Main
 
BUDI SANTOSOFriday, 10.05.2024, 12:39:07 PM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
Berita Teknologi
berita tentang komputer
Kesehatan
Agama
Artikel tentang Agama
Olahraga
Olahraga
OTOMOTIF
OTOMOTIF
Entertainment
Entertainment
Informasi Umum
Informasi Umum
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
KULINER
SERBA-SERBI KULINER
GADGET
KOMPUTER/HP

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » Articles » Informasi Umum

Sejarah Gunung Krakatau


Sejarah Gunung Krakatau










Pada mulanya
Pulau Krakatau besar yang biasa kita sebut dengan nama Gunung Krakatau adalah
sebuah gunung (Gunung Krakatau purba) yang memiliki ketinggian sekitar 2000
mdpl dengan lingkaran pantainya sekitar 11 km dan radius sekitar 9 km2.Namun
ledakan dahsyat yang terjadi sekitar 416 M ini telah menghancurkan tiga
perempat tubuh gunung tersebut dan menyisakan tiga pulau besar, yaitu Pulau
Sertung, Pulau Rakata, dan Pulau Panjang, serta sebuah kaldera di tengah
ketiga pulau tersebut. sebelum tahun 1883 muncullah dua buah gugusan gunung
yang bernama Gunung danan dan gunung Perbuatan yang kemudian lam-kelamaan
bersatu dengan Pulau rakata dan biasa disebut dengan Gunung Krakatau saja.
Pada tahun 1880, yang disebut
masa strombolian, aktivitas vulkanis berlangsung selama beberapa bulan, dan
Gunung Perbuatan aktif mengeluarkan lava. Setelah periode itu, tidak ada
aktivitas vulkanis hingga akhirnya muncul tanda akan adanya letusan pada
bulan Mei 1883. Lalu pada tanggal 27 Agustus 1883 Gunung Krakatau meletus.
Menurut catatan sejarah yang hingga kini selalu dipromosikan jajaran
pariwisata Lampung, Gunung Krakatau meletus sangat dahsyat, menggemparkan
dunia. semburan lahar dan abunya mencapai ketinggian 80 km. Sementara abunya
mengelilingi bumi selama beberapa tahun. dilihat daru Amerika Utara dan
Eropa, saat itu cahaya matahari tampak berwarna biru dan bulan tampak jingga
(oranye). Letusan gunung ini menghasilkan debu hebat yang mampu menembus
jarak hingga 90 km. Letusan itu pun berdampak terjadinya gelombang laut
sampai 40 m vertikal dan telah memakan korban sekitar 36.000 jiwa pada 165
desa baik di Lampung Selatan ataupun pada barat Jawa Barat. Dan karena
letusannya itu telah melenyapkan Gunung Danan dan Perbuatan dari muka bumi
dan menyisakan tiga pulau yaitu Pulau Panjang, Pulau Sertung, dan Pulau Rakata
besar serta sebuahkaldera yang terletak di tengah ketiga pulau tersebut yang
berdiameter 7 km.
Empat puluh
tahun kemudian lahir keajaiban baru. Sekitar tahun 1927 para nelayan yang
tengah melaut di Selat Sunda tiba-tiba terkejut. Kepulan asap hitam di permukaan
laut menyembul seketika di antara tiga pulau yang ada, yaitu di kaldera bekas
letusan sebelumnya yang dahsyat itu. Kemudian pada tanggal 29 desember 1929
sebuah dinding kawah muncul ke permukaan laut yang juga sebagai sumber
erupsi. Hanya dua tahun setelah misteri kepulan asap di laut itu, kemudian
muncullah benda aneh. "Wajah" asli benda aneh itu makin hari makin
jelas dan ternyata itulah yang belakangan disebut Gunung Anak Krakatau.
Tapi misteri Gunung Anak
Krakatau tidak sampai di situ. Gunung ini memiliki keunikan tersendiri, sebab
gunung ini selalu menambahkan ketinggiannya sekitar satu senti tiap harinya.
Gunung Anak Krakatau yang semula hanya beberapa meter saja, sekarang sudah
dapat mencapai 230 mdpl dan sejak munculnya pada tahun1927. Gunung ini
tercatat telah meletus sekitar 16 kali sejak Desember 1927 sampai Agustus
1930 dan 43 kali sejak 1931-1960 dan 13 kali sejak 1961-tahun 2000.


 




Indonesia
adalah Laboratorium Alam Raksasa



Di mata
seorang ahli geologi, Indonesia ibaratnya adalah sebuah massa yang mengapung
(floating mass) di kerak Bumi, di kepung oleh lempeng Eurasia, lempeng
Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Sewaktu-waktu lempeng ini akan menunjam
bumi Indonesia dan menggetarkan lapisan tanah dalam bentuk gempa bumi.
Penunjaman lempeng tektonik juga dapat menghasilkan tsunami, seperti apa yang
terjadi di Aceh dan Sumatera Utara baru-baru ini. Ketiga lempeng tektonik yang
mengepung Indonesia ini secara perlahan-lahan bergerak terus-menerus dengan
kisaran 6 cm per tahun tanpa ada yang bisa menghentikannya, kecuali Tuhan.
Kalau ketiganya menunjam bersama-sama, ya habislah Indonesia. Selain oleh
lempeng tektonik, tsunami juga bisa dihasilkan dari runtuhnya kepundan gunung
api di laut yang meletus, seperti Gunung Krakatau yang meletus tahun 1883 dan
menewaskan 36.000 penduduk Lampung dan Anyer (Banten). Selama tiga minggu dunia
dibuat gelap karena abu Gunung Krakatau menyelimuti Bumi.



