Main
 
BUDI SANTOSOWednesday, 24.04.2024, 2:27:00 PM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
BERITA SERBA SERBI
BERITA UMUM
BERITA UNIK,LUCU DAN ANEH
BERITA YANG UNIK DAN YANG ANEH
EKONOMI DAN BISNIS
EKONOMI DAN BISNIS
BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL
BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL
SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
BERITA SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
MP3
Kumpulan MP3
SENI DAN BUDAYA
SENI DAN BUDAYA
GAME
KATA - KATA MUTIARA
FILM
PUISI DAN PANTUN

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » 2012 » October » 31 » Lampung Selatan Berdarah, Siapa Salah? Konflik berdarah terjadi lagi. Sebanyak 14 orang tewas.
10:22:51 AM
Lampung Selatan Berdarah, Siapa Salah? Konflik berdarah terjadi lagi. Sebanyak 14 orang tewas.
Bentrok antar warga di Lampung Selatan
VIVAnews - Konflik
berdarah terjadi di Lampung Selatan. Sebanyak 14 orang tewas dalam
bentrok yang terjadi dalam kurun waktu tiga hari antara warga Desa Agom,
Kecamatan Kalianda dengan warga Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji.

Perang antar warga itu
pertama kali terjadi Sabtu, 27 Oktober 2012, pukul 23.00 WIB. Berbagai
senjata tajam, termasuk senjata api rakitan digunakan untuk menyerang
satu sama lain.

Bentrokan itu bermula ketika dua orang gadis
asal Desa Agom yang tengah mengendarai sepeda motor diganggu oleh pemuda
asal Desa Balinuraga hingga jatuh dan luka-luka.

Kepala Desa
Agom dan Balinuraga sebetulnya telah mengadakan perjanjian damai atas
kejadian tersebut. Namun, keluarga kedua gadis tidak terima. Mereka
lantas mendatangi Desa Balinuraga untuk menemui pemuda yang mengganggu
itu.

Namun, saat tiba di Desa Balinuraga, keluarga dan beberapa
warga Desa Agom langsung diserang dengan senjata api. Akibatnya, satu
orang tewas tertembus timah panas.


Bentrokan kembali
terjadi, Minggu 28 Oktober 2012 pukul 10.00 WIB. Pada bentrok kali ini,
jumlah korban lebih banyak. Enam orang tewas mengenaskan akibat dihajar 
senjata tajam. Tak hanya menelan korban jiwa yang lebih banyak, bentrok
kali ini menghanguskan 6 rumah.


Polisi langsung berupaya mendamaikan kedua kubu. Tokoh masyarakat dari kedua warga dipertemukan.

"Pihak
kami telah melakukan upaya perdamaian sejak kemarin dengan menghadirkan
para tokoh adat. Pembicaraan upaya perdamaian terus dilakukan hingga
hari ini," ungkap Kapolres Lampung Selatan, AKBP Tatar Nugroho di
Lampung.


Upaya perdamaian ini
dipimpin langsung oleh Kapolda Lampung. Selain itu, polisi juga langsung
mendatangi kelompok-kelompok warga untuk memberikan imbauan damai.
"Kami datangi kedua kampung agar warga tidak saling serang kembali,"
tutur Tatar.

Rupanya, pertemuan antar pemimpin kedua desa tidak
berpengaruh. Aksi serang antar warga kembali terjadi, Senin, 29 Oktober
2012, pukul 14.00 WIB.

Sekitar 1.000 aparat kepolisian dan TNI
sudah dikerahkan ke lokasi. Namun, warga yang jumlahnya ribuan itu, tak
dapat ditangani hingga akhirnya warga berhasil masuk ke Desa Balinuraga
melalui jalan perkebunan dan persawahan.

Dalam aksi penyerangan
ini 7 orang tewas. Kebanyakan korban tewas tergeletak di areal
perkebunan dan persawahan dengan kondisi tubuh rusak akibat
dicabik-cabik. Setelah beberapa jam kemudian, warga penyerang
meninggalkan Desa Balinuraga yang hancur lebur.


Total korban tewas sejak
bentrok Sabtu hingga Selasa sebanyak 14 orang. Empat orang dari Desa
Agom dan 10 orang dari Desa Balinuraga. Belasan orang lainnya mengalami
luka-luka akibat senjata tajam.


Sebanyak 166 unit rumah
warga di Desa Balinuraga dan Sidoreno dibakar massa, 11 unit sepeda
motor dibakar, 1 mobil minibus dan 2 mobil jeep dibakar, serta sebuah
gedung sekolah juga dibakar massa.


Ribuan orang mengungsi
Konflik
antar warga di Lampung Selatan menyebabkan penderitaan bagi warga
lainnya. Ketakutan akan serangan balasan, menyebabkan ribuan orang takut
keluar rumah.


Sejak Senin kemarin, ribuan warga Desa Agom terpaksa mengungsi untuk menghindari serangan balasan dari warga Desa Balinuraga.

Kabid
Humas Polda Lampung, AKBP Sulityaningsih, mengatakan, sebanyak 192
orang diungsikan ke Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling. Ribuan lainnya
mengungsi ke Mapolres Lampung Selatan.

