Main
 
BUDI SANTOSOFriday, 19.04.2024, 11:53:41 AM



Welcome Guest | RSS
Main
Site menu

Section categories
BERITA SERBA SERBI
BERITA UMUM
BERITA UNIK,LUCU DAN ANEH
BERITA YANG UNIK DAN YANG ANEH
EKONOMI DAN BISNIS
EKONOMI DAN BISNIS
BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL
BERITA POLITIK, HUKUM DAN KRIMINAL
SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
BERITA SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
MP3
Kumpulan MP3
SENI DAN BUDAYA
SENI DAN BUDAYA
GAME
KATA - KATA MUTIARA
FILM
PUISI DAN PANTUN

DETIK

Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Main » 2012 » January » 14 » BAWONO KUMORO Wajah Optimistis Ekonomi Indonesia 2012
9:56:28 AM
BAWONO KUMORO Wajah Optimistis Ekonomi Indonesia 2012


Kondisi ekonomi global yang masih diliputi suasana suram penuh
ketidakpastian agaknya tidak mengurangi optimisme bangsa Indonesia
untuk melangkah memasuki tahun 2012. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
diyakini akan tetap cerah dan mampu memenuhi target. Sikap optimistis
itu bukan tanpa alasan lantaran Indonesia kini memiliki dua modal
penting yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain.

Pertama,
status sebagai negara yang layak tujuan investasi (investment grade)
versi lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings. Setelah menunggu
selama 14 tahun, Indonesia kembali meraih peringkat investasi dari
lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings. Peringkat investasi
Indonesia naik dari BB+ menjadi BBB- yang berarti termasuk kategori
negara layak investasi. Kenaikan peringkat itu menjadikan Indonesia
masuk dalam kategori investment grade. Indonesia kehilangan posisi
investment grade sejak tahun 1997 setelah dihantam krisis moneter.

Istilah
investment grade merujuk pada sebuah peringkat yang menunjukkan utang
pemerintah atau perusahaan memiliki risiko yang relatif rendah dari
peluang default atau gagal bayar sehingga memiliki tingkat kepercayaan
yang berkelanjutan dalam jangka panjang.  Karena itu, invesment grade
diberikan kepada suatu negara yang memiliki fundamental ekonomi kuat,
stabilitas politik dalam jangka panjang solid, dan memiliki manajemen
anggaran pemerintah serta kebijakan moneter yang prudent. Hal ini
ditandai dengan defisit anggaran yang rendah, rasio utang rendah, dan
inflasi yang terkendali.

Sebagaimana diungkapkan Director Fitch
Asia Pacific Sovereign Ratings Group, Philip McNicholas, kenaikan
peringkat merefleksikan pertumbuhan ekonomi yang kokoh, tingkat rasio
utang rendah, memperkuat likuiditas eksternal, dan kebijakan makro yang
cukup hati-hati. Tidak dapat dimungkiri kunci utama keberhasilan
Indonesia meraih peringkat investment grade adalah kemampuan meraih
pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen dan menjaga rasio utang terhadap
PDB di bawah 25 persen. Hal itu merupakan capaian luar biasa di tengah
carut marut kondisi ekonomi global yang menyebabkan posisi ekonomi
sejumlah negara yang dianggap kuat justru ambruk dan mengalami kejatuhan
peringkat utang. Pencapaian peringkat investment grade ini memiliki
nilai sangat penting karena akan berpengaruh pada pandangan dunia
terhadap perekonomian Indonesia dan memperbesar peluang untuk bisa
meningkatkan kegiatan investasi di Indonesia.

Indonesia akan
menjadi kian menarik sebagai tujuan investasi dan mampu menyerap modal
asing. Namun, patut diingat bahwa modal itu perlu dikelola dengan cermat
dan dialokasikan dalam investasi sektor riil berjangka panjang guna
menopang pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Kedua, hal lain yang
membuat bangsa Indonesia patut optimis dalam melangkah memasuki tahun
2012 adalah pertumbuhan masyarakat kelas menengah yang melesat dalam
lima tahun terakhir. Pertumbuhan kelas menengah ditengarai sebagai salah
satu pemutar roda perekonomian. Paling tidak konsumsi mereka telah
menyumbang 70 persen dari pertumbuhan ekonomi.

