Main
 
BUDI SANTOSOFriday, 19.04.2024, 2:31:35 AM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
BERITA SERBA SERBI
BERITA UMUM
BERITA UNIK,LUCU DAN ANEH
BERITA YANG UNIK DAN YANG ANEH
EKONOMI DAN BISNIS
EKONOMI DAN BISNIS
BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL
BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL
SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
BERITA SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
MP3
Kumpulan MP3
SENI DAN BUDAYA
SENI DAN BUDAYA
GAME
KATA - KATA MUTIARA
FILM
PUISI DAN PANTUN

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » 2012 » October » 22 » Teh Pahit Gubernur Jokowi
11:17:52 AM
Teh Pahit Gubernur Jokowi

VIVAnews - Sang gubernur tak ada di rumah dinasnya
pagi itu. Dua lelaki penjaga berdiri setengah mengantuk di depan rumah
di Jalan Suropati, Jakarta Pusat. Hari masih terang-terang tanah.
Bangunan tua tahun 1920, dengan jejak kolonial, bersemburat cahaya
temaram. Di garasi, teronggok diam tiga mobil. Salah satunya, Kijang
Innova.


Inilah rumah dinas Joko Widodo, Gubernur baru DKI Jakarta.


Seorang lelaki berbaju batik  menjelaskan, Joko Widodo atau Jokowi
memang rapat di rumah itu semalam bersama wakilnya Basuki Tjahya
Purnama alias Ahok. "Tapi ia tidak tidur di sini," ujar Devid Agus
Yunanto, si lelaki berambut cepak,  salah seorang ajudan Jokowi.


Tak jelas di mana Jokowi bermalam. Biasanya, kata Devid, Jokowi
tinggal di rumah kerabatnya di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Selama repot-repot saat masa kampanye, dia kerap berangkat dari rumah
bergaya Solo itu, di Jalan Batu Gang Arab.


"Silakan cari ke Balaikota,” kata Devid. Dia lalu pergi.


Tak lama, Innova hitam itu meluncur keluar rumah. Wartawan VIVAnews
membuntutinya. Mobil itu melaju kencang. Setelah sejumlah belokan
menuju ke Cikini, mobil itu melambat, tepat di seberang Taman Ismail
Marzuki (TIM). Lampu sennya berkedip, tanda merapat ke kanan. Mobil itu
masuk ke pelataran parkir Hotel Alia, sebuah hotel bintang tiga--bukan
empat atau lima--di bilangan Cikini.


Di lobi hotel sederhana itu, semua petugas bungkam. Mereka menggeleng atau menjawab tak tahu ketika ditanya apakah Jokowi menginap di situ.


Tiba-tiba, seorang lelaki jangkung, menyapa dengan senyum khas.


"Lho, kamu ngejar saya sampai ke sini?" Dia lalu tertawa lebar. Dialah Jokowi.


Sejak Rabu malam, dia dan istrinya rupanya menginap di hotel itu. Ada sejumlah tamu hotel mendekat dan menyapanya pagi itu. Jokowi menyalami mereka, dan lalu bergegas menuju Kijang Innova yang dia sewa sejak masa kampanye itu.


Dua orang ajudannya, Devid dan Ridwan, tampak agak berkeberatan ketika wartawan VIVAnews Luqman Rimadi meminta Jokowi melanjutkan perbincangan di mobil. Tapi Jokowi
justru mempersilakan. "Boleh saja. Ayo, bareng saya ke Balaikota. Kapan
lagi kamu naik mobil bareng Gubernur, mau tanya apalagi?" kata Jokowi sambil tertawa.


"Semua sudah siap kan, Devid?" Jokowi bertanya kepada sang ajudan. Devid adalah orang kepercayaan dalam kerja sehari-hari Jokowi. Lelaki itu telah membantunya sejak dia menjabat Walikota Solo. Di Jakarta, Devid tetap menjadi "juru giring”, mengatur agenda Jokowi yang padat.


Meski kini menjadi gubernur, Jokowi
tak megubah kesahajaannya. Ia, misalkan, tetap saja akrab dengan para
ajudan. Dia juga masih saja berbagi satu kamar jembar dengan para
ajudannya, saat bertugas keluar kota. Alasannya simpel: supaya hemat dan
gampang koordinasi.


Juga, setiap kali makan. Jokowi selalu satu meja dengan para ajudan, pengawal, maupun sopirnya. Soal ini ada yang unik. Jokowi
punya semacam kebiasaan saat makan bersama itu. Setiap mereka
diharuskan memilih menu makanan berbeda, tak boleh sama. Tujuannya satu:
supaya bisa saling icip.


