Main
 
BUDI SANTOSOMonday, 20.05.2024, 10:27:43 PM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
SERIAL NUMBER/CRACK SOFTWARE
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
Berita Teknologi
berita tentang komputer
Kesehatan
Agama
Artikel tentang Agama
Olahraga
Olahraga
OTOMOTIF
OTOMOTIF
Entertainment
Entertainment
Informasi Umum
Informasi Umum
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN UMUM
KULINER
SERBA-SERBI KULINER
GADGET
KOMPUTER/HP

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » Articles » Informasi Umum

Kisah Relawan Banjir: Puas Bisa Membantu Sesama
Kisah Relawan Banjir: Puas Bisa Membantu Sesama
Saya (kiri) bersama teman relawan medis MER-C di lokasi banjir.



Panggilan kepada saya untuk membantu sesama
akhirnya datang. Masih teringat di memori saya, ketika itu, di suatu
malam tahun 2007 sekitar jam 12 tengah malam, saya dihubungi oleh Mba
Rini, manajer MTC (MER-C Training Center), yang mengatakan bahwa Posko
Banjir MER-C di daerah Kalibata Jakarta Timur membutuhkan tambahan
relawan.

Mba Rini meminta saya untuk membantu bertugas di sana
dan mencari teman-teman saya yang lain. Saat itu memang terjadi banjir
besar yang melanda sejumlah wilayah di Jakarta. MER-C membuka sejumlah
titik posko kesehatan di Jakarta untuk memberikan bantuan kepada para
korban banjir.

Ajakan ini saya sambut antusias. Saya segera
menghubungi beberapa teman. Akhirnya, malam itu ada tiga orang teman
saya (dua putra, dan satu putri) yang siap terjun ke lokasi banjir.

Kaget melihat situasi

Keesokan
paginya kami semua sudah tiba di lokasi banjir Kalibata. Jujur, kami
semua kaget melihat situasi yang ada. Kaget karena baru kali ini kami
melihat begitu banyak orang berada di pengungsian. Kami melihat sendiri
rumah mereka sudah tidak terlihat karena terendam banjir. Kondisi di
lokasi pun sangat gelap karena tidak ada listrik. Sampah-sampah
berserakan di jalan, jalanan becek dan kotor, orang-orang terlihat
kelelahan dan frustasi. MCK lapangan juga terlihat di sana.

Saat
itu saya berfikir, "Ya Allah… di suatu kota besar seperti Jakarta yang
dibilang kota megapolitan, saat Engkau memberi cobaan, kota ini pun
menjadi tidak berdaya." Saya yakin cobaan ini bukan untuk
menyengsarakan, tapi untuk mengingatkan kita akan kealpaan dalam menjaga
lingkungan yang sudah Allah titipkan kepada kita.

Mbak Rini dan
suaminya langsung menyambut kedatangan kami dan memberi arahan apa saja
yang harus kami bantu di posko kesehatan MER-C. Kami pun dikenalkan
dengan relawan MER-C lainnya. Tugas kami di antaranya adalah mengurus
segala kebutuhan para korban banjir, membantu distribusi logistik,
merawat korban banjir yang terluka, serta membantu memberikan obat.

Saat
itu kami semua masih berstatus mahasiswa kedokteran semester 7 dan 8.
Ilmu kami di bidang kedokteran pun terbilang masih sangat minim.
Jenis-jenis obat yang kami ketahui juga masih sedikit. Tapi, seberapa
pun ilmu yang kami miliki, kami berusaha untuk membantu korban
semaksimal mungkin.

Menolong bayi menggigil

Malam
hari di lokasi, udara menjadi sangat dingin. Mungkin karena pengaruh
lingkungan juga. Pada malam harinya, sekitar pukul 10-11 malam,
tiba-tiba pos kami kedatangan dua orang ibu-ibu yang menggendong bayi
berusia baru beberapa bulan. Diceritakan oleh sang ibu bahwa bayinya
menggigil dan terlihat biru.

Setelah diperiksa oleh relawan
dokter MER-C yang bertugas bersama kami, bayi-bayi tersebut diputuskan
harus dibawa ke rumah sakit. Saya ditugaskan untuk mengantar bayi-bayi
itu ke rumah sakit terdekat, yaitu RSUD Budhi Asih, dengan menggunakan
ambulans MER-C.