Indonesia yang
kaya dengan gunung berapi (240 menurut data lama) dan 70 di antaranya masih
aktif juga merupakan rangkaian "busur api" yang dikenal sebagai The
Pacific Ring of Fire, dimulai dari Kamchatka Alaska, Jepang, Sumatera, Jawa,
Bali, Lombok, Flores, Sulawesi, kemudian berlanjut ke Filipina. Dikarenakan
rentannya kerak bumi Indonesia ini terhadap pergerakan lempeng tektonik dan
busur gunung api, maka penelitian ilmu kebumian di bidang ini merupakan suatu
keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar maupun ditunda-tunda lagi. Penelitian
ini didukung dan diuntungkan oleh penginderaan satelit-satelit asing yang setiap
menit melalui Indonesia, dan dapat memberikan informasi yang akurat. 
Sudah waktunya Indonesia sekarang membangun research and development (R&D)
yang canggih dan tangguh, mampu menyelamatkan jiwa dan aset negara sebelum
malapetaka terjadi.



Berkaitan dengan
penelitian ilmu kebumian ini, sebaiknya presiden menunjuk Departemen Riset dan
Teknologi sebagai koordinator pelaksana (executing agency). Di bawahnya
bernaung unit-unit penelitian, seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

(BPPT), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), dan Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG), serta unit-unit penelitian dari departemen
teknis, seperti Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral maupun
universitas-universitas.



 



Bagaimanapun
penelitian semacam ini membutuhkan dana yang besar. Namun, soal ini bisa
diatasi dengan menjalin kerja sama dengan negara-negara seperti Australia,
Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang, Perancis, dan lembaga-lembaga donor
internasional seperti Bank Dunia atau IMF. Mereka selalu siap dengan dana yang
dibutuhkan. Namun, persoalan pokok sebenarnya ada pada diri kita sendiri. Kita
ini adalah bangsa yang paling pintar membuat perencanaan yang muluk-muluk,
tetapi tak mampu melaksanakan implementasinya. Terlebih jika perencanaan ini
dimaknai sebagai proyek, dengan seketika tujuan dilupakan dan yang terjadi
adalah "rebutan" tentang siapa yang berwenang membuat usulan. Untuk
menghindari hal itu, Kementerian Riset dan Teknologi perlu membentuk tim inti
yang terdiri dari para pakar, baik dari lembaga-lembaga penelitian, universitas
maupun departemen teknis untuk  membuat usulan jangka pendek, menengah,
dan panjang. Proyek jangka pendek dan menengah termasuk pembentukan lembaga
non-departemen di bawah presiden. Lembaga bentukan inilah yang nantinya
diharapkan mampu membuat usulan proyek yang mencakup tujuan dan sasaran yang
akan dicapai. Sasaran-sasaran ini antara lain mencakup pengiriman tenaga-tenaga
ahli yang muda dan pandai ke luar negeri untuk mendapat pendidikan formal
maupun job training. Kemudian meletakkan District Early Warning System di
tempat-tempat rawan, seperti Aceh, Nabire, Alor, dan Bengkulu. Alat-alat
pendeteksi gempa terbaru harus dipasang di daerah-daerah tersebut dan dipantau
setiap hari oleh petugas teknis yang berada di daerah tersebut, yang lalu
mengirimkannya ke pusat untuk diolah dan dianalisis lebih lanjut oleh para
pakar yang memang ahli di bidangnya. SELAIN bermanfaat untuk mendeteksi
terjadinya gempa dan tsunami di suatu daerah, alat itu juga berguna untuk
membantu perencanaan pembangunan gedung dan fasilitas fisik lainnya berkaitan
kemungkinan labilnya lempeng bumi di daerah tersebut. Kerusakan pabrik Semen
Andalas di Lhok Nga (Kompas, 3/1) telah mengingatkan kita, agar pada studi
kelayakan sebuah proyek industri perlu ada bab mengenai seismologi daerah di
mana pabrik akan dibangun, apalagi kalau menyangkut industrial estate. Sudah
waktunya kita membangun dengan konsep pembangunan yang matang, komprehensif,
dan berguna bagi  generasi yang akan
datang. Sebuah sistem informasi juga harus dikembangkan pada tahap awal ini.
Sistem informasi ini merupakan jalinan kerja sama yang melibatkan unit-unit
media, seperti televisi, koran, dan radio. Lewat media massa ini bisa
dikabarkan dan divisualisasikan perkembangan pergerakan lempeng-lempeng Bumi
yang berpotensi mengakibatkan gempa dan tsunami. Selain itu, juga dapat
memberikan wawasan yang lebih luas mengenai apa sebenarnya gempa dan tsunami
itu.



            Banyak visualisasi gambar-gambar, proses pembentukan
lempeng tektonik atau lahirnya sebuah gunung api yang dapat diperoleh dari
saluran National Geographic atau Discovery. Bahkan, perilaku hewan sebelum
terjadi gempa juga bisa diperlihatkan di film. Kita lebih baik menonton
tayangan televisi yang bermanfaat, edukatif, dan dapat membimbing kita untuk
melakukan tindakan pencegahan ketimbang menonton televisi-televisi swasta kita
yang hampir semuanya lebih banyak menyiarkan acara hiburan





Kendarsi Roeslan Geolog Angkatan '54,
IT

Category: Informasi Umum | Added by: budi (17.08.2011)
Views: 882 | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024