Para pengungsi tersebut
kebanyakan perempuan, orangtua dan anak-anak. Mereka berduyun-duyun
membawa bungkusan pakaian. Wajah-wajah mereka menunjukan rasa cemas,
takut akan keselamatannya.

Mereka kemudian menggelar tikar di
sekitar Mapolres. "Kami dengar ada serangan balasan, dan akan menyerang
warga Kalianda juga, padahal jaraknya jauh dari lokasi bentrokan. Saya
takut dan langsung mengungsi ke Mapolres ini," ujar seorang warga, Asih,
sambil menggendong bayinya.

Selasa dinihari, 30 Oktober 2012,
ratusan warga pria berjaga-jaga di jalanan Kota Kalianda. Dengan
memegang berbagai senjata tajam seperti, tombak, parang, dan bambu
runcing. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi isu adanya serangan
balik dari Desa Balinuraga.

Isu serangan balasan itu berhembus
sejak Senin malam, dan membuat seluruh warga Kota Kalianda yang juga
ibukota Lampung Selatan, panik. Suara pengumuman agar seluruh warga
waspada berkumandang dari pengeras suara di masjid-masjid.  

Kondisi
di lapangan tampak lengang. Sebagian warga tidak berani keluar untuk
beraktivitas seperti biasa. Mereka memilih untuk tetap di dalam rumah.
Sebagian lagi masih bertahan di lokasi pengungsian. "Keluarga masih kami
ungsikan. Takut ada serangan balasan," kata seorang warga Desa Agom.


Persoalan sepele
Kapolri
Jenderal Polisi Timur Pradopo menyatakan, bentrok antarwarga yang
terjadi di Lampung Selatan sesungguhnya berawal dari masalah sepele.

Timur
mengatakan, akar persoalan dapat dirunut "mulai dari kelompok yang
mengganggu kegiatan pemudi." Dua gadis asal Desa Agom yang mengendarai
sepeda motor diganggu oleh pemuda asal Desa Balinuraga hingga jatuh dan
mengalami luka-luka.

"Masalah sepele ini mempengaruhi dan
melatarbelakangi semua," kata Kapolri. Lalu masalah itu kemudian
berkembang dengan isu pelecehan seksual, hingga terjadi bentrokan.

Oleh
sebab itu Kapolri meminta tokoh-tokoh masyarakat Lampung, ulama
setempat, dan pemerintah daerah, bisa ikut meredam bentrok antarwarga di
Lampung.

Kapolri mengakui peristiwa bentrok antarwarga di
Lampung Selatan bukan terjadi kali ini saja. "Ini sudah terjadi
berkali-kali. Artinya kita harus lebih keras lagi, terutama dalam
membina dan mengelola wilayah itu. Masyarakat, tokoh, ulama, dan pemda
harus bersinergi," ujar Timur.

Oleh karena itu, Kapolri meminta
kepala daerah berperan aktif dalam mengatasi konflik yang terjadi di
Lampung Selatan. "Tentu saja kami akan kedepankan pemerintah daerah.
Kami akan tegas demi hukum," kata Timur.

Bukan hanya di Lampung,
konflik yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia juga harus
diselesaikan secara bersama-sama. Penegak hukum dan pemerintah daerah.
"Tentu saja ada ciri khas masing-masing daerah. Ciri khas itulah yang
harus dikedepankan masyarakat untuk tindakan preventif," kata Kapolri.

Instruksi Presiden SBY
Peristiwa
berdarah itu langsung disikapi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sebelum bertolak ke Inggris, untuk menghadiri pertemuan puncak The
Asia-Europe Meeting (ASEM). Presiden meminta segenap pemangku
kepentingan turut bertanggung jawab mengatasi aksi kekerasan horisontal
yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia, termasuk di Lampung
Selatan.

Dia minta tanggung jawab itu tidak hanya dibebankan kepada aparat kepolisian dan TNI tetapi juga pemangku kepentingan lainnya.

"Saya
menyerukan semua pihak harus ikut bertanggung jawab, semua pihak
peduli, semua pihak bekerja," kata SBY di Bandara Halim Perdanakusuma,
Jakarta, Selasa 30 Oktober 2012.

Pencegahan optimal tidak bisa
hanya diserahkan pada kepolisian dan TNI. "Jangan, sekali lagi, hanya
menyerahkan kepada aparat kepolisian dan komando teritorial TNI. Hanya
dengan cara itu kita bisa mencegah secara optimal dan efektif," kata
SBY.

Pernyataan presiden itu kemudian diperjelas oleh Menteri
Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto. Djoko
mengatakan, maksud presiden itu adalah agar seluruh pemangku kepentingan
seperti kepala daerah, tokoh masyarakat dan masyarakat sipil ikut
bersama-sama mencegah.

"Poinnya adalah jangan semua diserahkan
kepada TNI dan Polri. Semua tokoh masyarakat, pemda, gubernur, bupati,
itu juga ikut dalam konteks itu," kata Djoko.

Kini, ratusan
anggota polisi dari Polda Lampung, Brimob Polda Banten dan Sumsel
diterjunkan menuju lokasi. Sebanyak 700 anggota TNI juga dikerahkan
untuk mengamankan lokasi bentrokan. (eh)

Category: BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL | Views: 1116 | Added by: budi | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

Calendar
«  October 2012  »
SuMoTuWeThFrSa
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031

Entries archive

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024