesia menangis, Ibu Pertiwi kembali berduka.

 

Kejadian bom Solo semakin menambah daftar panjang deretan aksi teror di
Indonesia. Sebuah parade kekerasan yang seolah tidak berujung. Tidak
heran, banyak kalangan menilai terorisme belum "mati”, masih subur
bersemi dan meledakkan potensinya setiap saat. Masyarakat diminta
waspada atas teror bertajuk bom bunuh diri yang kadang dilabeli sumbu
"jihad”.

 

Terorisme : Agama versus Pesan Politik

Maraknya kegiatan pengeboman di Indonesia menegaskan
ancaman terorisme masih sulit dihilangkan dari bumi Indonesia. Kematian
Noordin M Top dan Dr Azhari belum dapat memutuskan akar pergerakan
pelaku teror. Mereka masih banyak berkeliaran menyebarkan jaringan dan
pola yang semakin variatif. Sasaran ledakan terus berpindah tempat,
kadang menyerang hotel berbintang yang dianggap pro asing. Dalam
kesempatan lain, berfokus menyerang tempat peribadahan kelompok agama
tertentu.

 

Mengendus pergerakan terorisme sangat sulit dipisahkan dari rekayasa
politik berbaju pesan keagamaan. Hampir semua teror bom selalu mengarah
kepada satu kepentingan dan kelompok keagamaan tertentu. Dalam banyak
kasus bom bunuh diri, tidak hanya membawa pesan keamanan Indonesia yang
terancam. Seringkali ledakan isu bom lebih dipahami sebagai provokasi
untuk merusak kedamaian antar pemeluk agama di Indonesia.

 

Pertama, dalam kasus bom di Masjid Polri misalnya. Pascaterjadi ledakan
pihak keamanan bergerak menangkap tokoh Jamaah Ansharut Tauhid (JAT),
Ustadz Abu Bakar Baasyir. Penangkapan yang membuat aktivis Islam
mendapatkan kesan buruk dan stigma negatif. Pesan serupa terulang, pasca
Bom Solo kembali kelompok Islam mendapat tudingan buruk. Tapi anehnya,
meski terus mendapatkan tekanan dan tuduhan sebagai pelaku teror belum
ada satu bukti yang cukup dan jelas untuk menghukum aktivis Islam.
Selama ini pihak keamanan hanya mengeluarkan dugaan dan terbatas
memeriksa saksi. Akibatnya perlu dipertanyakan kembali kebiasaan
mengalamatkan kegiatan teror kepada aktivis Islam.

 

Kedua, adanya bom bunuh diri di Solo memberikan pesan politik. Aktivitas
terorisme salah satunya bertujuan memperkeruh situasi keamanan Tanah
Air yang mulai kondusif pascakerusuhan Ambon. Berbagai teror bom seperti
diarahkan untuk membuat masyarakat cemas. Pada titik ini menjadi
kesempatan pemerintah turun gunung menebarkan politik pencitraan dengan
menenangkan rakyat. Apalagi, kondisi bom Solo terjadi ketika publik
sibuk melihat "ending” sinetron korupsi Nazaruddin dan ramainya
pemberitaan reshuffle menteri yang kinerjanya dinilai buruk.

 

Ketiga, Indonesia belum aman dari ancaman terorisme. Melalui bom Solo,
gerakan terorisme ingin menunjukkan bukti eksistensi di tengah tekanan
pemerintah dan dunia internasional. Kematian tokoh terorisme tidak
menyurutkan upaya menebarkan aksi kekerasan. Tempat strategis diarahkan
sebagai sasaran sehingga media bersedia meliput aksi mereka. Jaringan
terorisme juga semakin bergerak variatif menyerang pusat keagamaan. Jika
sebelumnya menyerang masjid Polri sebagai simbol umat Islam, sekarang
pelaku teror menyerang gereja sebagai lambang keagamaan ibadah kaum
Nasrani.

 

Kekerasan bertajuk terorisme jelas merupakan sebuah ancaman serius bagi
stabilitas keamanan dalam negeri dan internasional. Ekonomi Indonesia
mendapat guncangan besar yang jika dibiarkan akan membuat investor
melarikan diri. Secara sosial, terorisme dapat menebarkan ketakutan di
masyarakat. Tekanan psikologis muncul sehingga meninggalkan rasa takut
teror bom terus bersemi di Indonesia. Masyarakat terbiasakan mudah panik
dan terus diwarnai rasa apatisme atas keamanan dalam melakukan
aktivitas.

 

Stop Teror Bom

Untuk itu, kita berharap kebiasaan pelaku teror yang
sering membawa isu jihad perlu mendapatkan kembali bimbingan keagamaan.
Sebab, semua agama mengutuk keras tindakan kekerasan yang dilakukan
penganutnya. Dalam konteks ini pemerintah, tokoh agama, masyarakat, dan
kepolisian harus bekerja kolektif menangkal deradikalisasi dan
deideologisasi. Tindakan hukum kepada pelaku teror dan upaya memutus
mata rantai terorisme seharusnya menjadi prioritas. Jangan sampai,
negara meninggalkan kesan pembiaran sehingga pelanggaran teror bom terus
terjadi.

 

Pendidikan keagamaan seharusnya menjadi prioritas utama menangkal upaya
terorisme. Pesantren, kampus, dan sekolah (PKS) bisa menjadi garda
terdepan sehingga makna jihad tidak terdistorsi. Kepolisian juga
diharapkan menghentikan kebiasaan mengaitkan terorisme dengan agama
tertentu. Sebab kondisi itu bukan sebuah solusi, justru menambah masalah
dan melahirkan budaya saling curiga antar pemeluk agama.

 

Inggar Saputra

Pengurus Pusat KAMMI dan peneliti Institute For Reform Sustainable
(//rhs)

Category: Informasi Umum | Added by: budi (30.09.2011)
Views: 546 | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024