* * *


Pintu mobil itu ditutup. Sopir mulai menginjak gas. Dua sepeda motor vooreijder
Dinas Perhubungan yang menunggu di seberang hotel, ikut bergerak. Tak
ada sirine. Yang menarik, mereka juga tak mengawal sangar di depan
seperti biasanya, melainkan cukup menguntit di belakang.


Di kabin depan mobil, duduk ajudan Devid dan sopir. Di lajur kedua, Jokowi bersama Luqman Rimadi dari VIVAnews. Sementara, di kursi belakang duduk Ridwan, yang seperti tenggelam di tengah baju-baju Jokowi yang bergelantungan di sisi kiri kabin mobil.


Jokowi bercerita
kisahnya selama dua hari menjadi gubernur. Tak ada yang berubah,
termasuk dia juga masih jarang sarapan. "Saya sebelum berangkat ndak sarapan. Jarang sekali. Paling nanti siang baru makan," kata Jokowi.


Pagi hari itu dia hanya menyeruput secangkir teh pahit. Panas. Tanpa gula.


Teh pahit itu seperti merefleksikan kebersahajaan Jokowi.
Dia bercerita mengapa rumah dinasnya belum juga dia tempati. Katanya
itu karena masih terus diberesi. Itu sebabnya, untuk sementara dia tidur
di Hotel Alia Cikini.


Bagi seorang gubernur--pejabat setingkat menteri--pilihannya tidur di
hotel berbintang tiga itu sungguh di luar dugaan. Standar untuk pejabat
tinggi adalah hotel berbintang lima, paling banter bintang empat. Di
Alia, Jokowi menyewa sebuah suite room yang harganya Rp750 ribu per malam. "Ya, kalau hotel itu yang murah-murah saja. Ndak usah mahal. Cari yang dekat Balaikota," kata Jokowi.


Jokowi memang
dikenal bersahaja sejak memimpin Solo. Dia lebih senang naik taksi, atau
mobil sewaan saat menjalankan tugas keluar kota. Ada kisah lucu soal
hobi naik taksinya ini. Suatu kali, dia naik taksi ke sebuah pertemuan
makan malam. Dia sebetulnya tamu paling ditunggu oleh tuan rumah, tapi
petugas keamanan setempat malah mengusir taksi yang ditumpanginya, tak
boleh masuk ke halaman rumah. Padahal, tuan rumah sudah siap menyambut
di pintu utama.


Jika tugasnya lebih dari satu hari, Jokowi
mengaku lebih nyaman pakai mobil rental. Pilihan favoritnya adalah
Kijang Innova. Tentu karena mobil itu bisa menampung banyak orang. Tak
heran, pada masa kampanye lalu Jokowi memasukkan ajudan, pengawal, dan tim suksesnya di dalam satu mobil itu. Baginya, berdesakan bukanlah masalah.


Bagaimana soal pakaian dinas gubernur yang belum juga dia kenakan hingga hari ketiga? Jokowi
bilang itu karena setelah dilantik 15 Oktober lalu, dia langsung turun
keliling kampung. Dia sengaja memakai pakaian bebas, tanpa lencana, agar
tidak berjarak dengan warga.


* * *


Begitu tiba di pintu gerbang Balaikota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jokowi disambut para juru warta. Kerlap lampu blitz, kamera televisi, dan tape perekam mencegatnya.


Tapi yang membuat dia kaget adalah seorang ibu tua berjilbab yang
menunggunya sejak pukul 8 pagi bersama suaminya yang juga renta.


Nenek itu adalah Eka Astuti. Sambil menangis dia mendatangi Jokowi, membawa sebuah map. Jokowi
mengajak orang tua itu masuk ke gedung Balai Agung, tempat ia
berkantor. Setelah hampir 15 menit, Nenek Eka keluar. Wajahnya
sumringah.


Usai rapat dengan para kepala dinas, Jokowi
meluncur ke perkampungan Sungai Tiram, Bambu Kuning, Marunda, Jakarta
Utara. Dia ditemani Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Ery Basworo, dan Kepala
Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah, Novizal.


Mobil Jokowi selalu berada paling depan. Butuh waktu lebih dari satu jam untuk tiba di perkampungan pesisir itu.


Selama menyusuri Marunda, Jokowi
membalas teriakan kaum ibu  dengan senyum dan lambaian tangan. "Saya
ingin menunjukkan di Jakarta masih ada kampung seperti ini. Jalanan
seperti ini, rusak. Rumah seperti ini, kumuh," ujarnya.


Matahari mulai terik, tapi Jokowi tetap antusias berkeliling kampung. Orang-orang tak henti berebut salaman.