Sesampainya di rumah sakit, saya segera
mendaftarkan kedua bayi tersebut dan mengatakan kepada pihak RS bahwa
mereka adalah korban banjir di Kalibata. Hal ini perlu disampaikan
karena pemerintah menetapkan pengobatan gratis bagi para korban banjir,
walaupun saat itu saya dititipkan uang oleh MER-C untuk berjaga-jaga
apabila diharuskan membayar.

Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Kedua ibu itu dengan pandangan bahagia mengucapkan terima kasih. Saya pun ikut terharu.

Malam
itu saya tidur larut malam, bahkan dini hari. Begitu juga dengan teman
saya yang lain. Kami semua masih melayani para korban yang masih terus
berdatangan ke posko, baik untuk meminta obat, selimut, baju ganti,
makanan, minuman, dan lain-lain. Akhirnya setelah jam 2 dini hari kami
pun tertidur. Saya dan dua teman putra tidur di dalam ambulans MER-C,
sedangkan yang putri tidur di tempat lain bersama relawan putri MER-C
lainnya.

Keesokannya, terbangun oleh adzan shubuh, kami langsung
melaksanakan shalat shubuh. Agak sulit mencari air bersih untuk
berwudhu. Dengan menggunakan air seadanya dan air mineral dari botol,
kami pun berwudhu. Walaupun masih mengantuk, tetapi mata kami tidak bisa
terpejam lagi. Tugas baru sudah menanti.

Saat hari bertambah
siang, makin banyak saja para korban yang datang meminta pertolongan ke
posko kami, terutama untuk berobat. Padahal, pagi itu dokter relawan
yang bertugas baru satu orang. Beruntung, sekitar jam 10 pagi, kami
kedatangan tim tambahan dari MER-C, yaitu dua orang dokter dan satu
perawat OK (perawat kamar operasi). Tugas pun menjadi lebih ringan.

Air surut, tugas bertambah

Seiring
menyusutnya air, ternyata tugas kami kembali bertambah. Pasalnya,
banyak korban banjir, dengan hanya memakai pengaman seadanya, kembali ke
rumahnya untuk mencari sisa-sisa harta di dalam rumah yang tersapu
banjir. Beberapa kali posko kami kedatangan korban banjir yang mengalami
luka robek di bagian kaki karena terkena pecahan kaca.

Dengan
cekatan, tim dokter MER-C memberikan pertolongan menjahit luka mereka.
Saya dan teman-teman juga diberi kesempatan untuk menjadi asisten para
dokter tersebut. Saya sempat mendapat bagian menjahit luka salah satu
kaki korban dengan didampingi dokter MER-C, yang tentunya sudah dengan
persetujuan korban. Ini menjadi pengalaman yang sangat istimewa bagi
saya karena pertama kali saya menjahit luka pasien saat masih menjadi
mahasiswa kedokteran.

Seharian itu kami disibukkan dengan memberi
pertolongan kepada para korban banjir yang berdatangan ke posko
kesehatan. Menjelang maghrib, dengan kedatangan tambahan tim medis, kami
pun dapat kembali ke rumah masing-masing.

Sungguh pengalaman
yang sangat berharga bagi kami mahasiswa kedokteran. Tidak pernah
terbayangkan sebelumnya, walaupun masih kuliah, kami dapat membantu
sedikit meringankan penderitaan mereka yang menjadi korban bencana.

Setelah
pengalaman ini, niat saya tidak berhenti. Saya ingin berbuat lebih
banyak untuk sesama. Akhirnya, saya pun mendaftarkan diri sebagai
relawan MER-C. Walaupun sebagai relawan kami tidak mendapat bayaran,
tapi di situ lah kepuasannya, di saat kita bisa berbagi dan membantu
sesame. Nilai ini terasa berkali lipat lebih besar daripada sekadar
bayaran.


R. Prabowo HP (dr. Bowwho)
Relawan medis MER-C
Category: Informasi Umum | Added by: budi (09.11.2011)
Views: 1008 | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024