Laporan terbaru
Bank Dunia bertajuk Global Development Horizons 2011 Multipolarity: The
New Global Economy, menempatkan Indonesia, Brasil, China, India, Korsel,
dan Rusia sebagai penopang pertumbuhan ekonomi dunia hingga 2025
mendatang. Bank Dunia menilai lebih dari 50 persen pertumbuhan ekonomi
dunia akan disumbangkan oleh enam negara kekuatan ekonomi baru ini.

Ekonomi
enam negara ini tumbuh dengan pemicu berbeda-beda. Pertumbuhan China
dan Korsel ditopang arus ekspor yang tinggi. Sementara itu, konsumsi
dalam negeri yang tinggi menjadi pemicu utama pertumbuhan ekonomi Brazil
dan Indonesia. Konsumsi dalam negeri yang tinggi tentu sangat terkait
erat dengan perkembangan kelas menengah.

Menurut Kepala Ekonomi
Bank Dunia, Mansoor Dailami, peningkatan jumlah kelas menengah di
negara-negara berkembang telah membuat tren konsumsi dalam negeri
meningkat. Hal ini secara bertahap akan menjadi sumber pertumbuhan
global berkelanjutan.

Negara-negara dengan populasi kelas
menengah muda produktif cenderung memiliki tingkat konsumsi lebih tinggi
ketimbang negara-negara dengan populasi berusia tua. Jika dibandingkan
negara-negara berkembang lain, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia
tergolong sangat cepat. Berdasarkan data Bank Dunia, tahun 2003 jumlah
kelas menengah di Indonesia hanya sebesar 37,7 persen, namun pada 2010
mencapai 134 juta jiwa atau 56,6 persen.

Sementara itu, Asian
Development Bank (ADB) dalam laporan bertajuk "Key Indicator for Asia
and The Pacific 2010” membagi kelas menengah dalam tiga kelompok
berdasarkan biaya pengeluaran per kapita per hari.

Kelompok
pertama merupakan kelas menengah dengan pengeluaran sebesar USD 2-4 per
kapita per hari. Kelas menengah kedua merupakan kelas mengenah dengan
pengeluaran USD4-10 per kapita per hari. Lalu, kelas menengah ketiga
merupakan kelas menengah dengan pengeluaran sebesar USD10-20 per kapita
per hari.

Selain itu, berdasarkan data tahun 2009 Asian
Development Bank (ADB) mengungkan fakta bahwa kelas menengah di
Indonesia banyak berasal dari industri pelayanan jasa. Sektor industri
lain yang turut menghasilkan kelas menengah adalah pertanian,
perdagangan, manufaktur, dan konstruksi.

Selain memberikan
keuntung bagi investor asing, keberadaan kelas menengah juga sangat
menguntungkan bagi pemerintah. Pemerintah dapat mengambil keuntungan
dari fenomena pertambahan masyarakat kelas menengah ini. Salah satu
keuntungan yang dapat diterima pemerintah ialah berkurangnya anggaran
untuk subsidi. Logikanya kelas menengah tidak lagi memerlukan subsidi.

Di
samping itu, pertumbuhan kelas menengah yang pesat juga akan
menguntungkan pemerintah dari sisi penerimaan pajak sebab wajib pajak
akan bertambah. Penerimaan sektor pajak ini dapat digunakan pemerintah
infrastruktur, fasilitas pendidikan, layanan kesehatan, dan lain-lain.

Atas
dasar itu, agaknya sikap optimis layak ditunjukkan bangsa Indonesia
saat melangkah memasuki tahun 2012. Meskipun demikian, hal itu bukan
berarti tugas pemerintah akan terasa ringan. Sebaliknya, justru inilah
momentum bagi pemerintah untuk mengerahkan segala upaya agar peluang
emas itu tidak terlewatkan percuma.
 
BAWONO KUMORO
Peneliti The Habibie Center

Category: EKONOMI DAN BISNIS | Views: 932 | Added by: budi | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Login form

KOMENTAR

OLAHRAGA

PENGUNJUNG

Calendar
«  January 2012  »
SuMoTuWeThFrSa
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031

Entries archive

BERITA TERKINI


Copyright MyCorp © 2024