Tatkala meninggalkan lokasi, seorang wanita paruh baya datang
mendekat. Dia berkaos putih, dengan celana selutut. Si ibu menyodorkan
tas plastik. "Ini Pak,  oleh-oleh untuk di jalan," kata ibu itu sambil
menggendong anaknya.


Jokowi menerima tas plastik kresek bening yang di dalamnya dilapisi kertas koran. Isinya: tempe mendoan.


"Ya, Bu. Terima kasih," ujar Jokowi sambil tersenyum.


Dia lalu bergegas menuju ke rumah susun Marunda. Butuh waktu 15 menit agar tiba di rumah susun yang dibangun sejak 2007 itu. Jokowi
kaget, dan tercengang. Itu sebetulnya rusun megah, namun bak berhantu.
Kayu jendela banyak yang terlepas. Temboknya kusam. Dinding berlumut.
Lorong-lorong di sela bangunan itu pengap. Dari 26 blok yang dibangun,
hanya tujuh yang terhuni.


Kepada para penghuni rusun, Jokowi
berjanji memperbaiki dan menambah fasilitas. "Saya ini mau
menyelesaikan masalah di sini, akan saya perbaiki segera supaya
masyarakat mau tinggal di sini. Yang rusak-rusak diperbaiki. Ini dicat
sampai atas," katanya. "Apa perlu masyarakat disubsidi penuh? Sampai
tiga tahun juga ndak apa-apa. Dari pada tidak terpakai lima tahun, mau pilih yang mana?" (Baca: Satu Pekan Empat Langkah)


Dari rusun itu, Jokowi
menuju ke jalur trase kering Kanal Banjir Timur Pintu Air Marunda. Ia
hanya memantau dari dalam mobil jalan yang nantinya diperuntukkan
sebagai jalur sepeda. Sesekali Jokowi memerintahkan ajudannya mencatat apa saja yang harus dibenahi. Banyaknya eceng gondok di aliran kanal, mengusik Jokowi. Dia ingin di sepanjang jalur trase kering dibangun taman agar dapat menjadi sarana hiburan bagi warga sekitar.


Puas memantau Kanal Banjir Timur, Jokowi
kembali ke Balaikota. Di sana, ia telah ditunggu oleh wakilnya, Basuki
"Ahok" Purnama. Mereka menggelar rapat bersama jajaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah. Berbeda dengan Jokowi yang sibuk turun ke lapangan, mantan Bupati Belitung Timur itu diserahi tugas membereskan berbagai hal di kantor.


Sebelum rapat, Ahok, sudah menerima tamu dari PT Asuransi Kesehatan
(Askes). Mereka membahas rencana kerja sama untuk menjadikan Kartu Sehat
sebagai proyek percontohan penerapan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS). Rencananya, Kartu Sehat yang dikelola PT Askes ini sudah dapat
diterapkan pada Januari 2013. "Memang kami mau kerja sama dengan PT
Askes,” kata Ahok.


Ia menanyakan kesanggupan PT Askes mengelola asuransi kesehatan
seluruh warga DKI Jakarta yang berjumlah 9,6 juta jiwa. Bila sanggup,
maka Pemerintah Jakarta akan menunjuk mereka.


Ahok juga bertemu dengan Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW)
Danang Widoyoko dan Ade Irawan. Pembicaraan berkisar di seputar
pencegahan korupsi anggaran daerah. Mereka bertemu sekitar 45 menit.


Rapat dengan Jokowi digelar tertutup. Agendanya membahas berbagai temuan Jokowi selama meninjau lapangan.


Selesai rapat, sekitar pukul 18.30 WIB, Jokowi
kembali ke rumah dinasnya di Jalan Taman Suropati, Menteng. Malam itu
dia akan bersua teman lamanya, seorang warga Singapura di Hotel Sultan,
Jakarta Selatan. Di rumah dinas itu, dia hanya mampir untuk
mandi. Setelah dari Hotel Sultan, dia langsung menuju sebuah hotel di
Bandara Soekarno Hatta. Jokowi hendak ke Solo, untuk menghadiri pelantikan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo.


Penerbangannya sebetulnya Jumat pagi. Tapi, Jokowi
tak mau kesiangan. "Jam 5 pagi saya harus sudah di bandara. Dari pada
kesiangan, ya mending menginap di hotel bandara saja," ujarnya.


Malam tiba. Langit sudah gelap. Besok hari, sang gubernur yang
menyihir publik dengan kesahajaannya ini akan kembali bergulat memenuhi
harapan yang terlanjur membubung tinggi. Dengan secangkir teh pahit.
Panas. Tanpa gula. (np)



Category: BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL | Views: 969 | Added by: budi | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

Calendar
«  October 2012  »
SuMoTuWeThFrSa
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031

Entries archive

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024