REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Sekitar 8,7 juta
spesies hewan dan tumbuhan hidup di bumi. Jumlah tersebut boleh dibilang
akurat ketimbang data yang sempat dipublikasikan.
Sebelumnya,
pertengahan 1700-an, ilmuwan Swedia, Carl Linnaeus menemukan 1,25 juta
spesies. Jumlah itu selanjutnya diklasifikasikan melalui sistem
taksonomi yang masih digunakan hingga sekarang.
Sementara angka
8,7 juta merujuk pada hasil analisis matematika terhadap spesies yang
diketahui. Namun, angka 8,7 juta tersebut baru mencakup 86 persen
spesies darat dan 91 persen spesies laut. Artinya, masih ada kemungkinan
jumlah spesies yang hidup di Bumi lebih dari jumlah yang diprediksikan.
"Pertanyaan
tentang berapa banyak spesies yang ada telah menarik ilmuwan selama
berabad-abad. Penelitian ini penting untuk dilakukan lantaran aktivitas
manusia mempercepat laju kepunahan spesies di Bumi,” papar Camilo Mora,
peneliti dari University of Hawaii seperti dikutip Alarabiya.net, Rabu
(24/8).
Mora mengatakan ada kemungkinan sejumlah spesies terancam
punah sebelum kita tahu tentang keberadaan mereka. Padahal kehadiran
mereka sangat penting bagi keseimbangan ekosistem, utamanya bagi
kesejahteraan manusia.
Hasil analisis ini selanjutnya
memperkirakan terdapat 7.770.000 spesies, yang mana 953.434 spesies
telah dimasukan dalam katalog.
Para peneliti juga mengatakan
ada kemungkinan 611.000 merupakan jenis jamur. Namun, baru 43.271
spesies jamur yang dikenal. Sementara 36.400 spesies protozoa, atau
organisme sel tunggal seperti amuba, dan 27.500 spesies Chromista,
seperti ganggang coklat dan jamur air, juga termasuk dalam jumlah yang
diproyeksikan.
Selain spesies yang terdata, para peneliti juga
mempublikasikan data yang dikeluarkan oleh Persatuan Internasional untuk
Konservasi Alam. Organisasi ini menyebutkan dari 59.508 spesies,
sepertiganya atau 19.625 spesies diklasifikasikan sebagai terancam.
"Umat
Manusia sewajarnya berkomitmen untuk menyelamatkan spesies dari
kepunahan, tapi sampai sekarang memiliki gagasan yang minim soal itu,"
Pungkas Boris Worm, peneliti dari Universitas Dalhousie.